Ini mentan kok kagak tahu malu ya. Jelas-jelas dia biang keroknya, kok masih sanggup nyalahin mendag. Walah walah walah.....
Perlu diketahui, semua ini adalah tentang forecast dan data-data aktual. Kalau kita mau menyetop impor, maka kita harus hitung dulu, apakah petani sudah mampu memenuhi kebutuhan kita. Jangan lahan baru dibuka, kita sudah yakin panen pasti berhasil. Akibat terburuk bisa terjadi, panen belum optimal, bahan pangan tidak cukup, impor untuk mendukung tidak ada, maka harga akan melambung. Lihat saja jagung yang naik dari 3500 ke 6500. Berapa persen itu? 86%! Gila!
Maka, rakyat Indonesia tentu berharap, langkah-langkah praktis yang tepat segera dilakukan oleh duo menteri ini.
Saran saya, impor jangan diserahkan ke Bulog. Percaya deh, itu namanya tambah masalah. Dan impor jangan main stop begitu lagi, harus flexible dan hati-hati dengan isu panen besar dan panen gagal. Selalu koordinasi dengan industri pemakai bahan pangan atau dengan konsumsi bahan pangan. Maka kuota boleh dilakukan per kuartal. 3 bulan sekali dan selalu evaluasi. Harus selalu ada stock pendukung.
Sambil berjalan, kuatkan produksi dalam negeri. Lihat apakah bendungan-bendungan sudah terbangun. Kirimkan tenaga ahli untuk mengetahui tanaman apa yang paling cocok di lahan-lahan baru itu. Kerjakan sambil awasi, cek, cross cek and recheck. Niscaya kita akan mandiri dengan sendirinya. Dan tidak perlu korbankan anak bangsa ini.
Demikianlah saya dari Medan menyampaikan isi pikiran saya. Mudah-mudahan yang sederhana begini tidak dibuat ribet lagi. Mengutip kata Gus Dur, "Gitu saja, kok repot."
Anto
Mengenai harga jagung yang naik tinggi ada di sini
mengenai daging sapi yang naik, ada di sini:
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H