Polarisasi dukungan terhadap capres-cawapres tak hanya terjadi di kalangan masyarakat luas, politisi, tokoh, parpol, dan artis. Media massa juga ikut terpolarisasi tergantung dari siapa pemiliknya. MetroTV dengan Surya Paloh sebagai figur kuatnya yang identik dengan Nasdem tak terhindarkan ada di kubu Jokowi-JK. Sebaliknya, TVOne dengan ARB sebagai pemiliknya mau tak mau mendukung Prabowo-Hatta Rajasa karena koalisi Golkar dengan Gerindra. Demikian juga MNC Group yang belakangan berpihak pada Prabowo mengikuti dukungan HT terhadap kubu Gerindra.
Dalam pelbagai program acara di masing-masing stasiun TV tersebut memang jelas keberpihakan mereka, dari mulai pemberitaan, talkshow, entertainment sampai dengan program acara religius. Masih tak lupa kehormatan yang diberikan kepada Prabowo untuk memberi hadiah kepada pemenang Indonesian Idol di RCTI, misalnya. Prinsip keberimbangan rasanya tak berlaku pada media massa di Indonesia karena kepemilikan media massa dan afiliasinya pada partai politik tertentu mau tak mau mempengaruhi netralitasnya. Kalau pun ada usaha untuk memperlihatkan keberimbangan menjelang Pilpres 2014, upaya itu pun seperti tak sepenuhnya. Sekurang-kurangnya dilihat dari frekuensi pemberitaannya.
Capture Youtube.com
Fenomena ini masih terjadi sampai sebelum TVOne semalam (Rabu, 5/6/2014) menayangkan acara ILC yang dipandu oleh Karni Ilyas sebagai Presiden ILC. Selama ini pun secara faktual ILC berhasil menjaga netralitas opini dan partisipannya dalam setiap episodenya. Salut untuk Karni Ilyas yang memiliki integritas untuk menegakkan prinsip netralitas dan keberimbangan. Ia benar-benar jurnalis yang memegang teguh prinsip-prinsip jurnalisme.
Keteguhan itu pun ditegaskan dalam penutup ILC terakhir semalam. “Saya pamit selama berlangsungnya kampanye pilpres 2014 ini karena saya ingin menjaga ILC agar tak menjadi alat politik,” ujarnya. Betapa elegant-nya pernyataan tersebut di tengah sangat besarnya potensi penggunaan media massa secara irasional sebagai alat politik karena keberpihakan pemiliknya.
Karni “ILC” Ilyas bagaimanapun menampilkan diri sebagai tokoh dengan integritas penuh, dan tak membiarkan dirinya mendapat citra diri yang buruk sebagai figur publik yang mudah dikooptasi dan diperalat untuk kepentingan jangka pendek golongan atau kepentingan tertentu. Kita butuh banyak orang seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H