Laut Indonesia dan Potensi Sumber Dayanya: Ikan Pari
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan sumber daya laut terbesar terutama postensi perikanan laut dari segi jumlah dan keanekaragaman jenisnya, yaitu dengan luas wilayah laut sekitar 5,8 juta km2 dan panjang garis pantai 81.000 km (Susanto & Fahmi, 2012; Budiharsono, 2001).Â
Ikan Pari sebagai komoditas perairan Indonesia dikategorikan dalam kelompok ikan bertulang rawan kelas Chondrichthyes dan merupakan ikan demersal (Nelson, 1994). Ikan Pari memiliki kandungan gizi yang tinggi dan merupakan salah satu bahan pangan yang perlu dijaga dan dilestarikan untuk menunjang kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat sehingga perlu dilakukan pengelolaan yang baik (Biring, 2011).Â
Pemanfaaatan Ikan Pari sebagai produk olahan ikan asap digemari oleh masyarakat lokal dengan memanfaatkan dagingnya melalui produk olahan berupa daging ikan asar dan ikan garam (asin), dendeng, kuah kuning, rebus, dan goreng (Tebaiy et al., 2022).Â
Pemanfaatan kulit Ikan Pari juga dapat dijadikan sebagai bahan utama pembuatan kerajinan fashion seperti dompet, tas, ikat pinggang, dan aksesoris lainnya yang secara tidak langsung menyebabkan intensitas penangkapan Ikan Pari meningkat pada beberapa tahun terakhir.Â
Ikan Pari memiliki kulit yang sangat keras. Lapisan kulit terluar menyerupai bitnik-bintik kristal yang berfungsi untuk melindungi tubuhnya. Inilah yang membuat tekstur ikan pari dianggap eksotik. Akan tetapi, karena teknik pengerjaannya berbeda dengan kulit sapi secara umum, belum banyak pengrajin yang mampu memanfaatkan dan mengolah kulit Ikan Pari menjadi produk yang berkualitas.
Proses Pengolahan Kulit Ikan Pari dan Benefitnya
Proses pengolahan kulit Ikan Pari diawali dengan memisahkan kulit dari daging kemudian kulit harus diawetkan dengan penggaraman. Proses penggaraman ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan dalam tahap penggaraman, kulit Ikan Pari akan mengalami proses penyamakan. Setelah semua proses penggaraman selesai, kulit setengah jadi bisa diwarnai dengan zat warna khusus yang dapat menyerap pada sisik padatnya. Proses berikutnya adalah pembuatan menjadi barang kerajinan.Â
Dalam tahap ini, kesulitan yang dihadapi adalah penjahitan karena sisik ikan yang sangat tebal dan keras. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh hasil olahan kerajinan adalah kurang lebih satu setengah bulan. Meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama, potensi pasar dari hasil kerajinan dari kulit Ikan Pari ini masih sangat besar. Bahkan, para pengrajin kulit Ikan Pari sudah mulai bergabung dalam pasar Internasional dengan mengekspor hasil karya kerajinannya ke pasar Asia, Amerika, Eropa, dan Australia. Berdasarkan potret tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ikan Pari sebagai potensi Sumber Daya Laut mampu meningkatkan nilai ekonomis masyarakat dengan variasi harga kerajinan yang di tawarkan mulai dari Rp 300.000,00 hingga Rp 2.000.000,00 (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2016).
Ancaman Ikan Pari Sebagai Potensi Sumber Daya Laut di Pulau Jawa
Daging, sirip, dan kulit Ikan Pari yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan serta bahan kerajinan membuat permintaan pasar akan komoditas Ikan Pari terus meningkat sehingga Ikan Pari dijadikan sebagai target atau buruan utama bagi para nelayan dengan jaminan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Akibat dari pemanfaatan yang begitu besar dapat menyebabkan terjadi penangkapan berlebih (overfishing) yang berujung pada menurunnya stok Ikan Pari di laut. Potensi ikan demersal di Laut Jawa sebesar 431.000 ton per tahun dengan tingkat eksploitasi 56% (Triarso, 2004 dalam Mahdiana et al., 2022). Hasil tangkapan Ikan Pari di Jawa Barat pada tahun 2006 kurang lebih sebesar 7.249,70-ton dengan persentase 16,13% dari total komoditas hasil tangkapan laut (Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat, 2006a).