Sebagai agama Abrahamik, Kristen baik katolik maupun denominasinya memiliki suatu upacara yang merupakan puncak dari kehidupan beragama umat-umatnya. Katolik dalam hal ini memiliki ekaristi yang merupakan 1 dari ketujuh Sakramen atau tanda kehadiran Allah di dunia ini.
Ekaristi itu apa to?
Ekaristi adalah sumber dan puncak hidup Kristiani, dikatakan demikian karena dalam ekaristi tercakuplah seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus sendiri. Ekaristi menghadirkan kembali Kristus yang dua ribu tahun lalu wafat dan menebus dosa manusia. Kehadirannya ini nyata dalam rupa roti dan anggur yang substansinya telah diubah oleh daya Roh Kudus menjadi Tubuh dan Darah Kristus sendiri.
Hanya Ekaristi saja namanya?
Ekaristi seperti nama dari sakramen dan perayaan ini diambil dari Bahasa Yunani (eucharistia) yang secara harfiah berarti Puji Syukur. Puji syukur kepada Allah yang telah memberikan berbagai macam karunia-Nya. Lebih dari itu ekaristi ini juga memiliki nama-nama lain misalnya saja Misa Kudus, sebutan "misa" ini berasal dari kalimat Ite, missa est yang artinya "pergilah, kalian diutus" dalam hal ini misteri keselamatan dirayakan dan berakhir dengan pengutusan umat beriman missio, supaya mereka melaksanakan kehendak Allah dalam kehidupannya sehari-hari; Komuni, kata komuni berasal dari bahasa Latin Communio yang berarti "persekutuan"; Liturgi Kudus dan Ilahi, karena seluruh liturgi Gereja berpusat dalam perayaan Sakramen ini dan terungkap jelas. Nama-nama tersebut merupakan bentuk ungkapan iman umat yang tentu saja berangkat dan berdasar dari Kitab Suci. Namun, gejala yang berkembang saat ini ialah ekaristi kerap disebut Perayaan Ekaristi, apakah salah dengan nama itu?
"Setiap kali kenangan akan kurban ini dirayakan, karya penebusan kita terlaksana" (Buku Sacramentarium Leonianum)
Ekaristi, tak sekadar perayaan!!
Selama beberapa dekade banyak umat dihampir seluruh kepercayaan hanya menekankan sisi perayaan dalam setiap acara atau upacara keagamaan. Memang hal ini pun imbas dari tata upacara yang kerap digelar meriah dengan melibatkan banyak orang dan banyak pernak-perniknya. Secara seremonial sebetulnya tidak membawa masalah yang besar, namun secara esensial tentu akan berdampak buruk pada pemahaman umat awam.
Distraksi seremoni perayaan pada praktiknya akan membuat kabur makna asli dari upacara suci itu. Tak ubahnya dalam agama katolik sendiri, ekaristi memang suatu perayaan iman akan tetapi lebih dari itu hakikat asli dari Misa adalah Kurban. Perlu diketahui bahwasannya dalam ekaristi seluruh umat sedang menghadiri saat-saat dimana Yesus; yang tersamar dalam diri para Imam; sedang mempersembahkan dan mengurbankan diri-Nya sendiri bagi umat-Nya yang berdosa. Singkatnya Ekaristi lebih merupakan suatu Kurban yang dirayakan. Perkataan ini bukan mengartikan umat katolik itu ialah "orang gila" yang malah bergembira ketika ada seseorang yang sedang berkurban. Ambilah analogi seperti ini jika diri kita mempunyai hutang yang sangat besar kepada seseorang dan orang itu dengan tiba-tiba melunasi hutang tersebut karena merasa kasihan, bukankah diri kita akan merasa gembira bukan main? Nyatanya seseorang itu telah berkorban bagi kita dan kita bergembira sebagai ungkapan terima kasih atas pengorbanannya. Jelas ini bukan kegilaan melainkan suatu kenyataan dan inilah yang sudah mulai menghilang dari pikiran orang Kristen sendiri.
Hakikat kurban dalam ekaristi seiring berkembangnya zaman mulai menghilang dan digantikan dengan suatu makna perayaan. Perayaan tidaklah salah dimaknai dalam ekaristi namun demikian jangan sampai lupa bahwa ada kurban disitu; dalam perayaan itu. Musik yang meriah, dekorasi yang mewah dan paduan suara yang membuat orang menengadah jangan sampai membuyarkan makna Kurban dalam ekaristi. Para imam bertugas penuh untuk mengedukasi umat pasal hal ini, agar kedepannya umat bisa lebih menghayati ekaristi dengan baik.
Bukan ajang selebrasi tetapi sarana menuju Sang Ilahi
"Ekaristi adalah jalan tol menuju Surga" (Beato Carlo Acutis)
Pada mulanya setiap upacara han hari-hari raya keagamaan dibuat untuk menyadarkan manusia tentang presensi Hyang Ilahi. Realita sejarah ini jangan sampai dibuyarkan oleh selebrasi ragawi saja, hal-hal fisik itu hanyalah sarana jangan terlena masuk kedalamnya. Maka walaupun bahasan kali ini berdasarkan Perayaan Kurban Ekaristi, dengan ringkas tulisan ini ditutup dengan ajakan kepada semua saja yang beragama khususnya untuk lebih mendalami lagi makna hari raya dan upacara keagamaan anda. Imlek, Idhul Fitri, Tri Hari Suci Paskah dan Hari Raya Nyepi sudah usai diperingati tinggal Waisak saja yang belum, oleh karena itu berbenah diri mulai sekarang untuk sadar akan makna mendalam dari upacara agama kita semua. Matur Nuwun
Ag. Herjuno
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H