Mohon tunggu...
Anton DH Nugrahanto
Anton DH Nugrahanto Mohon Tunggu... Administrasi - "Untung Ada Saya"

Sukarnois

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sejarah Jumpalitan Politik Amien Rais

19 April 2014   23:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:28 4183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_320620" align="aligncenter" width="500" caption="(Amien Rais, Sumber Foto : tokohtokoh.com)"][/caption]

Dalam gelanggang pertarungan politik 2014, bisa dikatakan Amien Rais adalah politisi paling gaek yang langsung masuk dalam perang politik 2014.  Dengan memajukan ide "Koalisi Indonesia Raya" ia mencoba menarik beberapa partai Islam untuk kemudian dinegosiasikan dengan Partai Nasionalis. Ide ini jelas akan menaikkan nilai tawar politik PAN serta mengerek naik peluang Partai Demokrat untuk ikut dalam Pencapresan.

Dibalik kelihaian Amien Rais dalam memanfaatkan peluang politik sebenarnya ada sejarah kelam yang harus dipelajari untuk merunut 'biografi politik Amien Rais kebelakang.  Amien Rais yang terlalu tancap gas dalam politik justru menjadikan Muhammadiyah tidak lagi bergerak dalam bidang dasarnya yaitu : Pendidikan dan Ekonomi Urban/Perkotaan. Selain itu Amien Rais terlalu membawa PAN sebagai partai yang amat praksis, sejak reformasi 1999 PAN tak pernah menjadi partai kuat, padahal kemunculan PAN memiliki warna jelas momentum yaitu : Antitesis terhadap Politik Orde Baru.  Berbeda dengan PDI Perjuangan yang diisi oleh banyak kaum radikal dan petarung jalanan pada masa reformasi 1999,  PAN diisi oleh kaum elite, namun elitisme PAN saat itu justru menentukan roda sejarah. Amien Rais lewat Partai kecilnya mampu menjadikan dirinya sebagai Mercusuar Politik, tapi Amien Rais juga gagal menjadikan PAN sebagai Partai Otentik, sebuah partai yang tumbuh organik di habitatnya. PAN gagal menarik orang-orang Muhammadiyah menjadi pendukung militan, tapi juga sekaligus menjadikan Muhammadiyah malah terjebak dalam politik praktis.

Muhammadiyah,  Central Pendidikan Rakyat dan Ekonomi Urban

Pendirian Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan, sesungguhnya untuk memurnikan ajaran Islam,  KH Ahmad Dahlan menilai banyak sekali kejanggalan dalam pelaksanaan ajaran-ajaran Islam yang bercampur baur dengan adat istiadat yang tidak ada kaitanya dengan tata cara beribadah Islam. Selain itu Muhammadiyah berkembang menjadi bagian perlawanan penting terhadap diskriminasi ekonomi yang dilakukan Pemerintah Hindia Belanda. Saat itu KH Ahmad Dahlan cara untuk memperluas wawasan umat Islam di Indonesia adalah dengan "Sistem Pendidikan Modern". - Setelah melalui beberapa rapat-rapat pengembangan organisasi akhirnya dipilih strategi jangka panjang "Pendidikan rakyat" lebih penting daripada politik, karena pendidikan akan membangun sebuah bangsa dalam jangka panjang sementara politik akan terkekang oleh kepentingan-kepentingan sempit. Selain pendidikan, Muhammadiyah berkomitmen pada pembangunan pusat-pusat kesehatan rakyat. Komitmen yang sudah dilakukan secara cermat sejak tahun 1930-an membuktikan Muhammadiyah berhasil menjadi organisasi kemasyarakatan yang paling berpengaruh di negeri ini.

Lalu Amien Rais di dekade 1990-an  masuk ke dalam jajaran pemimpin Muhammadiyah,  berbeda dengan pendahulunya KH AR Fachruddin yang memiliki "watak Muhammadiyah asli" yaitu sebuah watak yang genuine untuk memajukan masyarakat, Amien Rais memiliki "Watak Insting Politik".  Pak AR (panggilan akrab AR Fachruddin) adalah contoh kader Muhammadiyah yang mampu mengembangkan gagasan dakwah.  Dan dakwah Pak AR tidak sekedar berbicara di depan mimbar-mimbar agama, tapi ia 'blusukan' ke daerah-daerah mendengar apa yang digelisahkan masyarakat. Pak AR adalah orang yang amat sederhana tapi punya pengaruh luar biasa, kesederhanaan Pak AR bisa dibaca dari tulisan Cak Noen tentang Pak AR, betapa lelaki yang punya pengaruh kuat di lembaga keagamaan berjualan bensin eceran, wajah Pak AR 'sareh' (sejuk, tenan-bhs jawa) selalu mengajak kebaikan, ceramah-ceramahnya disukai (menurut catatan Nakamura-pengaran buku "Bulan Sabit dibalik beringin"), Pak AR mengajarkan etika Islam dengan cara-cara sederhana.

