Mohon tunggu...
Antoni Ludfi Arifin
Antoni Ludfi Arifin Mohon Tunggu... -

Antoni Ludfi Arifin, senang dipangil ALA, lahir di Kotabumi Lampung Utara pada tanggal 11 Juni 1977.\r\n\r\nKetertarikannya dalam dunia menulis sejak kumpulan artikel-artikelnya dimuat di beberapa situs online seperti www.andriewongso.com dan beberapa majalah, serta telah menulis tiga buku yaitu: 1. Bacaan Wajib Semua Sales (VisiMedia, 2011); 2. Demi Waktu: So, Use Your Time Effectively (Gramedia, 2012); dan 3. Be A Writer (Gramedia Pustaka Utama, 2012).

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dan Ketika Daun pun Jatuh

8 Januari 2013   01:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:23 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dan ketika daun pun jatuh, sesungguhnya ia ‘tak mati, ia tetap hidup, yaitu untuk menyuburi tanah, memberikan nutrisi bagi tumbuhan lain, dan juga sumber makanan bagi mahluk kecil di dalam tanah.  Di sanalah kita perlu menyadari, bahwa setiap langkah hidup harus tetap  berarti bagi kehidupan. Melihat daun yang gugurpun masih dapat berarti bagi kehidupan, seyogyanya kita yang hidup, harus berarti bagi diri dan orang lain.

Sejatinya, hidup itu indah. Seindah bunga mawar di taman, jikalau kita bisa menjadikannya berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Bahwa kesusahan adakalanya muncul dalam kehidupan itu pasti terjadi. Ia saling melengkapi, seperti siang dan malam, yang terpenting adalah memaknai kehidupan sebagai tempaan untuk kita bisa belajar lebih baik adalah sebuah keharusan.

Meminjam cerita gede prama, dalam Setenang Pepohonan, Selembut Rerumputan:  “Bagi Batin yang tercerahkan, kebahagiaan yang diperebutkan tidak menambahkan apa-apa, kesedihan yang dienyahkan tidak mengurangkan apa-apa. Perhatikan ikan di air dan burung yang terbang di udara.  Ikan tidak menyebut burung bodoh karena tidak mengenal kehidupan di dalam air. Burung pun tidak menyebut ikan kurang wawasan karena tidak terbang ke mana-mana”.

Catatan kehidupan dapat dijadikan bahan bakar dan muatan untuk dapat belajar dan berbagi bersama orang lain ataupun sebagai bagian untuk instropeksi diri. Di sanalah kita dapat mengambil hikmah terbaik dari sebuah kejadian.

Melihat kenyataan masih banyak pertikaian dan pertentangan antaranak bangsa, tidak perlu menilai siapa yang salah dan siapa yang benar.  Cerita kehidupan  dapat selalu dijadikan pelajaran, agar kita bisa saling memahami satu sama lain.

Menggapai tujuan hidup, dengan langkah ke depan, lalu bergerak ke kanan atau ke kiri, bahkan terus lurus ke depan tidaklah benar ataupun salah; asalkan selalu terbaik bagi diri dan orang lain.  Setiap kejadian dapat menjadi renungan. Keputusan hidup itu bisa saja berbeda, yang terpenting adalah bagaimana dapat berarti bagi orang lain, setidaknya untuk diri sendiri.

--> 2013. TETAP SEMANGAT!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun