Ternyata keampuhan berlatih secara kontinue, bertahap dan terus menerus dapat dirasakan oleh anggota tubuh sendiri, salah satunya tidak mudah sakit, selalu sehat, bugar, dan senantiasa memiliki stamina yang kuat sehingga mampu menghadapi situasi dalam keadaan sesulit apapun untuk mempertahankan diri.Â
Selain itu, jika istiqomah kekuatan dan kemampuan dalam menjaga, membela dan melindungi diri pun selalu terasah dengan baik, keahlian ilmu membela diri akan semakin meningkat dan ampuh sehingga siap dalam menghadapi lawan seberat apapun tanpa terkecuali.
Perihal ini telah terbukti saat mengikuti kejuaraan tarung bebas tingkat nasional yang pernah diselenggarakan oleh LSBD Hikmatul Iman Indonesia beberapa tahun kebelakang, saat bertarung semua lawan terkapar dan menang telak (KO).
Pelatih senior UIN Sunan Gunung Djati kang Deni dan Kang Fajar yang waktu mendampingi, sempat terheran-heran dengan keampuhan ilmu silat yang dimiliki, karena semua lawan bisa dikalahkan secara KO sedangkan kami tanpa cedera sedikitpun sampai usainya perlombaan tarung bebas.
Melalui petunjuk, arahan dan nasehat para guru silat kami terdahulu yang pernah membina serta menggemblengnya, maka terbentuklah Perguruan Silat Perisai Diri Matahari yang di ikuti oleh para siswa sekolah, guru-guru, santri dan masyarakat sekitar.Â
Kami mulai mendidik dan melatih ilmu beladiri pencak silat, sejak mendapatkan ijazah dan pengukuhan dari Kyai Haji Juanda Yolanda Permana bin Siradj, beliau merupakan guru besar Silat Perisai Diri di Garut, pada tahun 1998.
Pengukuhan berlangsung di pantai selatan Garut, tepatnya di hutan "sancang tujuh" yang dahulu terkenal angker itu!
Ya betul, angker sekali dan sangat keramat karena menurut cerita tokoh masyarakat disana, hutan Sancang menjadi tempat bersarangnya harimau gaib prabu Siliwangi dan para pengikutnya.Â
Selain itu, disana juga terdapat pohon yang sangat langka yaitu "Kaboa Sancang" yang terkenal "aheng, mistik, dan berkekuatan gaib", bagi kalangan ahli spiritual tatar Sunda pohon kaboa sudah tidak asing lagi dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari adanya cerita Prabu Siliwangi.
Pohon ini hidup berumpun ditengah laut pesisir Sancang (Sancang ke 7), kata sesepuh dahulu pada setiap ruasnya berdiam satu harimau gaib, maka jika satu tangkai pohon kaboa terdapat 12 ruas berarti harimau gaib Sancang yang terdapat pada tangkal itu ya sebanyak 12 ekor, yang bisa dilihat hanya oleh mata bathin atau mata gaib saja, akan tetapi dapat juga dirasakan sensasi mistiknya oleh masyarakat umum.