Setelah era Pak AR Fakhruddin, datang era KH Achmad Azhar Bashir, di era ini garis merah pendidikan dan dakwah gaya Pak AR dilanjutkan. Lalu datanglah Amien Rais, tokoh yang sebelum dia ditabalkan menjadi Ketua Umum Muhammadiyah, merupakan tokoh pemuda Muhammadiyah. Amien Rais dikenal ketika ia masih muda, sebagai intelektual ia rajin menulis, di tahun 1984-1988 tulisannya kerap bersandingan dengan tulisan Gus Dur di majalah Prisma, gagasannya tentang revolusi impor Iran bikin keder Kopkamtib, bahkan tulisannya amat ramai dibaca bila ia menulis soal perkembangan politik di Timur Tengah.Amien Rais berhasil menduduki kursi Muhammadiyah di tahun 1995 namun kursi itu ia jadikan "kursi panas politik" dan menyeret orang-orang Muhammadiyah meninggalkan khittahnya dari pengembangan pendidikan dan kesehatan umum menjadi politisi praktis yang bertarung melawan kekuasaan.

Pada tahun 1990 ketika ICMI rame-ramenya berdiri dan Gus Dur menolak bergabung ke dalam ICMI, Amien Rais sontak menjadi bintang sejarah. Dia menjadi tokoh penting dalam barisan tokoh-tokoh Islam modern, ICMI yang disponsori oleh Presiden Suharto dan di eksekusi oleh BJ Habibie, merupakan organisasi politik yang diciptakan untuk menjadi tandingan gerakan yang diindikasikan melawan Suharto. Saat itu Militer dari garis Benny Moerdani sudah menguat, ada kecurigaan kelompok Benny Moerdani akan mengoridor kelompok Gus Dur, apalagi saat itu Gus Dur mulai jadi Boss-nya kaum aktivis radikal.  Kedekatan Amien Rais dengan Cendana berlanjut, bahkan dalam buku "Habis Manis Sepah Dibuang" ada catatan Probosutedjo di halaman 94 :

Amien Rais memang dikenal tokoh yang paling vokal dalam menghujat
Pak Harto. Namun, mungkin hanya sedikit orang tahu, bahwasannya Pak
Harto sesungguhnya pernah ikut andil dalam membantu dan mendukung
Amien Rais menjadi Ketua Umum Muhammadiyah dalam Muktamar
Muhammadiyah di Aceh tahun 1995. Bukan saja bantuan moril, tapi juga
bantuan materiil yang diberikan Pak Harto. Menurut Probosutedjo,
untuk melaksanakan Muktamar Muhammadiyah di Aceh tersebut, Amien
Rais menghadap Pak Harto di Cendana dan meminta bantuan dana sebesar
1 miliar untuk acara tersebut. Dan Pak Harto memberikan bantuan
sebesar Rp 500.000.000.

Kemudian Amien Rais juga datang ke Jl
Diponegoro, ke kediaman Probosutedjo untuk meminta bantuan yang
sama. Dengan disaksikan oleh Rektor UMB dan Rektor Universitas
Muhammdiyah, saat itu Probosutedjo memberikan bantuan sebesar Rp
250.000.000. Bahkan, Probosutedjo juga membantu Amien Rais dengan
cara meminta Pak Harto untuk membuka acara muktamar dan mendukung
Amien Rais menjadi Ketua Umum Muhammadiyah.

Bila pengakuan Probosutedjo ini menjadi benar, maka bisa dipastikan sponsor politik utama Amien Rais adalah Suharto, namun setelah ia mendapatkan posisi ketua umum Muhammadiyah dan direstui penguasa Orde Baru, Amien Rais mencium arah angin yang berubah. Di bulan Juli 1996, PDI digempur kekuatan politik Orde Baru dengan sikap berdarah-darah, Amien Rais sendiri saat itu tidak membela PDIP bahkan di harian Republika yang headline-nya foto kosong warna hitam, menyerukan agar umat Islam berdiam diri dulu. Kaum Nasionalis yang sedang digebuki diperhatikan terus oleh Amien Rais, disini kemungkinan besar Amien Rais sudah menilai "kekuatan politik" Suharto mulai kalap, sejak itulah Amien Rais berbalik arah menyerang Suharto dan uniknya deklarasi serangan Amien Rais pelurunya lewat tokoh kejawen terkenal Permadi, SH.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun