Suatu ketika sengaja berjalan-jalan keluar dari rumah teruntuk menghirup udara segar di pagi hari yang cerah nan sejuk membuat tubuh segar, hati gembira dan ingin menghirupnya terus sejauh mungkin kaki melangkah.
Tertulis ungkapan ini lewat Prosa liris lingkungan dengan untaian katanya yang terurai indah, seindah suasana sejuk alam yang ditumbuhi pepohonan hijau yang terlihat begitu suburnya.Â
Aku berjalan mengikuti langkah kaki menelusuri jalan, sesekali kendaraan melewati tak pernah ku hiraukan karena hanya ingin menggerakkan tubuh ini sambil menikmati suasana alam.Â
Saat terus ku lalui jalanan yang lurus dan berkelok, sesekali terhisap bau tak sedap mengganggu hidungku. Saat melirik kearah datangnya bau tidak enak terlihat seonggokan sampah segar bertumpuk tak karuan.Â
Aku, berlari agar mempercepat langka dengan tujuan segera terhindar dari rasa bau tak sedap itu. Setelah cukup jauh terlewat barulah hidung kembali nyaman seperti semula lagi.
Namun, saat melewati kelokan yang tumbuh subur rumpun bambu disana kembali tercium bau tak sedap lagi, saat kupandangi kearah datangnya, ternyata tumpukan sampah kembali muncul berserakan tak karuan.Â
Berjalan kaki terus berlanjut melewati pepohonan rindang, beberapa lokasi hunian penduduk terlewati pula. Kadang indera perasa ini menghisap bau tak sedap, kadang pula bau wewangian dan terkadap biasa saja.
Kuhitung onggokan Sampah Bertebaran Tak Karuan selama perjalanan itu, sungguh begitu banyak bertebaran dimana-mana sehingga mengganggu pemandangan alam yang sejuk dan indah.
Akhirnya, kuputuskan untuk kembali pulang kerumah. Karena suasana keindahan itu telah banyak terhempas oleh bertebarannya tumpukan sampah tak beraturan, seolah orang bebas buang sampah dimana saja.Â
Seolah onggokan sampah dan peredarannya dibiarkan bebas tanpa batas tempat, tanpa ada yang mengurusinya, hati ini begitu sedih memikirkannya.Â