Mohon tunggu...
Anto Wasisto
Anto Wasisto Mohon Tunggu... -

Fans Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Money

Meributkan Formula ICP Plus, Meributkan “Pepesan Kosong”

2 April 2012   13:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:07 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.andinewsonline.blogspot

Artikel ini ditulis karena tidak sampai hati melihat hampir seluruh warga bangsa ini ribut soal jadi tidaknya Kenaikan Harga BBM, yang kemudian tarik ulur mengerucut menjadi “Formula ICP (Indonesia Crude Price) Plus”. Tarik ulur menjadi semakin genting di hari Jumat tgl. 30 Maret 2012 dengan beradunya 3 formula, ICP plus 5%, plus 10% dan plus 15%. Puncak drama akhirnya berujung pada voting dan mayoritas Anggota DPR dalam Sidang Pleno memilih ICP plus 15%. Dan keputusan itupun masih dicerca berbagai pihak. Jadi nampaknya drama Harga BBM masih belum berakhir. Yang lebih lucu lagi, Golkar bertepuk dada merasa hebat karena telah menggiring Anggota Koalisi mengikuti “Formula ICP +15%”. Kalau nanti harus diputuskan harga BBM naik, toh, itu oleh pemerintah dan bukan oleh DPR. Semua menjadi kerdil dan takut pada amuk rakyat. PD pun merasa lega karena muka Presiden terselamatkan berkat “Formula ICP Plus”. Sedemikian berlebihkah energi bangsa ini untuk ribut-ribut masalah Harga BBM yang ternyata oleh yang berkompeten pun tidak disampaikan ke masyarakat secara benar? Sedemikian mudahkah kita terlena oleh sesuatu yang sebetulnya “TIDAK RIEL”? Dan sedemikian mudahkah kita telah terkecoh? Semuanya karena “Formula ICP Plus”. Siapa sebetulnya yang  telah memperdaya seluruh negeri ini hingga hampir semua warga ini telah berbuat sia-sia, mahasiswa beradu fisik dengan Polri, banyak korban fisik dan harta benda percuma, saling fitnah, saling serang, bahkan ada yang tersiram air keras dan bahan kimia lainnya, dan praktis negara seperti dalam situasi perang. Kenapa sampai saya sebut “mudah terkecoh”, dan kenapa sampai saya sebut negeri ini telah “diperdaya”? Mari kita simak uraian berikut ini. Entah siapa sebetulnya dari pihak Pemerintah yang mula pertama mengajukan “Formula ICP +15%”. Yang jelas formula itu sebetulnya hanya “Pepesan Kosong”. Ingin bukti bahwa itu “Pepesan Kosong”? Ayo kita lihat bersama. ICP saat ini sudah dipatok di harga US$105/barrel. Pemerintah mengajukan usulan ke DPR dalam rangka APBN-P bahwa bila harga minyak dunia (WTI) mencapai 5% di atas ICP (yang berarti di harga US$110.25/barrel) untuk rata-rata selama 6 bulan berturut-turut sejak Januari 2012, maka Pemerintah boleh menaikkan harga BBM. Nah, hasil keputusan Sidang Pleno DPR tgl. 31 Maret 2012 dini hari adalah ICP plus 15% (artinya di harga US$120.75/barrel). Menyusun formula yang demikian, artinya kita berkomitmen pada “Harga Pasar Dunia untuk Minyak Bumi”. Dan, itu artinya kita memahami bahwa harga minyak dunia akan naik tajam di bulan-bulan mendatang (sampai Juni 2012). Nah, berarti yang membuat formula itu sangat yakin bahwa harga minyak dunia naik sangat tajam. Apa betul? Memang dari sejarah yang lalu harga minyak dunia selalu bergejolak, baik naik maupun turun. Namun demikian, kita tidak boleh sembarang memperkirakan kalau tidak paham betul komponen harga yang membentuk harga minyak. Paling tidak ada beberapa komponen yang dinilai dominan membentuk harga minyak, yaitu: -    Faktor keseimbangan supply & demand -    Faktor teknis produksi -    Faktor politik -    Faktor spekulasi (ini berkait erat dengan ketiga faktor di atas). Mari kita tinjau situasi riel satu per satu: Faktor keseimbangan supply & demand: Situasi perekonomian dunia, khususnya industri di negara-negara maju, saat ini sedang surut gara-gara ekonomi Amerika yang belum pulih betul, dan disusul dengan terpuruknya perekonomian Eropa (krisis Euro), kemudian ekonomi China terkena imbasnya. Situasi ini membuat demand berkurang cukup drastis. Dari beberapa sumber data diperoleh angka bahwa supply malah sedikit berlebih. Saat ini Russia yang produksi crude-nya mencapai sekitar 12juta barrel per hari (di atas Arab Saudi) menjadi penyeimbang supply minyak ke dunia. Faktor teknis produksi: Dari semua negara produsen minyak, hanya Nigeria yang mengalami gangguan produksi, namun itu tidak terlalu menimbulkan goncangan supply minyak ke dunia. Faktor politik: Situasi panas antara Amerika/Israel dengan Iran bagaimanapun telah memicu kekhawatiran dunia. Apalagi Iran menghentikan supply ke Eropa. Namun pada kenyataannya bila dilihat secara angka, maka situasi tersebut tidak terlalu merisaukan karena industri Eropa yang surut secara tajam juga praktis mengurang konsumsi migas. Terlebih lagi Menlu AS Hillary Clinton telah mengadakan pendekatan ke Raja Arab Saudi untuk tidak mengurangi produksi minyaknya. AS tentu khawatir bahwa situasi industri mereka yang sedang terpuruk (demikian pula Eropa) akan makin parah dihantam naiknya harga minyak. Faktor Spekulasi: Ini yang paling sering menjadi biang kerok gejolak harga minyak. Minyak bumi telah menjadi komoditi yang menjadi obyek dari transaksi derivative dan spekulasi beberapa pemilik dana. Surutnya ekonomi Eropa pada akhirnya telah memaksa para pemilik uang Euro cenderung memakai uangnya yang idle (nganggur) untuk berspekulasi, utamanya di komoditi minyak bumi dan emas. Namun spekulasi di minyak bumi ini yang coba diredam oleh AS yang kuatir naiknya harga minyak bumi secara tajam akan semakin menghantam industrinya yang sedang coba pulih. Dari berbagai forecast oleh lembaga yang kredibel di bidang perdagangan minyak diperoleh data bahwa “HARGA MINYAK JUSTRU CENDERUNG TURUN”. Ini adalah salah satu forecast dari The Financial Forecast Center, Texas, USA pada tgl. 9 Maret 2012 untuk minyak WTI (West Texas Intermediate): Crude Oil Price Forecast West Texas Intermediate Spot Price. USD/bbl. Average of Month.

13333713761109516803
13333713761109516803

Updated Friday, March 09, 2012

Jadi angka-angka pada table di atas cocok dengan analisa di atas yang mempertimbangkan berbagai faktor, yang menyimpulkan bahwa harga minyak dunia justru tidak akan naik tajam, atau bahkan cenderung turun.

Nah, setelah kita akhirnya tahu bahwa harga minyak dunia justru cenderung turun (dari table di atas, dari bulan Mei s/d Agustus 2012 bahkan berada dibawah US$100/barrel). Dengan demikian apa artinya “Formula ICP +15%”? Bukankah itu malah membuat kita bingung? Hampir seluruh negeri heboh, ribut, berantem, saling fitnah, saling serang, saling jegal dan ujung-ujungnya kita disuguhi formula yang sebetulnya “TIDAK AKAN PERNAH TERJADI”, paling tidak sampai sekitar bulan Agustus 2012, dan tentu saja sampai industri-industri besar dunia di Amerika, Eropa dan China pulih kembali. Yang sebetulnya terjadi dengan Pemerintah saat ini adalah bagaimana menambal subsidi BBM dari akibat kenaikan harga yang sudah terjadi di waktu lalu. Dengan demikian maka sebetulnya Pemerintah telah “terlambat” menaikkan harga BBM, yang seharusnya secara perhitungan kenaikan tersebut seharusnya dilakukan tahun 2011 yang lalu, entah apa pula pertimbangannya mau menaikkan harga BBM tahun ini. Satu hal yang seharusnya perlu menjadi perhatian Pemerintah, yaitu pertumbuhan “Kelas Menengah” Indonesia di tahun 2010 yang telah mencapai 134 juta jiwa atau 56,5%. Pertumbuhan tersebut praktis meningkatkan PDB (PP) Indonesia. Apa Pemerintah berani mengingkari bahwa tumbuhnya “Kelas Menengah” tersebut bukan karena peran sokongan BBM Bersubsidi? Jadi Pemerintah perlu berhati-hati menyebut bahwa BBM Bersubsidi adalah “pemborosan”.  Pertumbuhan tersebut bagaimanapun ikut menjadi pertimbangan naiknya peringkat hutang RI oleh pemeringkat Moody. Yang saat ini terlanjur runyam, ibu-ibu rumah tangga kita sudah terlanjur menjadi korban. Saat ini harga barang-barang kebutuhan rumah tangga terlanjur naik, dan jangan pernah tanya apa harga tersebut bisa turun. Dari uraian ini paling tidak kita bisa tahu heboh harga BBM dengan solusi “Formula ICP +15%” ternyata hanya “Pepesan Kosong” belaka. Siapa yang bertanggung-jawab atas semua ini? Saya serahkan jawabannya pada anda semua. Salam Kompasiana. Referensi: -    This is money, UK, Financial Website of the Year. -    The Financial Forecast Center LLC, Woodlands, Texas, USA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun