Paragraf PembukaÂ
SDGs 12 bertujuan untuk memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Salah satu target utama dari SDGs 12 adalah untuk "mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan secara signifikan" pada tahun 2030, serta "mengurangi dampak negatif dari bahan kimia dan limbah" dan "mengurangi pencemaran lingkungan". Ini menunjukkan betapa pentingnya pengelolaan sampah yang efisien dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan ini
Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan sampah adalah peningkatan volume sampah yang tidak diikuti oleh sistem pengelolaan yang memadai. Banyak daerah, terutama di negara berkembang, menghadapi kesulitan dalam mengelola sampah secara efektif. Sistem pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan yang tidak memadai dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, dampak kesehatan, dan masalah sosial.
IsiÂ
Pengelolaan sampah plastik merupakan isu krusial di Indonesia khususnya dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) ke-12 yang bertujuan untuk memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Sampah plastik memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan, termasuk menurunkan kualitas tanah, mencemari sumber air, serta merugikan kehidupan laut.
Menurut  (Chaerul& Zatadini, 2020)  memaparkan bahwa :  "...peningkatan kepedulian terhadap lingkungan didorong oleh adanya sistem biaya pengelolaan sampah makanan" Peningkatan kepedulian terhadap lingkungan didorong oleh adanya sistem biaya pengelolaan sampah makanan, yang memberi insentif bagi konsumen dan produsen untuk mengurangi limbah. Dengan menerapkan biaya tambahan berdasarkan volume sampah yang dihasilkan, sistem ini mendorong individu dan perusahaan untuk mengelola sisa makanan dengan lebih efisien. Selain itu, sistem biaya ini meningkatkan kesadaran tentang dampak ekologis dari pemborosan makanan, memotivasi perubahan perilaku yang lebih ramah lingkungan. Akibatnya, penerapan sistem ini berkontribusi pada pencapaian SDGs 12 dengan mempromosikan konsumsi dan produksi yang lebih berkelanjutan.
Contoh mudah dari sistem ini adalah bank sampah, bank sampah berfungsi sebagai solusi inovatif untuk mengelola limbah dengan menyediakan tempat bagi masyarakat untuk menyetor sampah yang dapat didaur ulang, sekaligus memberikan insentif ekonomi melalui sistem penghargaan berbasis poin atau uang. Inisiatif ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir tetapi juga meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan limbah. Dengan mengintegrasikan bank sampah dalam sistem pengelolaan sampah, kita dapat mempromosikan daur ulang yang lebih efektif dan mendukung pencapaian SDGs 12 dengan menciptakan pola konsumsi dan produksi yang lebih berkelanjutan.
Adapun altenatif  lain yang memanfaatkan Internet of Things (IoT) , "The utilization of artificial intelligence has the potential to bring about a revolution in municipal waste management by enhancing the effectiveness of waste collection, processing, and classification" (fang dkk , 2023) Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam pengelolaan sampah memungkinkan otomatisasi proses pemilahan dan pengolahan limbah yang lebih efisien, mengurangi kesalahan manusia dan meningkatkan akurasi dalam pemisahan material.Â
Dengan memanfaatkan algoritma machine learning dan analitik data, AI dapat mengidentifikasi jenis sampah secara real-time, memfasilitasi daur ulang yang lebih efektif dan mengurangi jumlah limbah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir. Selain itu, teknologi AI dapat memprediksi pola produksi sampah dan memberikan wawasan untuk strategi pengelolaan yang lebih berkelanjutan. Implementasi AI dalam pengelolaan sampah mendukung pencapaian SDGs 12 dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem pengelolaan limbah.
Kesimpulan
Kesimpulannya, pengelolaan sampah yang efektif dapat dicapai melalui kombinasi berbagai strategi inovatif. Bank sampah, sebagai metode pertama, menyediakan solusi praktis dengan memungkinkan masyarakat menyetor limbah yang dapat didaur ulang dan mendapatkan insentif ekonomi, sehingga mengurangi volume sampah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan limbah.Â