Mohon tunggu...
Anton Adhy Pujianto
Anton Adhy Pujianto Mohon Tunggu... Guru - Kids Character Builder

Peneliti dan Pengembangan Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wujudkan Merdeka Belajar dengan Kearifan Lokal Lingkungan Sekitar

26 Maret 2023   12:51 Diperbarui: 26 Maret 2023   13:00 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan salah satu upaya  mencerdaskan kehidupan Bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat dicapai dengan melakukan perbaikan-perbaikan terus menerus secara berkelanjutan. Salah satunya melalui perbaikan sistem pembelajaran yaitu penerapan kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka diterapkan untuk mewujudkan merdeka belajar. Perbedaan kurikulum merdeka dan kurikulum sebelumnya salah satunya penerapan pembelajaran berdifferensiasi dan adanya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau biasa kita sebut P5. Jika penerapan pembelajaran berdifferensiasi ini dapat mewujudkan merdeka belajar, keunggulan dari pembelajaran berbasis projek dapat melahirkan generasi pencipta.  Sebuah pembelajaran yang menghargai perbedaan karakteristik siswa, mengakomodir semua kebutuhan perbedaan cara belajarnya, dan ramah anak untuk menajamkan potensi terbaik dalam diri individu masing-masing dalam kurikulum merdeka disebut pembelajaran berdifferensiasi. 

Dalam menerapkan Penguatan Profil Pelajar Pancasila, kita memilih menerapkan projek pembuatan permainan tradisional berupa permainan layang-layang. Saat ini banyak permainan yang hanya mengaktifkan dua jari jempol dan dua mata membuat anak kurang bergerak (game online) padahal usia anak merupakan usia yang harus banyak melakukan kegiatan melatih sensori motorik baik halus maupun kasar untuk merangsang kecerdasan otak. Beberapa dampak negatif dari permainan game online membuat mata cepat lelah, dan malas bergerak atau malas beraktifitas sehingga sensori motorik kurang terasah. Metabolisme dalam tubuh juga terhambat karena kurang gerak. Dibutuhkan sebuah permainan yang ramah anak, salah satunya permainan tradisional. Permainan tradisional sangat banyak memberikan manfaat dapat melatih sensori motorik untuk kecerdasan otak, melatih keterampilan sosial, membuat hati riang, menjaga kesehatan mental, dan juga menjaga kearifan lokal.

Dalam proses pelaksanaan projeknya, kita menggunakan pembelajaran berdifferensiasi. Setiap anak unik dan berbeda, sidik jari kita pun tak ada yang sama dengan sidik jari orang-orang seluruh dunia bahkan anak kembar identik pun tetap tidak sama. Setiap anak dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap anak memiliki potensi yang harus kita maksimalkan sesuai kodratnya.

Pembelajaran differensiasi dapat diterapkan dalam empat strategi, tetapi kita dalam mendifferensiasikan Projek permainan layang-layang ini melalui dua cara yaitu differensiasi berdasarkan profil siswa dan differensiasi produk. Differensiasi profil siswa kita mengelompokkannya sesuai gaya belajar. Gaya belajar ini terbagi menjadi tiga yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditori, dan gaya belajar kinestetik melalui tes lisan sederhana. Anak-anak yang suka belajar melalui media gambar-gambar kita kelompokkan gaya belajar visual. Anak-anak yang suka belajar sambil mendengarkan musik atau suka dengan suara-suara kita kelompokkan gaya belajar auditori. Anak-anak yang suka belajar sambil melakukan kita kelompokkan gaya belajar kinestetik.

Melalui pengelompokkan ini anak-anak  terlihat lebih leluasa dan nyaman dalam berdiskusi. Anak-anak lebih produktif dalam mengerjakan tugas, anak-anak lebih menikmati dan potensi dalam dirinya keluar. Untuk anak-anak kelompok visual, kita mendifferensiasi produknya dengan memberikan tugas merancang sketsa gambar layang-layang. Untuk anak-anak kelompok auditori kita mendifferensiasikan produknya dengan memberikan tugas mencatat lirik lagu layang-layang dan menyanyikannya.  Sedangkan untuk kelompok kinestetik kita mendifferensiasikan produknya dengan memberikan tugas membuat layang-layang sampai jadi. Kelompok visual kita jadikan tim perancang, kelompok auditori kita jadikan tim lirik lagu dan musik, kelompok kinestetik kita jadikan tim pembuat. Tim perancang akan memberitahu gambaran layang-layang yang akan dibuat ke tim pembuat, sedangkan tim auditori menghasilkan lirik lagu layang-layang yang akan diberitahukan ke kedua tim lain untuk dinyanyikan bersama pada perayaan akhir projek.

Dengan menjaga permainan tradisional di tengah gempuran game online, kita melestarikan kearifan lokal dan juga mengarahkan siswa kita kepada permainan yang banyak melatih sensorik motorik untuk tumbuh kembangnya. Projek layang -- layang ini memanfaatkan barang-barang disekitar yang ramah lingkungan. Pembuatannya mulai dari proses belum jadi sampai menjadi sebuah layang-layang yang siap diterbangkan  maupun dibagikan buat permainan teman-teman. Projek ini menanamkan perilaku Beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, melatih gotong royong, serta kreatifitas. Tujuan dari projek ini adalah salah satunya menjaga permainan tradisional agar tetap lestari di tengah permainan modern, mengarahkan kepada siswa agar bermain yang banyak melatih sensorik motorik  guna mengoptimalkan tumbuh kembangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun