[caption id="attachment_307774" align="aligncenter" width="600" caption="(Megawati Sukarnoputeri, Sumber Photo : tahukah-and4.blogspot.com )"][/caption]
-Megawati Sukarnoputeri, adalah 'sejarah yang Indonesia yang hidup', perempuan yang lahir dari kesaksian demi kesaksian negeri ini, perempuan yang tumbuh dari lembut dan kerasnya sejarah politik di Indonesia, dan ia adalah tanggul batu yang tak pernah jebol dalam aliran deras lumpur sejarah,-
Bercerita tentang Megawati adalah bercerita soal Sukarno, soal Fatmawati, soal Orde Baru, dan sampai detik ini, soal Jokowi, ia sejarah yang sambung menyambung, ia ikatan yang tak pernah lepas dari negeri ini, sejak lahir ia memang sudah ditakdirkan menjadi "Perempuan Penjaga Republik'.
Bung Karno sendiri mengenang kelahiran Megawati, khusus dalam buku otobiografi-nya "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat". Dalam memoarnya itu Bung Karno bercerita soal detik-detik kelahiran Megawati.... "Di bulan Januari, anak perempuan saya lahir. Sebelum Fatmawati mengandung, ia pemah bermimpi diberikan seuntai kembang sepatu merah oleh ayah saya. lni berarti bahwa dia segera dikarunia seorang putri. Saya tak pemah melupakan bahwa pada tanggal 23 Januari (1947), istri saya baada di tempat tidur dan tidak dibawa ke rumah bersalin. Kamar disiapkan untuk melahirkan putriku. Namun, tiba-tiba lampu padam, gelap gulita, langit gelap sekali seolah ditelan awan gelap malam.
Mega gelap dan berat. Hujan turun menghantanl langit-langit rumah, air hujan masuk melalui atap-atap rumah yang bocor, deras sekali. Air masuk menggenangi rumah. Dokter dan juru rawat memindahkan Fatmawati ke kamar tidumya. Dia basah kuyup, seperti juga perkakas dokter, kain sprei, pendeknya semua. Dalam kegelapan malam itu, cuma ada penerangan dari sebatang lilin. Putri kami lahir. Kami menamakannya Megawati. Mega berarti awan. " Hidup Megawati memang laksana langit, ada awan, ada mendung dan kadang ada keceriaan seperti matahari pagi yang ranum, kelahirannya sendiri bertepatan dengan penyerangan militer Belanda yang dikenal sebagai 'Agresi Militer Pertama' saat itu pasukan Belanda menduduki wilayah-wilayah produktie di Jawa dan Sumatera, perkebunan-perkebunan diduduki, seluruh kota-kota dikepung, tentara-tentara TNI dan laskar rakyat dibantai dari kota demi kota, serbuan ke kota seluruh Jawa terjadi tujuannya hanya satu "Mengepung Yogyakarta" dan menangkap Sukarno. Ketika itu musim hujan, derasan air hujan membanting-banting atap Gedong Agung, tempat Sukarno tinggal, 23 Januari 1947 seorang bayi merah lahir, Sukarno yang mondar mandir gelisah di depan ruang persalinan Fatmawati berkali-kali menghirup nafas panjang, ada perasaan penuh dalam dirinya, harapan sekaligus kegelisahan. Tiba-tiba Dokter Suharto mendekati Bung Karno. "Pak, sudah lahir...bayi perempuan" kata dokter Suharto, dokter pribadi Bung Karno. Sukarno lantas melihat ke arah taman di teras belakang Gedong Agung...lalu ia membalikkan badan ke arah timur, dan pelan-pelan berdoa "Kuatkanlah anak ini, kuatkanlah dalam kehidupannya ya Allah swt..." doa Bung Karno. -Sebuah doa yang menggambarkan bahwa kelak Megawati akan menerima dentuman sejarah berkali-kali. [caption id="attachment_307775" align="aligncenter" width="591" caption="(Sejak Kecil Mega kerap dibawa ayahnya berkeliling Indonesia, Sumber Photo : Akun Facebook Megawati Sukarnoputeri)"]
[/caption] Perang Revolusi selesai 1949, Sukarno kembali ke Djakarta dan berpidato dengan penuh kemenangan pada 29 Desember 1949, pidato yang menggetarkan seantero Indonesia, pidato yang mampu membuat nangis tukang becak, tukang sayur dan pegawai sekecil-kecilnya, sekaligus sebagai penanda Sukarno dan keluarga tinggal di Istana, sebuah gedung megah yang direbut dengan riwayat jutaan denting air mata rakyat negeri ini. Mega tumbuh di Istana, ia seperti gadis kecil lainnya, bersekolah di Taman Kanak-Kanak Asuhan Pak Kasur, belajar bernyanyi gembira, lalu diajari Bapaknya tentang Indonesia, Mega pernah mengenang lagu yang pernah dikenalkan Bapaknya adalah lagu-lagu tentang cinta tanah air. Kelak lagu-lagu itulah yang secara sengaja atau tidak sengaja membawa dia pada kekuatan batin menghadapi gempuran politik
"Rasa cinta pada tanah air sudah aku rasakan sejak aku kecil, sejak pertama kali Bapakku mengenalkan Indonesia, mengenalkan lagu-lagunya, mengenalkan benderanya dan sejak itulah hidupku aku lakukan untuk bangsaku Indonesia" kata Megawati suatu saat ketika ditanya tentang apa arti Indonesia. Mega tumbuh menjadi dewasa, hatinya luka ketika melihat Ibunya harus berpisah dengan Bung Karno, saat itu Fatmawati menolak dipoligami dan ia keluar dari Istana lalu tinggal di Rumah Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru, kerap air matanya jatuh ketika membaca berita-berita di koran-koran soal kehidupan keluarganya, tapi ia sadar bapaknya orang besar, milik bangsa, ia tidak bisa memiliki bapaknya hanya untuk dirinya sendiri, sejak itulah ia paham apa arti perngobanan, ia mulai merasakan pengorbanan dari hal paling dekatnya. Sebagai anak, Megawati adalah pengagum bapaknya. Bila Guntur Sukarnoputera putera tertua Bung Karno mengenang Bung Karno sebagai bapak yang jenaka, bapak yang menggembirakan, maka Megawati mengenang Bapaknya sebagai Bapak yang hidupnya sepenuhnya untuk bangsanya. Di meja makan Bung Karno kerap bercerita soal Indonesia dan mimpi-mimpinya. "Bapak ingin, negeri ini semaju bangsa-bangsa lain, rakyatnya tidak dihina karena kurang terpelajar, aku siang malam bekerja agar negeri ini menjadi bangsa yang terpelajar, agar kita jadi bangsa terhormat, jadi kalian juga harus rajin dan mengerti...belajarlah keras, cintai negeri ini, kelak negeri ini akan memanggil kalian..." kata Bung Karno di meja makan seperti yang diingat Megawati. [caption id="attachment_307777" align="aligncenter" width="640" caption="(Bung Karno mencium Anak-Anaknya, Sumber Photo : Akun Facebook Megawati Sukarnoputeri)"]
[/caption] Hidup Mega adalah bunga dan buku, ia amat mencintai bunga. Sejak kecil ada kebiasaan Megawati yang tak pernah hilang bahkan sampai detik ini, ia suka berjalan-jalan di kebun bunga. Bila berjalan ia membawa notes, atau catatan kecil, ia amat senang mencatat nama jenis tanaman, apa tanaman ini dan bagaimana kegunaannya. Di masa Sekolah Dasar ia bahkan seperti ilmuwan cilik, punya catatan nama tanaman dan kerap mengukur pertumbuhan tanaman lewat catatan kecilnya. Namun dibalik kesukaannya dengan tanaman, Megawati adalah orang yang amat senang mengamati tingkah manusia. Sebagai anak Sukarno, ia bertemu dengan banyak orang, dan orang-orang itu ia perhatikan bagaimana tingkah lakunya, bagaimana kesetiaan dan pengkhianatannya, bagaimana kejujuran dan kebohongan manusia yang ia temui, ia mengamati manusia seperti Sphinx, dalam diam-nya ia mencatat. Pengamatannya soal manusia inilah yang membuat sejak SMP ia kerap membaca buku-buku soal psikologi, awalnya ia membaca catatan-catatan psikologi ringan seperti persoalan-persoalan yang diterbitkan di surat kabar dan majalah, kemudian ia membaca buku agak serius soal Psikologi.
