[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Petugas mengisi bahan bakar gas (BBG) jenis gas alam terkompresi (compresed natural gas/CNG) ke bus Transjakarta / Kompas.com"][/caption] Diluar dari perencanaan pemerintah yang belum jelas tentang konversi BBM (Bahan Bakar Minyak) menjadi BBG (Bahan Bakar Gas) untuk kendaraan bermotor, kita sebagai konsumen perlu untuk melakukan analisis untung rugi konsumen menggunakan BBG. Jika kita menghitung untung rugi, yang paling mudah adalah dari sisi kuantitas, seberapa besar konsumen diuntungkan secara rupiah dengan menggunakan BBG. Â Sangat sulit untuk menghitung keuntungan kualitas seperti Oktan yang lebih tinggi, pengapian mesin yang lebih baik, lingkungan yang lebih hijau dan sebagainya. Â Untuk hal tersebut perlu dihitung menggunakan metoda yang lain. Asumsikan, kendaraan bermotor mobil menggunakan bensin 1 Liter untuk 10 kilometer, BBM dapat menggunakan Solar, Premium dan Non-Subsidi dengan perkiraan harga Solar Rp 5.500/Liter, Premium 6.500/Liter dan Non-Subsidi 11.000/Liter maka di dapatkan hasil di bawah ini [caption id="attachment_331390" align="aligncenter" width="636" caption="Tabel Komparasi BBG dan BBM"]
[/caption] Untuk penggunaan BBG, kita perlu biaya instalasi yang diperkirakan sebesar
Rp 15.000.000,-. Hasil yang didapat cukup menarik bahwa sebagai berikut: 1. Jika kita menggunakan BBM Non-subsidi seperti Pertamax dan kemudian dikonversi menjadi BBG seluruhnya, maka hanya diperlukan sekitar 20.000KM tempuh atau sekitar kurang dari 10 bulan pemakaian normal, sehari-hari 68km tempuh 2. Jika kita menggunakan BBM Premium, maka diperlukan sekitar 24 bulan atau 50.000km tempuh. 3. Jika kita menggunakan BBM Solar, maka diperlukan waktu lebih lama sekitar 48 bulan atau 100.000km tempuh. Hal ini cukup menarik bahwa sebagian mobil didapat dengan cara leasing selama 36 sampai dengan 60 bulan yang berarti seharusnya konsumen diuntungkan dengan menggunakan BBG (Bahan Bakar Gas) Tetapi ada hal yang cukup menyulitkan yaitu harus menyediakan dana tambahan instalasi, yang biasanya tidak masuk dalam anggaran yang disediakan untuk pembelian mobil. Atau Peranan Pemerintah diperbesar, bahwa setiap instalasi dibebankan hanya 1/3 dari harga instalasi, dan dimasukkan sebagai harga mobil.. Â Pemerintah akan diuntungkan secara tidak langsung, yaitu penurunan penggunaan BBM, perekrutan tenaga kerja baru untuk operator SPBG, perubahan subsidi BBM menjadi subsidi instalasi BBG dan program langit bersih. Disisi Pemerintah, skenario di atas adalah menarik dimana subsidi BBM dilakukan sepanjang tahun dan subsidi instalasi BBG dilakukan hanya 1x. Jika skenario di atas mungkin untuk dilaksanakan, maka mari kita berpindah ke BBG.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Otomotif Selengkapnya