Sejarah bangsa ini tak lepas dari peran penting Ibu Negara. Banyak kejadian sejarah berpengaruh karena pikiran dan tindakan Ibu Negara dalam mempengaruhi suaminya atau kekuatan dia dalam mendukung suaminya di tengah pertarungan politik yang keras . Dalam sejarah Negeri ini, ada lima Ibu Negara : Fatmawati, Tien Suharto, Ainun Habibie, Sinta Nuriyah dan Ani Yudhoyono. Mereka punya banyak cerita menarik dalam mewarnai sejarah politik dan sosial bangsa ini. Fatmawati Fatmawati adalah salah satu isteri Bung Karno yang secara resmi menyandang Ibu Negara. Sukarno mengatakan "Diluar Fatmawati tidak ada Ibu Negara lain" hal itu dilakukan ketika banyak protes datang dari Perwari dan hantaman kritik bertubi-tubi dari Koran Indonesia Raya dan Harian Pedoman soal poligami-nya Sukarno dengan Hartini tahun 1953. Untuk mendampingi kegiatan resmi Sukarno, maka pada 1959 peran Ibu Negara digantikan menjadi "Gadis Negara" dan yang menyandang gelar ini adalah Megawati, sejak umur 12 tahun Megawati menjalankan tugas negara sebagai "Gadis Negara". Fatmawati adalah Ibu Negara Indonesia pertama, dia dinikahi Sukarno pada masa jaman Jepang. Fatmawati adalah simbol dari "Ibu Revolusi". Jelang Proklamasi 1945, Fatmawati-lah yang menjahit Bendera Pusaka Merah Putih, banyak cerita kain putih bendera pusaka adalah sprei putih milik Fatmawati dan kain merah-nya berasal dari kain tenda Soto yang berdagang di dekat Pegangsaan. Terlepas cerita itu benar atau tidak, yang jelas Fatmawati-lah yang menjahit Bendera Pusaka Republik ini.
Beberapa bulan setelah Proklamasi 1945, Fatmawati kerap tidur di bawah ranjang karena takut kena serempetan peluru, saat itu kerap terjadi perang kecil-kecilan antara laskar TKR di Djakarta dengan pasukan Inggris yang bertugas membebaskan interniran Jepang. Kuatir atas keselamatan Sukarno dan keluarganya, Tan Malaka menyarankan agar Sukarno mencari wilayah aman yang bisa menjamin jalannya pemerintahan, maka beberapa hari kemudian Achmad Subardjo mengusulkan Yogyakarta, pertimbangannya karena Sri Sultan baru saja mengirimkan kawat telegram bahwa "Yogya berada di bawah kendali NKRI". Di Yogyakarta kehidupan Fatmawati relatif nyaman dibandingkan di Jakarta, bagi Fatmawati saat-saat di Yogyakarta adalah saat terindahnya, ia melahirkan puteri keduanya : Megawati yang kelak menjadi Presiden RI kelima. Setelah perang revolusi selesai di tahun 1949 Fatmawati bersama Sukarno pulang ke Djakarta. Disinilah prahara dimulai, Bung Karno main mata dengan Hartini seorang Janda dari Salatiga, konon yang mengenalkan Hartini ke Bung Karno adalah Kolonel Gatot Subroto, penggede militer Angkatan Darat yang paling kharismatis. Mendekatnya Bung Karno ke Hartini membuat Bung Karno disudutkan media habis-habisan, akhirnya memang Bung Karno menikahi Hartini, dan Fatmawati keluar Istana Negara sebagai bentuk protes. Jasa terbesar dan mungkin yang paling diingat oleh orang Indonesia adalah pembangunan RS Fatmawati, saat itu tahun 1953 Fatmawati bersama beberapa tokoh perempuan Indonesia mengumpulkan dana masyarakat untuk membangun Rumah Sakit yang ditujukan sebagai RS pengobatan TBC, saat itu Fatmawati tersentuh melihat penderitaan rakyat yang kerap terkena penyakit TBC, Fatmawati merasa harus membangun RS khusus TBC, saat itu sanatorium TBC jauh sekali adanya di dekat kawasan Puncak Bogor, Fatmawati merasa bahwa dia harus membangun di dekat Jakarta. Saat itu wilayah bakal dibangunnya RS Fatmawati, adalah kawasan hutan karet yang masih banyak monyetnya, namun kawasan itu berkembang pesat, beberapa Kementerian membangun kompleks disana, termasuk Kementerian Keuangan dan Kementerian Luar Negeri. Nama Rumah Sakit itu disepakati sebagai "Rumah Sakit Ibu Sukarno". Media juga saat melihat dibangunnya RS Ibu Sukarno memperlihat kemampuan sosial Ibu Fatmawati lebih kuat ketimbang Hartini, isteri baru Bung Karno. Setelah Sukarno jatuh, dan digantikan Suharto pada tahun 1967, nama Rumah Sakit itu diganti menjadi RS Fatmawati. Tien Suharto Tien Suharto atau lebih dikenal Ibu Tien, merupakan Ibu Negara paling fenomenal dan dikenang terus sebagai Ibu Negara paling berpengaruh, Ibu Tien walaupun pendiam merupakan perempuan berkarakter, dia mampu menundukkan Jenderal-Jenderal dan Pengusaha besar untuk diam dan menuruti apa kehendaknya, di tahun 1970-an nama Ibu Tien Suharto kerap diolok-olok sebagai "Ibu Tien Percent" atau 10%, ini merupakan ledekan bahwa setiap proyek yang ditandatangani Pak Harto, harus masuk 10% nilainya ke kantong cendana. Dulu Bimbo juga kena cekal soal Ibu Tien ini, ketika meluncurkan single lagu "Tante Sun" yang dianggap sebagai sindiran habis ke Bu Tien.
[caption id="attachment_306577" align="aligncenter" width="594" caption="Ibu Tien dan Keluarga, Sumber LIFE"][/caption] Tahun 1972 adalah titik terpenting kekuatan Bu Tien dalam mempengaruhi kabinet dan mempengaruhi kekuatan Angkatan Darat serta mengetest kekuatan lawan-lawan politik Suharto. Di tahun itu Ibu Tien memutuskan akan membangun semacam "Disneyland di Djakarta" hanya saja Taman ini adalah sebuah "Miniatur Indonesia" maka disebut Taman Mini, anggarannya yang disebut oleh Bu Tien adalah Rp. 10,5 milyar jumlah yang amat gila-gilaan di tahun segitu. Saat itu kondisi negara sedang resah, kekuatan mahasiswa mulai bersatu kembali dan mereka terus menembaki posisi Suharto dengan hujan protes. Tapi Bu Tien jalan terus. Mendengar keresahan mahasiswa, Pangkopkamtib Jenderal Sumitro langsung menanyakan hal ini kepada Ibu Tien, tapi Ibu Tien merasa nggak suka atas pertanyaan lancang Jenderal Mitro. Mungkin hal inilah yang kelak jadi satu alasan pendepakan Mitro di tahun 1974 saat peristiwa Malari meletus. Ibu Tien Suharto jelas sangat berpengaruh atas kemampuan politik Suharto, terbukti tak lama setelah wafatnya Ibu Tien di bulan April 1996, Pak Harto melakukan blunder yang luar biasa dengan menyerang Markas PDI Perjuangan 27 Juli 1996 dan membunuh banyak orang disana, situasi fatal inilah yang kelak mendorong reformasi dan mempercepat kejatuhan Suharto. Ainun Habibie Kisah Ainun Habibie sepenuhnya adalah kisah cinta dan kesetiaan. Ia merupakan Ibu Negara Indonesia yang kehidupannya paling romantik. Cinta Ainun Pada Habibie difilmkan dan digemari banyak orang Indonesia. Ainun adalah seorang dokter yang mempersembahkan hidupnya untuk BJ Habibie, dari Ainun banyak benarnya dibilang bahwa "Dibalik keberhasilan suami, ada isteri yang kuat disana".
Perkenalan Ainun dengan Habibie sudah berlangsung sejak mereka kanak-kanak, namun cinta mulai tumbuh saat mereka tumbuh dewasa, saat itu Habibie baru saja pulang dari Jerman dan Ainun baru lulus sekolah kedokteran. Habibie pernah menegur Ainun saat keduanya SMP "Eh, kamu hitam sekali kayak gula jawa" namun beberapa tahun kemudian Habibie kembali bertemu dan terkejut dengan kecantikan Ainun lalu berucap "Kamu dulu gula Jawa, sekarang putih seperti Gula Pasir".....
Habibie kemudian bersaing dengan banyak lelaki hebat untuk mendapatkan cinta Ainun dan ia berhasil, Ainun menemani Habibie membangun karirnya di Jerman. Mendengar kehebatan BJ Habibie, Ibnu Sutowo salah seorang Dirut Pertamina mencari BJ Habibie dan membawanya ke Pak Harto.Disinilah kemudian karir BJ Habibie melejit bak meteor sampai puncaknya menggantikan Suharto di tahun 1998. Kritikan paling keras saat BJ Habibie menganugerahkan Bintang Mahaputera, jawaban Habibie ringkes saja "Dialah satu-satunya orang yang saya percaya, ketika saya menghadapi bahaya di hari-hari pertama saya menjadi Presiden...." Sinta Nuriyah Isteri Presiden Gus Dur ini dikenal amat intelektual, pandangan-pandangannya soal Keperempuanan amat mumpuni, dia adalah salah satu pelopor gerakan feminisme yang berwawasan luas.  Sinta memulai karirnya sebagai wartawan, pada tahun 1970 ia bekerja sebagai karyawan di Majalah "Zaman" lalu ketika majalah itu tutup Sinta membantu Syu'bah Asa wartawan TEMPO. [caption id="attachment_306581" align="aligncenter" width="600" caption="Sinta Nuriyah, Isteri Presiden Gus Dur (Sumber : Kendurian Gusdurian)"]
Sinta menikahi Gus Dur pada tahun 1971, setelah itu Sinta aktif di Kowani (Kongres Wanita Indonesia), pengalamannya berorganisasi membuatnya mendirikan "Yayasan Puan Amal Hayati" sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang pemberdayaan perempuan dan menempatkan perempuan ke dalam struktur kebijakan publik dimana perempuan tidak boleh dipinggirkan karena alasan gender dan begitu berkuasanya struktur patriarkis dalam alam bawah sadar kekuasaan di Indonesia. Sinta melakukan dekonstruksi sosial soal perempuan ini dalam kerangka ilmiah berbasis kajian ilmu-ilmu sosial. Sinta Nuriyah amat dihormati oleh banyak aktivis perempuan karena keberaniannya membongkar alam bawah sadar ketidakadilan gender, dimasa Gus Dur berkuasa sebagai Presiden RI, ia menggalakkan kajian-kajian PUG (Pengarusutamaan Gender). Ani Yudhoyono Isteri Presiden SBY dikenal sebagai penggemar fotografi, dia juga pemain akun sosial media Instagram, kesenangan utama saat upacara resmi kenegaraan malah jeprat jepret foto, terakhir di akun Instagramnya dia menanyakan Ibu Jokowi dan Ibu Ahok, lha Jokowi bingung ditanyain soalnya kan Ibu Iriana, isteri Pak Jokowi nggak maen instagram..........
[caption id="attachment_306580" align="aligncenter" width="450" caption="Ibu Ani Yudhoyono, Penggemar Fotografi dan Instagram, Sumber Foto : Antara"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H