Kurikulum Merdeka merupakan terobosan baru dalam dunia pendidikan Indonesia saat ini. Beberapa tahun belakangan kurikulum Merdeka sudah digunakan dibeberapa sekolah di indonesia. Dalam suatu kesempatan, kami diminta untuk melakukan survei mencari data ke lapangan dengan mengunjungi beberapa sekolah SMP yang ada di daerah kota Kabupaten Malang. Dalam tugas tersebut setiap  kelompok diminta untuk mewawancarai satu guru yang ada di SMP itu sebagai narasumber untuk menanyakan tentang implementasi kurikulum Merdeka.Â
Setelah melakukan wawancara, setiap kelompok wajib membuat laporan persentase terhadap hasil data yang diperoleh. Maka hasil data yang sudah terkumpul digabungkan menjadi satu tabel persentase.
Dari data yang dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa prinsip diferensiasi sangat tinggi nilai persentasenya dan berada di angka rata-rata 95,8%. Jadi dapat disimpulkan bahwa  sekolah SMP yang ada di kota Malang sudah maksimal dalam menerapkan prinsip berdiferensiasi. Bentuk diferensiasi yang sudah diterapkan sangat beragam, dan dapat dikategorikan dalam 3 aspek yaitu: diferensiasi konten, proses, dan produk.  Dalam diferensiasi konten, Guru menggunakan berbagai sumber belajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa, seperti visual, audio contohnya, video pembelajaran, teks bacaan, audio book, eksperimen langsung, permainan edukatif. Kemudian diferensiasi proses, Guru menggunakan berbagi strategi pembelajaran yang sesaui dengan kebutuhan siswa, seperti ceramah, diskusi kelompok, belajar mandiri, presentasi, simulasi dan lain sebagainya. Sedangkan diferensiasi produk, siswa dibebaskan untuk memilih bentuk hasil karya yang ingin mereka tampilkan, sesuai dengan minat dan bakat mereka. Contohnya, karya tulis, poster, video, presentasi, pertunjukan, dan lain sebagainya.Â
Adapun prinsip yang masih perlu ditingkatkan yaitu Prinsip holistik dan relevansi. Penerapan prinsip holistik dan relevansi dalam kurikulum Merdeka memang membutuhkan usaha dan komitmen dari semua pihak. Jika dilihat dari tabel data di atas, persentase prinsip holistik dan relevansi masih tergolong rendah dengan nilai rata-rata 79,4%-79,9%. Maka dari itu diharapkan kepada SMP yang ada di kota Malang perlu menerapkan dan meningkatkan prinsip holistik dan relevansi.Â
Untuk Sekolah MTS-Ash Shalihuddin perlu mendapat perhatian khusus untuk meningkatkan kurikulum Merdeka. Masih terdapat beberapa kendala dan kesulitan yang dihadapi oleh berbagai pihak, seperti: keterbatasan sarana dan prasarana, pemahaman Guru yang beragam, budaya belajar yang tradisional dan lain sebagainya.
Meskipun dalam mengimplementasikan kurikulum Merdeka masih terdapat berbagai tantangan, penting bagi sekolah untuk tetap semangat dan konsisten dalam menerapkannya. Dengan semangat pantang menyerah, kerjasama dan inovasi  tujuan kurikulum Merdeka untuk mencetak generasi muda yang berkarakter, kompeten, dan siap menghadapi tantangan masa depan akan berjalan sesuai dengan harapan.
Saran :Â Para Guru di fasilitasi untuk mengikuti pelatihan dan bimbingan terkait kurikulum Merdeka. Mengikuti pelatihan internal di sekolah untuk menyamakan persepsi dan strategi dalam menerapkan kurikulum Merdeka. Hendaknya menjalin komunikasi yang terbuka dan transparan antara kepala sekolah, Guru, staf, orang tua dan peserta didik. Melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran dan pengembangan profil pelajar pancasila. Libati masyarakat untuk bekerjasama agar mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan program-program kurikulum Merdeka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H