Mohon tunggu...
Abdurahman Hoda
Abdurahman Hoda Mohon Tunggu... Freelancer - Pria keturunan Bacan dan Gorontalo, lahir dan berdomosili di Ternate

Pria berkumis yang suka baca dan makan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setan Apa yang Merasukimu?

24 Juli 2020   01:16 Diperbarui: 24 Juli 2020   01:08 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita perkosaan anak kandung oleh seorang ayah semakin marak ditengah pendemi covid-19. Berita-berita ini berseliweran di media sosial tanpa kendali. Di Tangerang Selatan seorang ayah meperkosa anaknya yang berumur 16 tahun berulang-ulang selama satu tahun, akibat perbuatannya yang tidak senonoh itu mengakibatkan sang anak hamil 7 bulan. Parahnya lagi kasus ini terbongkar ketika anaknya ceritera kepada ibunya. 

Di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, seorang ayah juga tega mencabuli darah dagingnya sendiri selama 10 tahun, perbuatan ini dilakukan sejak tahun 2010, dan akhirnya terbongkar ditahun 2020 ini tepatnya 17 Juni 2020. Ada juga oknum polisi yang tega "mencicipi" anak kandungnya sendiri di Kupang Kota, Nusa Tenggara Timur. 

Bukan saja oknum polisi, seorang oknum calon legislatif di Pauh, Kota Padang melakukan pencabulan terhadap anak kandungnya. Di Depok Jawa Barat, terjadi juga aksi bejat, karena melecehkan putrinya yang masih berusia 10 tahun. Kota Ternate pada Mei - Juni 2020 tidak luput dengan kasus perkosaan ayah terhadap putrinya, santernya berita ini menyebutkan bahwa pelaku melakukan aksinya karena sehabis nonton video porno. Nauzubillahi minzalik, setan apa yang telah merasukimu wahai ayah-ayah bermoral sontoloyo?.

Miris dan sangat memprihatinkan, ketika berita-berita ini gamblang dan vulgar diberitakan. Anak kandung, darah dagingnya sendiri yang seharusnya dilindungi, diasuh, asih, dan asah malahan digasaknya sendiri. Terlalu biadab dan tidak masuk akal, apalagi hati nuranimu kau letakkan dimana wahai ayah-ayah bejat. 

Terjadi degradasi moral yang sangat luar biasa di negeri ini. Kita tidak tahu berapa banyak lagi kasus-kasus serupa yang tidak terungkap. Sengaja disembunyikan, karena aib keluarga? atau karena pertimbangan psikologi sang anak. Namun jika ini dibiarkan maka predator-predator pedofil ini akan semakin bergentayangan dimana-mana. Coba kita simak bersama dari kasus pemerkosaan seorang ayah yang tega menggarap putri sulungnya 4 kali,- dalam pengakuannya. 

Ketika kasus ini belum terungkap, pelaku dengan leluasa juga mengasak putri bungsunya sebanyak 4 kali juga yang terjadi di Trenggalek awal tahun 2020. Pelajaran ini mengharuskan kita bahwa predator pedofil ini harus secepat mungkin dilibas dan di batasi ruang geraknya, kalau tidak dia akan menjadi srigala-srigala buas yang siap menjalankan aksinya jika ada kesempatan dan telah dirasuki oleh setan dan iblis laknatullah.

Sebuah kasus yang sangat memilukan juga terjadi diawal tahun 2020, tepatnya bulan Maret di Palembang, Sumatera Selatan. Seorang Ayah yang telah melampiaskan nafsu bejatnya kepada sang putri, kemudian mengajak adiknya yang notabene adalah paman korban untuk turut "mecicipi" kemolekan tubuh sang anak. 

Sungguh sadis dan biadab. Lebih sadis lagi kejadian perkosaan seorang kakek pada anak dibawah umur yang merupakan teman bermain cucunya yang pada saat itu menyaksikan sambil menangis. Terlalu banyak kasus-kasus pelecehan anak. Semuanya harus diakhir. Disetop!. Melihat kondisi ini, apakah pantas kasus perkosaan sedarah diberikan ganjaran yang berat? ataukah dihukum mati saja pelakunya? menarik untuk didiskusikan.

Sebagian besar kasus-kasus pelecehan seksual terjadi lantaran pelaku terinspirasi dari situs porno yang mereka akses dari internet, selain latar belakang pendidikan maupun moral dan spritual yang lemah. Memang nafsu syahwat itu laksana kuda liar, jika kita tidak ada pengendalian maka siapa saja akan diserunduknya. 

Selain itu faktor ekonomi juga pemicu kasus-kasus ini, seorang ayah bejat ketika naluri sexualnya sudah terangsang akibat seringnya menonton video porno, kemudian diperparah lagi dengan istri yang tidak ada di rumah dan selalu menolak ajakan suami, sementara suami dengan kondisi ekonomi yang lemah tidak mampu "jajan" di luar rumah maka yang menjadi korban adalah putri kandungnya sendiri. 

Statemen ini akan terbantahkan jika dibentengi dengan iman yang kokoh, pendidikan agama yang kuat. Tapi lagi-lagi setan mana yang mau manusia berada di jalan yang lurus. Tinggal permohonan kita yang selalu berharap perlindungan dari Allah SWT dan selalu mendekatkan diri kepadaNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun