Dalam petualangan dan pendakian gunung, sosok perempuan sudah jelas mampu mengalahkan laki-laki. Ada banyak catatan sejarah yang membuktikan bahwa wanita dalam dunia petualangan, ternyata mampu mengungguli banyak laki-laki. Meskipun secara fisik dan otot mereka tentu saja lebih kecil, akan tetapi dalam banyak bidang yang lain, mereka juga memiliki keunggulan yang bahkan tidak dimiliki oleh para pria.
Nah, berikut adalah profil salah satu petualang wanita di dunia yang memiliki keunggulan tersebut. Ia tidak saja mampu menunjukkan kapasitasnya sebagai seorang petualang besar, namun juga membuat sebuah pencapaian tinggi dalam eksplorasi dan pendakian gunung.
Sebagai penghormatan dan apreasiasi Hari Perempuan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 8 Maret, rasanya tidak begitu terlambat jika  publik Indonesia juga mengenal sosok ini. Untuk emansipasi, kekuatan dan perjuangan kaum perempuan, publik dan fans aktivitas petualangan di Indonesia rasanya cukup layak untuk mengenalnya.
Oya, artikel ini dikutip dari buku berjudul DEWI GUNUNG yang ditulis oleh Anton Sujarwo dan dirilis pada tahun 2020. Informasi bukunya sendiri dapat anda lihat disini.
>>>
Laurence de la Ferriere dilahirkan di Maroko, tepatnya di Casablanca, pada tanggal 16 Maret 1957. Pada tahun 1965, de la Ferriere dan keluarganya memutuskan untuk meninggalkan Maroko dan pulang ke negara asal mereka, Perancis. Di Perancis, Laurence dan keluarganya tinggai di kota Lyon, dan di kota tersebut pada kisaran usia sekolah menengah, Laurence de la Ferriere kemudian berkenalan dengan dunia alpinis dan pendakian gunung.
Selain menemukan minatnya yang ternyata sangat besar dalam dunia pendakian gunung, de la Ferriere juga 'menemukan' calon suaminya dalam aktivitas tersebut. Bernard Muller yang merupakan seorang pendaki gunung Perancis yang cukup populer pada masa itu, kemudian mengajak Laurence untuk mendaki beberapa gunung di sekitar Perancis dan juga di berbagai belahan dunia lainnya.
Akan tetapi alasan utama saya memasukkan nama Laurence de la Ferriere dalam daftar utama buku Dewi Gunung ini sebenarnya bukan karena kemampuannya memecahkan dua kali rekor pendakian tanpa tabung oksigen di Himalaya. Alasan ini bukan pula karena pendakiannya di Yalung Kang, Kangchenjunga, Everest, atau pun Annapurna dan Nanga Parbat.Â
Akan tetapi alasan terbesar mengapa nama Laurence de la Ferriere ada dalam bab khusus buku ini adalah karena apa yang ia lakukan pada kurun waktu antara bulan November 1996 hingga bulan Januari 1997, di mana ia menyeberangi Antartika yang luas seorang diri. Dan hebatnya pada kurun waktu November 2009 hingga Februari 2000, pencapaian ini digandakan kembali oleh de la Ferriere dengan menempuh jarak yang lebih jauh dan mengeksplorasi padang es yang sama sekali belum pernah disentuh manusia.
Ketangguhan, keberanian, dedikasi, kompetisi dan komitmen yang luar biasa adalah bagian utama dalam perjalanan de la Ferriere. Dengan apa yang ia lakukan tersebut, menjadikan ia sebagai perempuan pertama di dunia dan satu-satunya wanita yang pernah meyeberangi keseluruhan wilayah Antartika secara solo dan unsupported. Laurence mengangkut sendiri perbekalannya seberat 140 kg menggunakan sledge. Satu-satunya peralatan yang membuatnya terhubung dengan peradaban adalah sebuah telepon satelit yang ia bawa.