Mohon tunggu...
anton wira pratama
anton wira pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - hai

saya seorang pelajar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bisakah Teknologi Desalinasi Air Laut Atasi Krisis Air Tawar Dunia?

30 Juli 2021   15:07 Diperbarui: 30 Juli 2021   15:30 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pada  tahun 2015 serangkaian kekeringan mulai mnyurutkan bendungan, sumber air bagi sebagian besar daerah Cape Town, Afrika Selatan. Melalui rekaman selang waktu dari satelit, kamu bisa melihat penurunan tingkat air yang disimpan dari bulan ke bulan. Pada tahun 2018 kota ini mendekati "hari nol" Sebutan pada saat persediaan air menipis dan orang-orang mulai mengantre untuk mendapatkan air.

Cape Town adalah kota besar pertama yang mengalami risiko kekurangan persediaan air, tapi tidak akan menjadi kota besar terakhir. Jakarta, London, Beijing, dan Tokyo, bisa saja menghadapi "hari nol" dalam beberapa dekade kedepan. Sebagian besar dunia setidaknya satu bulan sekali dalam setahun mengalami kekurangan air. Kesenjangan antara pasokan dan permintaan air semakin menyempit.

Tapi bagaimaan bisa terjadi? Planet biru ini dibanjiri dengan air. Tepatnya lebih dari satu miliar triliun liter air. Masalahnya adalah 97% air di Bumi asin dan kebanyakan dari air bersih membeku di tudung es. Kurang dari 1% air di Bumi bisa diminum, itu  membuat solusi ini sangat menjanjikan: "Desalinasi" Desalinasi sepertinya merupakan solusi yang mudah, kamu mabil air asin yang tidak bisa diminum, hilangkan kadar garamnya, dan kamu memiliiki pasokan air bersih yang tak terbatas. Jadi, kenapa kita tidak membuat lebih banyak pabrik desalinasi?

Desalinasi adalah proses alami yang telah diketahui lebih dari ribuan tahun. Seperti yang dikatakan oleh Aristoteles matahari membuat air laut menguap yang kemudian mengembun dan jatuh sebagai air hujan. Rekan-rekannya mencatat. Pelaut yunani merebur air laut untuk perjalanan jauh. Bangsa romawi menggunakan tanah liat untuk menyaring garam. Dua hal ini merupakan prinsip dara yang digunakan sekarang.

Desilinasi termal  menggunakan panas. Titik didih garam lebih tinggi dari pada air, jadi jika kamu merebus air garam, air bersih yang akan menguap menyisakan garamnya. Desalinasi membran menggunakan tekanan.Teknologi tersebut tidak berkembang sampai abad 19, saat industrialisasi dan pertumbuhan penduduk mendorong lebih banyak penenlitian. Pertumbuhan penduduk menjadi alasan utama meningkatnya kelangkaan air. Dan segera faktor lain menjadikan desalinasi menjadi lebih genting; Pemanasan global.

 Saat iklim memanas, lebih banyak air akan menguap. Seperti yang dikatakan Aristoteles, lebih banyak uap, lebih banyak awan, lebih banyak hujan.  Tapi hujannya tidak turun sacara merata. Daerah kering seperti California dan Timur Tengah  akan mengalami curah hujan yang lebih rendah. Negara lain seperti India akan mengalami curah hujan tinggi saat musim hujan, tetapi curah hujan relatif rendah saat kemarau, ketika orang-orang membutuhkan air. Hal ini akan membuat desalinasi menjadi lebih populer.

"Dan ini menjadi sesuatu yang besar katakanlah sekitar tahun 80-an dan 90-an. Terutama dalam 20 tahun terakhir, mengalami progres yang luar biasa. " Ucap Edward Jones. Edward Jones adalah seorang peneliti Ph.D. yang telah menyusun pandangan mutakhir terhadap status desalinasi. Jika kamu melihat seberapa banyak air hasil proses desalinasi di dunia, saat ini sekitar75% diproduksi oleh negara-negara berpandapatan tinggi. Itu karena proses desalinasi sangat mahal. Memasak miliaran liter air membutuhkan banyak energi. Di Timur Tengah, ketersediaan minyak dan bahan bakar fosil membuat proses termal lebih murah, tapi untuk proses lain bisa hingga 25 hingga 30 kali lebih mahal.

Desalinasi  bukanlah formula ajaib prosesnya haru slebih efisien, sebelum negara-negara berpendapatan rendah bisa mendapatkannya. Pabrik-pabrik juga harus mengganti bahan bakar fosil dengann energi terbarukan untuk mengurangi emisi karbon. Dan industri ini butuh menghadirkan solusi untuk mengatasi masalah air garam. Tapi pabrik seperti ini sudah menjadi penyelamat bagi banyak masyarakat. Sangat penting untuk menyadari desalinasi akan bertahan kita perlu berkerja untuk mengatsi tantangan-tantangan desalinasi. Ini adalah proses bertahap, tidak akan terjadi dalam sekejap. Tapi melihat ada dorongan dan juga kamauanapi melihat ada dorongan dan juga kamauanapi melihat ada dorongan dan juga kamauan untuk memanfaatkan potensi air desalinasi. untuk memanfaatkan potensi air desalinasi.

Sekarang Cape Town sudah membaik dan bendungannya penuh. Kota tersebut ingin membangun pabrik desalinasi dan menghindari "hari nol". Tapi solusinya bukan desalinasi atau teknologi lain, kita haru smenghemat air seperti kehidupan kita tergantung terhadapnya. Penduduk jadi lebih bijak air dan mereka menubah cara menggunakan air dan menghargai air untuk 

Fakta lain: Jumalah air desalinasi yang kita produksi setiap tahunnya dapat disandingkan dengan kurang lebih setengah dari air yang jatuh di air terjun Niagara setiap tahunnya.

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun