Ketika ada pekerjaan dan harus sampe kantor jam 7.30 malamnya aku sudah memutar otak bagaimana bisa sampai sepagi itu. Sudah menjadi cerita basi kalau jarak Bekasi-Kelapa Gading yg cuma 15 KM harus ditempuh minimal 1 jam dengan mobil itupun kalau lancar. Masalahnya kalau berangkat terlalu pagi gak ada yg bisa menggantikan mengantar anak anak ke sekolah. Rutinitas berangkat jam 6.20 dari rumah menuju sekolah anak anak dan kemudian mengantar istri ke bilangan Rawamangun terpaksa harus dirubah.
Aku minta istriku yg mengantar anak anak ke sekolah dan bawa mobil menuju kantornya. Aku ikut sampai jalan raya bekasi dan putuskan naik ojeg untuk mengejar waktu sampai Kelapa Gading dalam 30 menit. Tapi disinilah awal ceritanya. " Pak ..Ojeg ke Kelapa Gading!" sapaku pada sekumpulan pengojeg yg mangkal di depan perumahan daerah Ujung Menteng. Biasanya mereka segan mengantar ke Kelapa Gading karena lumayan jauh dan pasti macet. Untungnya, bapak bapak berumur 50 tahunan dengan rompi coklat langsung mengiyakan. Ah lumayan ada yg mau, sambil aku melirik jam yg menunjukkan pukul 7 tepat. 30 menit pasti nyampe kalo naik ojeg!
"Silahkan dipake helmya.." sapanya ramah sambil menyodorkan helm hitam dengan kaca kusam. Motor Honda yg berusia lebih dari 5 tahun langsung distarter. Aku naik dan menunggu manuvernya utk membelah kemacetan di jalan raya Bekasi. Manuver tukang ojeg yg aku tunggu tidak nampak  sama sekali. Dia berjalan dengan tenang tanpa zig zag mencari ruang kosong di tengah macetnya jalanan, beda sekali dengan pengendara motor lain yg dengan gesit mencari ruang kosong walau harus mendapat makian dari pengendara mobil yg dipotong jalurnya dengan tiba tiba. Karna jalanan macet, motor sering berhenti dan berjalan merayap sambil kakinya mendayung utk menjaga motor tetap tegak. Setiap mau jalan dari kondisi berhenti koq kayak berat banget, dan itu terjadi terus menerus. Aku melirik ke panel spedometer, indikator gigi 2 menyala, artinya dia tetap pake 2 dari kondisi berhenti, pantesan berat!
Ketika memasuki jl Tipar Cakung motor-motor lain memacu gasnya karna jalanan lumaya lenggang, tapi tidak dengan tukang ojegku. Jarum Spedometer tidak pernah melewati angka 40. Aku melirik jam yg melewati angka 7.30 dan jarak masih 5 km lagi. Baru kali ini penumpang stress karna naik ojeg yg pelan banget, biasanya naik ojeg takut karna ugal ugalan. Pengin rasanya menggantikan tukang ojeg untuk memburu waktu, tapi gimana cara ngomongnya ya? he he . Ketika akhirnya sampe kantor aku berikan dia uang 30 rb sekalian nanya " Pak, tadi koq  pakenya gigi dua terus?"...."Iya...maklum aki aki sering lupa" ...Gubrak!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H