Mohon tunggu...
Antonia Liberty Lelu
Antonia Liberty Lelu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya orang yang sangat tepat waktu dan sangat suka melakukan segala hal dalam bidang broadcasting

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Kerajinan Anyaman di Museum Sri Baduga

14 November 2023   15:25 Diperbarui: 14 November 2023   15:28 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Kerajinan Anyaman, dokpri

Kota Bandung sangat dikenal dengan memiliki banyak museum. Salah satunya yaitu Museum Sri Baduga yang berada di Jalan BKR Tegalega. Tepatnya di seberang Taman Tegallega Kota Bandung. Museum Sri Baduga merupakan meseum yang menyimpan peninggalan-peninggalan dari Jawa Barat. Didirikan tahun 1974, museum diresmikan pada 1980 dengan nama Museum Negeri Provisi Jawa Barat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr Daud Yusuf. Di tahun 1990, museum ini berubah nama menjadi Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga. Sri Baduga ialah nama seorang Raja Agung kerajaan Sunda yang beragama Hindu di Jawa Barat. Dengan menghadirkan koleksi dan benda prasejarah yang sudah ada sejak zaman kerjaan kuno, museum ini memainkan peran penting dalam memahami akar-akar budaya Sunda yang mendalam. Koleksi pada Museum Sri Baduga banyak memamerkan berbagai macam benda bersejarah dan benda antik yang bernilai seni tinggi. Beragam benda tersebut terdiri dari beberapa koleksi, seperti koleksi arca pada zaman megalitik, pakaian adat, rumah, perkakas, permainan, dan alat musik tradisional.

Kesenian anyaman, termasuk dalam jenis etnografi yang menjadi satu dari sepuluh klasifikasi koleksi di Museum Sri Baduga. Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan dan seni yang menarik untuk dibahas, salah satunya adalah seni anyaman. Jawa Barat merupakan salah satu tempat penghasil produk-produk anyaman dengan kualitas tinggi. Anyaman ini merupakan kegiatan seni untuk masyarakat Indonesia pada zaman dahulu mencari nafkah. Kerajinan anyam merupakan salah satu dari kebudayaan yang dimiliki manusia sejak zaman prasejarah. Di mana waktu itu dipakai untuk memenuhi kebutuhan sandang dan perlengkapan pendukung sehari-hari. Anyaman merupakan bukti tradisi Indonesia yang muncul karena ada seni mengayam bambu. Bahkan menganyam merupakan kerajinan tangan yang masih banyak dilakukan sebagian masyarakat Indonesia. Menurut sejarah, beberapa pengikut Sunan Gunung Jati, mengajarkan kerajinan anyaman untuk menarik minat masyarakat memeluk Islam. Ternyata dengan cara ini, perkembangan Islam cukup pesat di Jawa Barat maupun Jawa Tengah. Bahkan, Desa Tegalmantra dan Tegalwangi, tempat murid Sunan Gunung Jati (Ki Tegalmantra) dalam menyebarkan ajaran Islam, dikenal sebagai sentra industri kerajinan anyaman terbesar di Jawa.

Pada Museum Sri Baduga, dapat kita temukan beberapa peninggalan hasil kerajinan anyaman masyarakat pada zaman dahulu dan juga alat-alat untuk menganyam. Usia benda yang dikoleksi pun beragam. Selain itu, pada koleksi seni anyaman, sebagian besar sumber koleksinya penah digunakan untuk kebutuhan aktivitas masyarakat. Hasil kerajinan yang dipajang adalah seperti tas, karpet, dan anyaman-anyaman yang belum sempurna. Dahulu, anyaman hanya digunakan sendiri atau sebagai hadiah dan kemasan hantaran ke sahabat atau keluarga. Beberapa anyaman dibuat dalam bentuk besar untuk menyimpan pakaian, barang dagangan serta saat peperangan digunakan untuk menyimpan senjata. Di museum sendiri terdapat patung yang di ilustrasi bagaimana seorang Perempuan melakukan anyaman. Hal ini dikarenakan pada jaman dulu anyaman adalah pekerjaan wanita sebagai pengisi waktu senggang. Seorang wanita dianggap tidak mempunyai sifat kewanitaan jika tidak mahir seni mengayam.

Kerajinan anyaman di daerah-daerah Jawa Barat, seperti Ciamis, Garut, Majalengka, dan Rajapolah Tasikmalaya merupakan kerajinan sebagai mata pencaharian masyarakat. Kegiatan ini merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dilakukan sampai sekarang. Melalui teknik, motif, dan bahan anyaman yang digunakan, pesan budaya diungkapkan dan dipertukarkan. Anyaman juga memiliki fungsi komunikasi yang penting dalam konteks ritual, sosial, dan budaya, yaitu memperkuat hubungan sosial antarindividu atau kelompok, anyaman dapat memiliki makna simbolik yang mendalam dan digunakan sebagai media komunikasi dengan dunia spiritual atau sebagai sarana untuk menghubungkan dengan leluhur, dan anyaman juga berfungsi sebagai ekspresi identitas budaya suatu komunitas atau kelompok serta sebagai sebagai warisan sosial budaya yang mempertahankan dan mewariskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi. Perkembangan sejarah anyaman tidak jauh berbeda dengan perkembangan seni tembikar. Jenis seni anyaman pada masa Neolitik kebanyakan adalah menghasilkan tali, alat rumah tangga, dan keperluan kehidupan sehari-hari. Motif anyaman pada umumnya  digunakan dalam barang sehari-hari, seperti aseupan (pengukus nasi), boboko (tempat nasi), besek (kemasan hantaran), hihid (kipas), samak (tikar), keranjang, anyaman jenis ini merupakan anyaman halus dan motifnya terlihat unik dan menarik.

Anyaman pandan dan anyaman bambu adalah dua jenis teknik membuat anyaman yang umum digunakan dalam berbagai seni budaya di Indonesia. Dalam pangan, bambu muda (rebung) bisa digunakan sebagai bahan dasar sayur yang lezat. Bambu juga bisa dimanfaatkan dalam pembuatan rumah hunian, sehingga mampu menunjang kehidupan manusia dari segi papan. Selain itu, bambu pun dapat diolah dengan menganyam menjadi beraneka wadah, hiasan, dan aneka kebutuhan sandang yang lainnya. Hasil anyaman dari bambu tidak sekadar memiliki fungsi praktis, tapi juga fungsi estetis. Kerajinan anyaman yang dihasilkan pun bukan sekadar barang, tapi juga mampu menjadi pemanis mata yang bernilai seni dan indah. Selain itu, daun pandan yang juga tidak hanya untuk aroma makanan, tapi juga bisa bahan baku kerajinan. Kerajinan dari daun pandan ini setelah dianyam daun pandan bisa dibentuk menjadi berbagai aneka jenis kerajinan. Nilai ekonomis kerajinan anyaman pandan ini juga tinggi serta berprosfek cerah dan menguntungkan. Selain harga bahan baku murah dan mudah didapat serta pemasarannya bisa menembus keluar provinsi hingga luar negeri.

Beberapa bahan anyaman memiliki filosofi yang kuat seperti, Bambu adalah salah satu bahan anyaman yang sangat kental dengan makna. Bahan anyaman seperti bambu memiliki makna filosofis sebagai lambang kekuatan. Selain itu pandan memiliki nilai filosofi dalam kehidupan masyarakat Sunda. Pandan memiliki karakteristik yang mudah dibentuk, halus, dan lentur. Pandan mempunyai nilai filosofi yang cukup tinggi, misalnya tikar pandan atau samak. Pada jaman dahulu masyarakat Sunda mempunyai kebiasaan bahwa samak merupakan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari keseharian masyarakat Sunda dahulu, mereka lahir diatas tikar, saat ada waktu berkumpul mereka ada di atas tikar dan ketika meninggal ditutup oleh tikar pula.

Koleksi kerajinan anyaman di Museum Sri Baduga menjadi bukti keragaman pengetahuan sekaligus keluhuran budi budaya Sunda selama berabad-abad. Di tengah gempuran industri, mempertahankan tradisi ekonomi kerakyatan merupakan tantangan cukup melelahkan. Untuk itu, agar warisan leluhur ini tidak hilang dimakan zaman, sebagai masyarakat Indonesia kita harus terus mengembangkan potensi yang ada dengan terus memproduksi anyaman bambu maupun pandan terutama sebagai kebutuhan utama dalam kerajinan mengayam. Selain merupakan hasil kerajinan tradisional masyarakat Indonesia, dibanding benda-benda plastik, anyaman bambu dan pandan sangat ramah lingkungan. Namun untuk proses belajar, agar tidak membuang dan bisa memanfaatkannya dengan hasil yang baik, sangat disarankan untuk saat belajar mengenai teknik menganyam  menggunakan bahan seperti kertas, kulit sintetis, kain, mika, pita, dan benda yang sekiranya bisa digunakan dan didapatkan dengan mudah. Maka para generasi sekarang harus memanfaatkan dengan baik warisan ini, karena kerajinan anyaman hingga saat ini masih bisa bertahan, bersaing dengan alat-alat modern karena masih banyak peminatnya atau penggemarnya. Dan juga tanaman bambu yang dulunya dianggap sebagai limbah kini dapat dijadikan sebagai kerajinan yang membuahkan hasil. Oleh karena itu, konservasi bambu maupun pandan juga harus disosialisasikan kepada para pengrajin bambu maupun masyarakat. Namun demikian, diperlukan bantuan dari berbagai pihak agar kerajinan anyaman bambu dapat terus bertahan dan berkembang.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun