Jakarta, 23 Februari 2013.
“Saya pernah diganggu sama pria arab yang mau ke puncak”. Itulah penggalan kalimat dari cerita Bu Hen (43 tahun) seorang pengemudi taksi wanita dari salah satu perusahaan taksi ternama di Jakarta. Bu Hen adalah wanita kelahiran Ambon merupakan salah satu dari sekitar 150-an pengemudi taksi yang terdaftar di perusahaan tempatnya bekerja.
Ini adalah pengalaman pertama kali yang saya alami mendapatkan pengemudi taksi wanita, demikian juga dengan dua rekan saya yang duduk di bangku belakang. Sejak 9 tahun yang lalu ibu satu anak ini harus menghidupi keluarga dan anak laki-lakinya seorang diri semenjak suaminya tercinta meninggal dunia akibat serangan jantung. Ketika ditanya mengenai suka-duka menjadi pengemudi taksi bu Hen menuturkan bahwa ia pernah diganggu oleh seorang penumpang yang diduga pria Arab yang ia bawa dari salah satu hotel mewah di bilangan Pluit menuju Puncak. "Ketika memasuki Tol Jagorawi itu Arab mulai berperilaku tidak sopan, jadi begitu sampai simpang gadog saya Dim aja mobil Polisi langsung dikejar dan Arabnya diamankan" tuturnya. Tidak jarang ia harus tidur di mobil dan baru pulang kerumah dua hari kemudian karena di pool taksinya hanya tersedia mess bagi laki-laki.
“Sebenarnya, saya punya tunjangan pensiun suami saya mas, tapi mana cukup untuk hidup sama biaya kuliah” tuturnya. Bu Hen sudah menggeluti profesi ini sekitar 4 tahun yang lalu semenjak anak semata wayangnya memasuki bangku kuliah di Fakultas Hukum salah satu universitas swasta di Bogor. Saat ini anaknya sudah memasuki semester akhir dan tengah menyusun skripsi. Ketika ditanya jika anaknya lulus dan mendapatkan pekerjaan apakah ibu akan berhenti jadi pengemudi taksi, ia menjawab bahwa ia akan terus menggeluti profesi ini, “sudah terlanjur nyaman” katanya.
Sepenggal cerita dai para Srikandi taksi di tengah hiruk pikuk kota Jakarta dengan sejuta risiko yang mereka hadapi. Sebuah fakta bahwa kesempatan dan pilihan adalah milik siapa saja yang berani. Ibu Hen yang usianya bisa dibilang tak muda lagi namun memiliki semangat Srikandi yang bukan hanya berjuang untuk penghidupan namun juga untuk kehidupan putranya agar menjadi lebih baik dari dirinya saat ini.
Selamat berjuang bu Hen..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H