Peristiwa Penggranatan Cikini Setiap orang punya trauma dalam perjalanan masa hidupnya, trauma terbesar Megawati di masa kecilnya adalah peristiwa Penggranatan Cikini 1957, disitulah Megawati merasakan bagaimana beratnya menjadi anak Presiden. Pada tanggal 30 November 1957, Yayasan Cikini tempat dimana Megawati bersekolah, mengadakan ulang tahun. Diundanglah orang tua murid, karena seluruh anak Bung Karno bersekolah di SD Yayasan Cikini, maka Bung Karno bersiap datang memenuhi undangan sekolah. Di sekolah banyak stand pameran hasil karya anak murid. Bung Karno berkeliling ke stand-stand, 15 menit setelah Bung Karno berkeliling, tiba-tiba meledak granat. Megawati sendiri mengingat dia langsung masuk kolong meja, dan ketakutan, anak umur 10 tahun itu lalu melongok ke atas meja, mencari-cari bapaknya. Sementara Bung Karno dibawa oleh dua tentara penjaga DKP (Detasemen Kawal Pribadi), Ngadijo dan Oding menerobos ke pagar dan meloncati kawat berduri, tangan Bung Karno berdarah-darah, salah seorang ajudan Bung Karno, Mayor Sidarto Danusubroto meloncat ke arah Bung Karno dan merentangkan tangan, ia melidungi Bung Karno, granat ketiga meledak, Sidarto terluka parah (Sidarto kelak menjadi ketua MPR RI menggantikan posisi Taufik Kiemas). Mega kecil melihat temannya bergeletakan, diangkut dijajar-jajar, ia menangis... tercatat sembilan orang teman SD Mega, tewas dalam ledakan itu. Tiap malam setelah hari-hari menakutkan itu Mega selalu menangis, sampai pada satu saat di sebuah sore ia sadar, tujuan negara ini besar dan sejarah negara besar memang kadang kelam kadang cerah, kita harus kuat bila negara sedang berjalan ditengah awan kelam. Satu pagi, Bung Karno sarapan dengan Megawati saat itu Mega sudah lulus SMA dan hendak melanjutkan kuliah, negara sedang genting tahun 1966, kekuasaan Bung Karno diambang kehancuran, Jenderal-Jenderal pro Suharto mulai mengepung dan membully Sukarno. "Dis...(Sukarno selalu memanggil Mega dengan kata Adis, dari kata Gadis), ...Bapak ingin kamu kuliah di Fak. Pertanian" Megawati diam saja, dan tak lama menolak, tapi Bung Karno bersikeras "Bangsa ini perlu ahli-ahli teknik pertanian, amat perlu agar kita bisa berdaulat pangan, bangsa yang berdaulat pangannya adalah bangsa yang sejahtera" kata Bung Karno. Akhirnya Bung Karno berdiri "Megawati, kamu sekolah di Pertanian...ini Perintah..!!" Bung Karno melihat bahwa puterinya bukan lagi pribadi per pribadi tapi ia simbol dari gerak anak muda negeri ini, Bung Karno melihat bahwa perlu ribuan sarjana pertanian, perlu ribuan sarjana ahli pertambangan dan mineral untuk membangun bangsa ini. Dan dari perintah itu terlihat obsesi Sukarno, walaupun ini dihadapi Megawati dengan tangisan berhari-hari di kamarnya, mimpinya adalah belajar Psikologi, bidang yang ia senangi. [caption id="attachment_307778" align="aligncenter" width="236" caption="(Megawati Remaja, Sumber Photo : Majalah Violeta)"]
[/caption] Masa kuliah Megawati berlangsung amat pendek, Bapaknya dikepung suasana murung politik. Pada satu saat seorang tentara datang dan membawa surat "Mbak Mega tidak bisa kuliah lagi". Mega sadar alasan tentara untuk menghentikan sekolah dia, karena dia anak Sukarno. Mega sempat menangis betapa tidak adilnya hidup di jaman gempuran Suharto saat itu, karena Belanda saja saat menjajah membebaskan hak berpendidikan, tapi oleh bangsa sendiri hak berpendidikan Megawati dihentikan dengan kejam.
