Mohon tunggu...
Anto Medan
Anto Medan Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Ayuk.......

Selanjutnya

Tutup

Money

Jagung, Jagung, dan Jagung

3 Maret 2018   08:00 Diperbarui: 3 Maret 2018   09:00 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dari tahun lalu, saya sudah menulis tiga kali tentang jagung: pertama, kedua, ketiga.

Tulisan ini adalah suatu bentuk protes atas tata niaga yang tak kunjung beres dan sehat. Tapi, apakah tidak sangat konyol ketika kita terus menerus mengurusi masalah yang sama, yang mohon maaf, belakangan terkesan disebabkan oleh diri kita sendiri(para menteri)?

Dalam suatu FGD yang saya hadiri, di sana ada ketua Asosiasi Pabrik Pakan dan pejabat dari kementrian, di Jakarta, tahun lalu, ketika harga jagung naik sampai 7000 per kilonya, semua orang masih berpikiran mudah-mudahan ini hanya "kuat-kuatan" antara Pabrik Pakan dan Menteri Pertanian. Dan mudah-mudahan juga, seiring waktu akan mencair. Semua hanya masalah ego.

Lalu, Menteri Pertanian membuka lahan baru 2 juta hektar lahan baru untuk jagung, setidaknya itulah targetnya di 2017. Nah, sampai sini, kita masih melihat seakan-akan untuk mengobati kenaikan harga jagung yang super tinggi di awal 2017 itu, Menteri Pertanian sudah melakukan langkah drastis dengan menambah lahan tanam jagung. Sungguh langkah yang berani. Jokowi suka dengan tipe menteri seperti ini!

Tapi, di awal tahun 2018 ini, kembali hal kontraproduktif terjadi. Semua SILO penampungan jagung, terisi penuh dengan gandum impor! Padahal kita sedang panen raya jagung! Sebenarnya sejak pertikaian antara Menteri Pertanian dan Pabrik Pakan, ketika Menteri menahan kapal yang berisi jagung impor di Surabaya (2017), Pabrik Pakan sudah mulai mengalihkan kebutuhan jagung ke pakan alternatif yaitu gandum. Harga jagung 2 minggu lalu, turun ke harga yang tidak masuk akal, 2500 kering/1700 basah di tingkat petani.  Saya tidak mengerti, apakah Menteri Perdagangan berkolaborasi dengan Menteri Pertanian untuk mengeruhkan wajah pemerintahan Jokowi? Apa logika yang sulit dalam menata jagung?

1. Jagung adalah sumber karbohidrat (energi) dan serat yang lebih baik dari gandum.

2. Jagung sekarang sudah ditanam masif. Berapa banyak tepatnya, masih misteri, berhubung BPS kita entah kapan mendata, dan entah siapa yang didata. Tapi yang pasti, di mana-mana orang sedang menanam jagung.

3. Meskipun jagung harus disimpan di SILO, sekarang, hampir semua pedagang pengumpul sudah memiliki SILO. Semua pabrik pakan juga memiliki SILO, dan bahkan beberapa peternak besar pun, sudah memiliki SILO sendiri. Jadi, hasil panen bisa langsung diantar ke pabrik pakan/peternak atau pedagang pengumpul.

4. Peran pemerintah harus diperjelas sebagai apa dan kapan harus berperan.

Peran pemerintah adalah dalam hal tataniaga jagung, jangan sampai jagung yang dipanen tidak dibeli dan harga beli jagung tetap normal. Sederhana sekali, bukan?

Supaya jagung tetap dibeli, maka pemerintah perlu berembuk dengan pabrik pakan untuk menekan impor gandum sebagai pakan alternatif. Mengenai harga, sebenarnya bisa dengan membentuk BUMD di setiap provinsi sentra jagung. Tidak perlu melibatkan BULOG.  Jadi, tugas BUMD Pangan di daerah adalah membeli jagung dengan harga minimal, supaya harga jual tidak jatuh dari ambang batas. BUMD karena adalah perusahaan daerah bisa mendapatkan keuntungan untuk menutupi investasi SILO dan DRYER. Dan kemudian menjual jagung juga dalam ambang batas komersil, artinya BUMD mendapatkan keuntungan yang sepantasnya. Ini penting supaya produk turunan dari jagung, seperti daging dan telur tetap terkontrol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun