Sebenarnya keberadaan banyak produk luar yg diproduksi dan dijual di dalam negeri itu kesalahan dari peningkatan kualitas kebijakan produksi dan ekonomi Indonesia.
Sebenarnya ada tiga tahap dalam perkembangan ekonomi usaha dalam negeri :
1. Ketika Indonesia dulu baru merdeka  dan melakukan impor, hal tersebut masih wajar
Dan seharusnya dilanjutkan dengan peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan peningkatan kebutuhan tenaga kerja dalam negeri diadakan.
2. Subtitusi impor
Dibandingkan jika kita mengimpor mentah-mentah produk-produk dalam negeri yg sangat kurang menguntungkan posisi ekonomi dalam negeri dlm bentuk devisa dan kekuatan ekonomi serta menghasilkan banyak lowongan tenaga kerja bagi tenaga kerja Indonesia. Dan untuk barang-barang yang belum dapat kita hasilkan sendiri lebih baik dilakukan dengan substitusi impor. Sehingga kita untuk mendatangkan perusahaan luar negeri ke dalam negeri, untuk berproduksi dan menjalankan fungsi distribusinya untuk dalam negeri dan luar negeri sehingga mendatangkan manfaat bagi kita sangat penting. Tetapi substitusi impor salah satu hal yang harus dilakukan adalah transfer pengetahuna dan transef teknologi. Hal ini syarat utama bagi kita sebagai negara yang ingin terus berkembang dan semakin maju dalam perekonomian baik dalam negeri maupun luar negeri.
Lalu langkah yang dari dulu itu sampai sekarang masih belum berhasil (sejak zaman 1968 yg pernah dicetuskan untuk mobil nasional, dan setelah 40 thn sekarang masih nihil juga) adalah,
3. Kemandirian ekonomi
Dimana daripada kita hanya sebagai sasaran penjualan dan konsumsi dari luar negeri dan usaha-usaha assembly dan substitusi impor luar negeri lebih baik kita mendirikan usaha yang murni dari kita sendiri sebagai bangsa Indonesia.
Daripada kita hanya mengimpor bahan baku saja utk dibangun dan hanya dijadikan tempat penjualan produksi cerdas luar negeri yg memanfaatkan sumber daya kita utk bermanfaat bagi mereka, maka sangat lebih baiklah kita melakukan sendiri semua fungsi itu. Daridulu kita bersedia dijadikan objek ekonomi saja tanpa menjadi subjek ekonomi itu sendiri. Objek ekonomi adalah sasaran ekonomi yg tidak tahu benar2 cara menjalankan sendiri fungsi ekonominya yang bergantung pada luar negeri.
Intinya kita jangan mau dibodoh-bodohi dalam menjalankan ekonomi kita. Pada dasarnya keterampilan ekonomi itu berintikan pada pendidikan. Sejak dulu kita sangat kurang mementingkan pendidikan dan pengembangan riset dan teknologi. Memang banyak wirausaha Indonesia yg sukses tanpa sekolah. Tetapi disitulah ironinya. Di Indonesia orang yg punya kemampuan bertahan yg tinggi barulah sukses, orang yg kemampuan menengah sulit sukses. Karena tidak dijamin dengan pendidikan yg berkualitas dan murah. Padahal pendidikan itulah kunci dari pengembangan zaman. Pendidikan adalah inti penggerak dari semua kegiatan orang-orang.
Pendidikan adalah kunci kemajuan zaman. Pendidikan haruslah dijadikan sentral pembangunan ekonomi dan sumber daya Indonesia bukan sbg pelengkap atau komplementer. Simpelnya, kita bisa melakukan jika kita tahu. Dan kita tahu bila kita belajar. Darimana kita bisa menjadi subjek jika kita tidak memprioritaskan pengajaran thd apa yg kita lakukan sbg inti dari kehidupan dan kebangsaan kita.
Kebijakan ekonomi kita harus beranjak dari substitusi impor ke kemandirian ekonomi Jangan mau diuntungan dengan tidak memihak kepada kemandirian bangsa kita dalam memiliki danmenjalankan fungsi ekonominya sendiri dengan mandiri dengan berbekal sistem pendidikan yg fundamental sistemnya kuat serta pengajaran yang berkompetensi dan bernurani tinggi .
Indonesia akan menjadi bangsa yang besar. Saya sangat percaya itu.
Salam Sukses,
Ardianto P. B.
http://antoderman.blogspot.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H