Masa-Masa Kelam di Akhir Hidup Bung Karno dan Perkawinan Pertama Megawati Peristiwa diculik dan dibunuhnya perwira-perwira tinggi SUAD menjadikan Presiden Sukarno tersudut, karena penculiknya dikenal sebagai Pasukan Kawal Pribadi Bung Karno, Tjakrabirawa dan pasukan yang didatangkan dari Semarang dan Surabaya. Letkol Untung Bin Samsuri menjadi tersangka utama dalam komando penculikan Yani cs, sementara Pangkostrad Suharto dengan cepat memainkan irama pasukan untuk memihak dirinya sekaligus menghidupkan eforia kegilaan rakyat yang massif dengan permainan media. Presiden Sukarno dikepung kekuatan-kekuatan yang tadinya setia berada di belakang Presiden sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata menjadi Pasukan yang langsung head to head melawan Bung Karno.
Sejarah berjalan amat cepat, Sukarno yang begitu agung binatara digiring oleh Jenderal Suharto layaknya pencopet dari Pasar Senen. Di kerangkeng di tempat yang kotor dan jorok, kesehatannya tidak diperhatikan. Dalam situasi yang penuh penghinaan Sukarno dimatikan pelan-pelan. Masa-masa terakhir hidup Bung Karno menjadi kenangan berwarna kelabu dalam ingatan Megawati, ia bersama Guntur dan adik-adiknya selalu resah melihat keadaan bapaknya. Yang ia lakukan hanya berdoa dan berdoa. Bung Karno yang berada dalam tahanan politik tidak bisa melihat anak-anaknya menikah. Mega sendiri menikah dengan Letnan Satu Penerbang Surindro Supjarso, pilot pesawat tempur terbaik lulusan Akademi Angkatan Udara. Pada 1 Juni 1968, Mega dan Pacul (panggilan akrab Surindro) menikah, Surindro sendiri adalah anak seorang dokter yang berdinas di Lampung. Di masa pernikahan ini, kondisi Bung Karno yang jadi perhatian utama Megawati. Ia selalu menangis bila melihat kondisi bapaknya yang selalu kesakitan, pernah satu saat ia menengok bapaknya, ia melihat wajah Bapaknya bengkak-bengkak, bapaknya tidak bicara apa-apa, Sukarno yang dulu tampan dan penuh pesona menjadi wajah yang sakit, wajah yang jauh dari sifat cerdas dan jenaka ala Bung Karno, pulang dari menjenguk bapaknya air matanya selalu mengalir. Pernah satu saat, Mega tak kuat melihat Bapaknya, tapi Bung Karno malah memanggilnya mendekat "Jangan kau tangisi bapakmu ini, ini bukan apa-apa, kita harus melihat Indonesia dan menjaganya, Bapak sudah menjaga Indonesia, apakah kamu juga bisa menjaga Indonesia, menangislah untuk Indonesia..." Memang Indonesia adalah obsesi utama Sukarno, daya hidup terbesar Bung Karno. 21 Juni 1970, Bung Karno wafat. Rakyat yang saat itu separuh dilarang melihat jenasah Bung Karno, namun rakyat melawan tentara, mereka dengan berani berdiri di jalan-jalan, mereka ingin mengucapkan selamat tinggal pada bung besar yang telah menghadiahkan Indonesia Raya, mereka melambaikan tangan dan mereka menangis ketika melihat mobil bung besar melintas jalan Gatot Subroto menuju Halim, di jalan Pancoran dekat Patung Dirgantara, mobil berjalan perlahan, seorang arsitek patung melihat ke bawah dan menghormat pada pemesannya. Bung Karno tak bisa melihat Patung Pancoran, sebuah lambang kehebatan Angkatan Udara Indonesia. Sepeninggal Bung Karno keadaan bukan lagi menjadi lautan biru yang tenang bagi Megawati, ia melahirkan anak pertamanya Muhammad Rizky Pratama, Surindro menamai anak ini sebagai "Rejeki Pertama" yang harus ia jaga. Lalu di tahun 1971, Megawati mengandung anak kedua. Peristiwa kelam-pun datang lagi menghampiri Megawati, dia mengandung anak kedua. Kabar datang begitu mendadak ke telinga Megawati. "Lettu Penerbang Surindro Supjarso dikabarkan hilang ditengah rimba Irian Jaya" Surindro jatuh ditengah hutan yang gelap di Irian Jaya, dan Irian Jaya berhasil direbut Bung Karno, sebagai kehormatan terakhir Proklamasi 1945. Hilangnya Surindro membuat Mega hidup dalam getir, ia hidup dalam lautan pertanyaan "dimanakah suamiku" sementara ia mengandung enam bulan anak Surindro. Yang akhirnya di tanggal 23 April 1971 lahirlah seorang bayi lelaki yang dinamakan Muhammad Prananda Magendra Karnadjaja. Di tengah kesedihan Megawati, ia berharap anak yang lahir dari lautan kesedihan ini akan membangkitkan kejayaan Pemikiran-Pemikiran Bung Karno, melanjutkan rantai sejarah revolusi yang terhenti.
Perkawinan dengan Taufik Kiemas Setelah kehilangan Surindro, Mega hidup dalam situasi hampa. Ia membesarkan dua bayi yang bapaknya masih tanya pergi atau pulang kembali ke rumah. Di tahun 1972 Mega berusaha kembali membangun hidupnya yang hancur itu, ia menjalin hubungan cinta dengan seorang diplomat Mesir, namun Guntur kakak kandungnya yang tertua menolak hubungan itu, atas desakan keluarga mereka menghentikan pernikahan Megawati. Guntur, kakak kandung lelaki tertua Megawati paham atas kesedihan Mega apalagi Mega masih harus merawat dua balita. Guntur adalah orang yang pandai bergaul, pergaulannya luas, ia mewarisi sifat Bung Karno yang jenaka dan sering kumpul dengan teman-teman. Salah seorang kawan akrab Guntur adalah Taufik Kiemas, seorang pemuda ganteng berperawakan tinggi, kulitnya putih dan kerap disapa 'bule'. Si Bule ini habis keluar penjara karena membela Sukarno, saat itu aktivis yang ditengarai oleh tentara berada di belakang Garis Pemikiran Sukarno maka resikonya masuk bui. Dari pernikahannya dengan Taufik Kiemas, lahirlah bayi perempuan yang diberi nama Puan Maharani.
Pertarungan Politik Melawan Orde Baru Megawati adalah petarung terbesar lawan politik Suharto, hal ini menjadi kejutan sejarah. Mega yang hidup tenang di Cempaka Putih, menjadi ibu rumah tangga, tiba-tiba menjadi Ketua DPC PDI Jakarta Pusat. Ditariknya Megawati ke dalam tubuh PDI adalah bagian dari dialektis politik Suharto yang saat itu membiarkan kaum Nasionalis membesar, untuk menghalangi pandangan media bahwa Suharto secara konspirasi sedang menggembosi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), namun pembiaran Suharto atas penarikan Megawati ke dalam pusaran politik menjadi gelombang hebat perlawanan Orde Baru, rakyat mulai berani melawan tentara dengan memanggul foto-foto Bung Karno. Menteri-menteri Orde Baru marah, namun Suharto sedang ada perhitungan dengan PPP dalam penggembosan kekuatan Islam sehingga kaum Nasionalis dibiarkan menggelembung dijalan-jalan. Di tahun 1987, PPP sengaja dibangkrutkan oleh Suharto, namun PDI dengan sukses terhindar dari mesin giling Suharto dan memerahkan Jakarta. Nama Megawati sontak menjadi kesadaran revolusioner untuk melawan tirani Orde Baru"Jangan Takut Melawan Pemerintah". Disini Mega bergerak sendirian, ke lapangan terbuka, rakyat takut-takut mengintip ke lapangan, dari balik rumahnya. Dengan lantang Mega berteriak "Hei, kamu yang ada disana...Hei...Jangan Takut, Kita Harus Kuat...Jangan Takut" lalu rakyat perlahan keluar, satu-satu lalu berkerumun di dekat Megawati. "Dari sinilah kita mulai berjuang". Bila sekarang kita melihat betapa mudahnya membangun Partai, penuh fasilitas, namun jangan tanyakan ini pada Megawati, ia merasakan susahnya membangun Partai. Rakyat yang saat itu berani memilih PDI ditakut-takuti tentara, bahkan dikucilkan di kampungnya. Tapi rakyat yang berani selalu memasang gambar PDI dan Bung Karno, sebuah benih keberanian untuk mengembalikan 'sejarah Indonesia Raya'. Mega melantik sendiri Pemimpin Anak Cabang (PAC), ia bergerak dari tingkat paling rendah di dalam struktur partai, ia datangi kampung di tengah hutan kalimantan, ia terobos ganasnya jalan berdebu di Sulawesi, ia datangi Irian Jaya, Ambon dan menembus ke kampung-kampung rakyat membangun sebuah rantai kekuatan Partai. PDI membesar, tapi di tahun 1993 Suharto sudah merasa memegang kekuatan Islam, Islam yang radikal berhasil ia kendalikan, kini sasarannya kepada kelompok Nasionalis-Sukarnois yang tidak boleh membesar, lalu Suharto mendekat pada Islam dan BJ Habibie mendirikan ICMI seraya dua sasaran Suharto untuk digebuk : Megawati dan Gus Dur. Operasi Penggebukan Gus Dur dikenal dalam operasi intelijen adalah Naga Hijau dan Operasi penggebukan Megawati dikenal Naga Merah. Tahun 1993, di kongres Surabaya ditengah operasi intelijen penghancuran kekuatan politik Megawati, namun Megawati tetap tegak melawan orang-orang suruhan Orde Baru. Ia berdiri di tengah massa-nya, ia berdiri di depan pendukungnya "Sekali layar direntangkan, pantang kita surutkan" begitu kata Mega ketika berhadapan dengan lawan politiknya yang ingin menjatuhkan. Tahun 1993 Mega berhasil menjadi Presiden RI dan Suharto menerima Megawati di Bina Graha dengan posisi sejajar, saat itu rakyat melihat "Toh, pada akhirnya Suharto bisa dikalahkan...." [caption id="attachment_307782" align="aligncenter" width="502" caption="(Kerusuhan 27 Juli 1996, Puncak Pertarungan Politik Megawati di Masa Orde Baru, Sumber Photo : Demonasnews.com)"]
[/caption] Tahun 1996 dikenal sebagai tahun terburam bagi Megawati, Suharto memerintahkan "Gempur Megawati baik dengan cara halus dan kasar" intinya Megawati jangan sampai ikut jadi kekuatan politik yang bertarung pada Pemilu 1997. Saat itu Suharto menginginkan dirinya bisa menjadikan tahun 1997 sebagai tahun terakhir jabatannya sebagai Presiden RI, ada rumor setelah Suharto maka yang menggantikan adalah Mbak Tutut Jelas Megawati lebih populer ketimbang Mbak Tutut, dua perempuan ini kerap dijadikan headline oleh media massa pada tahun 1995-1996 sebagai dua orang yang sedang berhadapan. Suharto memerintahkan tentaranya mengepung markas PDI di Diponegoro lalu membentuk struktur PDI boneka yang segara menggantikan Megawati, massa pendukung Megawati bertahan di Diponegoro, akhirnya terjadi serbuan 27 Juli 1996, setelah penggempuran markas Diponegoro, Megawati didatangi beberapa orang kuat yang beroposisi dengan Orde Baru, saat itu Mega ditanya "Apakah Ibu akan melawan Suharto dengan cara people power gaya Aquino?" jawab Mega tegas "Saya tidak akan melakuna people power, itu akan membawa anarki saya harus percaya pada hukum" dari sinilah kemudian lahir kekuatan politik ala Megawati "Kesabaran Progresif Revolusioner".
Presiden Megawati Reformasi bergerak keras, hampir terjadi Revolusi tanpa komando. Beruntung saat itu Megawati dan Gus Dur mengadakan sebuah kesepakatan untuk menyelamatkan negara di tahun 1998 dimana saat itu rakyat sudah tidak percaya dengan Orde Baru, namun kekuatan alternatif belum tumbuh benar. Lalu Mega juga menyarankan agar Amien Rais disertakan sebagai representasi kekuatan Muhammadiyah. Mega, Gus Dur , Amien Rais dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX akhirnya bertemu dan mengadakan kesepakatan Ciganjur. Dari kesepakatan Ciganjur kemudian berkembang dari suasana penjatuhan BJ Habibie lewat jalur Parlemen. Pemilu 1999 digelar PDI menang sampai lebih 30%, disini Megawati logikanya menjadi Presiden RI, dengan intrik Amien Rais, suara yang 30% itu dibalik jadi 70% tidak memilih Megawati dan ia membangun poros tengah, mengonsolidasi kekuatan yang tidak mendukung Megawati. Lalu terpilihlah Gus Dur. Masuknya Gus Dur sebagai Presiden RI rupanya tidak membuat Amien Rais, ia bikin intrik lagi, kali ini ia dibantu jajaran tentara. Saat itu Gus Dur melakukan Dekrit Presiden yang ujung-ujungnya malah menjatuhkan dirinya dan Megawati menjadi Presiden RI. Ketika Megawati menjadi Presiden RI banyak kontroversi ditabalkan pada dirinya tentang Indosat, Sipadan dan Ligitan dan Penjualan Gas Tangguh, inilah yang diserang oleh lawan politik Megawati bahwa apa yang dilakukannya adalah tindakan A-Nasionalis. Padahal apa yang dilakukan Megawati saat itu soal Indosat adalah menyelamatkan Anggaran, namun memang Megawati agak salah dalam melihat estimasi, satu-satunya cara mengenal Megawati adalah ia amat taat dengan hukum. Penyelesaian hutang Suharto sudah ditandangani Suharto dan ia harus cuci piring. Begitu juga soal Sipadan dan Ligitan, dua pulau yang tiba-tiba muncul kemudian oleh Inggris dibuat seolah-olah ada kehidupan, Sipadan memang arahnya dijadikan "Malvinas Kedua" sebagai sarana untuk menggoda kekuatan agresif Indonesia. Tapi Megawati tidak terpancing. Di tahun 2004 Megawati meletakkan jabatan setelah Pemilu 2004.
Munculnya Jokowi dan Kekuatan Batin Megawati Jokowi adalah nama yang tiba-tiba menghentakkan kekuatan elite politik di segala lini, ia berhasil dengan
smooth menguasai satu jabatan demi satu jabatan, ia begitu dicintai rakyat karena bekerja. Megawati sebagai politisi yang berpengalaman jelas memperhatikan kerja Jokowi, dan ia bangga karena Jokowi adalah hasil karya kader yang bergerak dalam tubuh PDI Perjuangan, Jokowi adalah anak kandung kekuatan PDI Perjuangan untuk keras berdiri di luar garis Pemerintahan. [caption id="attachment_307783" align="aligncenter" width="559" caption="(Jokowi adalah Hasil Terbaik dalam Sejarah Politik PDI Perjuangan, sumber photo : www. delapan6.com)"]
[/caption] Seluruh media dan rakyat bertanya-tanya kemana arah angin politik Megawati soal Jokowi. Karena bila Jokowi dimajukan, banyak Partai-Partai Politik akan tenggelam. Tapi Megawati diam, ia penuh perhitungan politik, dan ia sudah membaca kekuatan-kekuatan, Megawati seperti gaya kepemimpinannya ia bisa saja mengambil keputusan di tengah narasi teatrikal, tapi juga mampu membuat keputusan seperti seorang Pemimpin yang sudah tahu arah jaman. Di tahun 2014, Tahun Penentuan semua menunggu apa kata Bu Mega........ -Selamat Tahun, Bu Mega Indonesia Berterima Kasih pada Gerak Sejarah Hidupmu................ (
Anton DH Nugrahanto).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya