Mohon tunggu...
Anton Antares
Anton Antares Mohon Tunggu... -

Sedikit bicara. Lebih suka mengekspresikan diri lewat sastra & musik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melati Untuk Jasmine

3 Mei 2012   06:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:48 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bumi Sunan Gunung Djati, 2008

Hancur hatiku mendengar kabar bahwa Jasmine telah bertunangan dengan seorang pria berkebangsaan Negeri Jiran. Aku tak menyangka, kalau harta menjadi kriteria utama baginya dalam memilih cinta, sekalipun ia harus rela ‘dimadu’ oleh pria yang sudah berkeluarga dan beranak tiga itu. Sia – sia lah pendekatan ku selama ini.

Terakhir aku bertemu dengan Jasmine saat ia sedang dibonceng tunangannya. “Yana !!!” begitu dia memanggilku walau kendaraan yang ia tumpangi melaju dengan cepat.

Waktu berlalu begitu cepat. Perlahan aku sudah mulai bisa merelakan kepergian Jasmine. Karena aku yakin, Jasmine bukanlah segalanya dalam hidupku.

Malam ini, tak ada lagi lagu melankolis yang akan kunyanyikan bersama gitar kesayanganku. Malam ini, di kamar ini, aku menyanyikan lagu – lagu Diatonis Mayor, lagu gembira, penyemangat jiwa. Karena sekarang aku sudah menemukan cinta sejatiku yang mungkin lebih baik dari Jasmine.

Tiba – tiba terdengar suara lembut memanggil namaku. Suaranya pernah kukenal. Seketika itu juga aku letakkan gitarku di tempat tidur dan segera keluar. Alangkah terkejutnya aku. Seakan tak percaya dengan apa yang kulihat. Apakah ini mimpi? Oh, ternyata tidak. Ini bukan mimpi. Ini kenyataan.

Dialah Jasmine yang datang sendirian di gelapnya malam. Alangkah bahagianya aku bisa didatangi Jasmine. Betapa tidak? Jasmine adalah bunga desa yang tak ada seorang lelakipun bisa dekat dengannya. Kalaupun ada yang mencoba mendekatinya, Jasmine tidak akan mempedulikannya. Termasuk aku, yang dulu pernah diabaikannya saat bertamu ke rumahnya.

Seketika aku lupa akan masa lalu yang pahit bersama Jasmine. Karena aku bangga bisa kedatangan seorang Jasmine sekaligus penasaran dengan maksud kedatangannya.

“Jasmin?”

“Yana,”

“Ada angin apa kok tiba – tiba mampir ke rumahku?” tanyaku dengan sedikit grogi.

“Aku boleh minta tolong ga?”

“Tentu saja boleh. Minta tolong apa?”

Di kursi depan itulah ia mulai bercerita tentang maksud kedatangannya.

Yang pertama ia pinjam HP ku untuk menelepon tunangannya. Di hadapanku ia bicara dengan tunangannya. Namun bukan kata – kata cinta atau kangen yang terucap dari bibir manisnya, melainkan kata “putus” hubungan. Entah apa maksud Jasmine pinjam HP ku untuk memutuskan tunangannya di hadapanku.

Yang kedua ia minta diajari berman internet. Aku pun mengajaknya ke warnet terdekat.

Di dalam warnet itulah ia banyak bertanya. Dengan sabar aku pun menjelaskan apa yang ia tanyakan. Aku merasa senang dan bangga bisa menunjukkan sesuatu yang ia senangi. Aku tak menyangka bisa sedekat ini dengan Jasmine. Aku yakin, Jasmine mulai menaruh hati padaku. Jasmine sedang PDKT denganku, pikirku.

Tiba – tiba HP ku berbunyi. Sebuah SMS masuk. Hatiku gemetar setelah mengetahui siapa yang kirim SMS. Dia adalah Melati, pacarku. Aku berusaha baca SMS dari Melati tanpa terbaca oleh Jasmine yang memang berada di sampingku.

“Aa, Q mo tnya, tp A jgn mrh y. Apkh A srius mo nikah ma Q? Ato cm buat maen2? Jwb ju2r y A…” begitulah isi SMS dari Melati. Hatiku langsung merinding setelah membaca SMS nya. Aku bingung. Jawaban apa yang harus aku berikan. Sementara aku sedang dekat dengan Jasmine.

Aku taruh kembali HP ku ke dalam saku celana. Aku tidak bisa membalas sekarang.

“SMS dari siapa Yana?” Tanya Jasmine dengan wajah penasaran.

“SMS dari Melati,” jawabku kalem, tanpa menjelaskan siapa Melati.

Besoknya, Jasmine mengajakku ke warnet lagi. Aku pun membawanya ke warnet langgananku. Tiba – tiba Jasmine meminjam HP ku untuk mengirim SMS kepada temannya. Aku yakin, dia pasti membaca SMS dari Melati yang kemarin. Tapi aku tak peduli. Aku sudah siap dengan semuanya.

“Kamu mau nikah?” Tanya Jasmine setelah dia membaca SMS Melati dan SMS balasanku yang menyatakan bahwa aku benar – benar serius mau menikah dengan Melati.

“Ya. Emangnya kenapa?”

“Mengapa kamu ga bilang kalau kamu sudah punya pacar?” Jasmine balik nanya.

“Dulu, kamu juga kenapa ga bilang-bilang kalau kamu mau tunangan dengan orang Malaysia? ”

Malam itu sepertinya malam yang kelabu bagi Jasmine. Sekaligus malam terakhirnya bertemu denganku. Karena setelah itu dia tidak lagi menemuiku bahkan mengabariku.

Beberapa minggu menjelang pernikahanku, ada pesan masuk di email ku. Aku terkejut, ternyata email dari Jasmine. Sepertinya ia sudah mulai mahir bermain internet.

“Ass. Gimana kabar Yana? Saya Cuma mau ngucapin terimakasih banyak, karena Yana sudah banyak membantu saya. Sekarang saya sudah bisa bermain internet. Sekali lagi terimakasih. Yana adalah pria terbaik yang paling mengerti saya.Salam untuk Melati.”

Jasmin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun