Mohon tunggu...
Anti tesa
Anti tesa Mohon Tunggu... -

Mengungkap fakta di balik peristiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Sisi Humanis Neil Bantleman dan Ferdinant Tjiong

16 Maret 2015   17:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:34 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="http://2.bp.blogspot.com/-VAQcTuEKmws/VQau_ribpBI/AAAAAAAAASo/wHkohwCw5Qc/s1600/Neil%2Band%2BFerdi.jpg"][/caption] Nama Neil Bantleman dan Ferdinant Tjiong menjadi dikenal luas oleh publik, paska peristiwa tuduhan sepihak dari seorang walimurid JIS yang menuduh 2 guru itu melakukan tindakan kekerasan seksual atas puteranya. Meski hingga kini tuduhan itu tak terbukti secara visum, nyatanya Pengadilan masih terus bergulir. Terlepas dari sisi prokontra tuduhan tersebut, ternyata sosok 2 guru yang dijadikan pesakitan itu sesungguhnya telah dikenal secara luas bukan hanya kalangan murid dan guru JIS, namun juga masyarakat yang pernah bergaul dengan "Bule Masuk Kampung" ini. Meski senyap dari publikasi media massa, Neil khususnya sudah menjalankan aksi kemanusiaan dibidang pendidikan kepada warga Jakarta Selatan dan Tangerang. Warga Kanada berkepala botak ini, adalah sosok yang akrab dengan anak-anak namun juga penuh sopan santun, jauh dari sikap pelecehan seksual sebagaimana tuduhan yang dialamatkan pada dirinya. "Pak Neil itu memang sangat ramah, tak segan untuk membantu kami untuk menolong anak-anak pemulung agar dapat bersekolah dengan layak hingga tuntas," ujar Retno Hapsari, Kepala sebuah LSM yang membidangi pemberdayaan keluarga dan anak-anak pemulung di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan. Retno mengakui, bantuan Neil terhadap anak-anak itu sangat bermanfaat khususnya untuk menyelesaikan sekolah mereka, namun dengan cara mendidik agar mereka tetap mampu mandiri. "Neil mengajarkan agar kami membuat produk dari limbah yang bisa didaur ulang, juga ia bantu pasarkan pada anak-anak JIS," ujar Retno. Wanita paruh baya itu menegaskan, selama ini tidak pernah mendengar atau menerima pengaduan perilaku negatif dari Neil. Retno mengatakan, perilaku Neil sangat baik dan jauh dari gambaran yang dituduhkan dalam oleh TPW dalam kasus kekerasan seksual itu. "Saya jadi merasa aneh, kalau seorang Neil Bantleman dituduhkan dengan kasus keji tersebut," ujar Retno. Anak Kampung Masuk JIS Ternyata, Neil banyak memberikan sumbangsih terhadap keterbukaan JIS dengan masyarakat sekitar dalam interaksi sosial. Ia menjadi fasilitator dan penjamin agar anak-anak tidak mampu diluar JIS bisa belajar bersama anak-anak JIS yang tergolong highclass. Dengan program-program sosialnya, Neil mencairkan kesan angker gerbang JIS yang selama ini dianggap masyarakat sangat tertutup. Hal itu diakui oleh banyak pengelola Yayasan yang selama ini bekerjasama dengan JIS di event-event sosial JIS. Pada Minggu 8 Maret 2015 lalu, JIS mengadakan event running dengan tema "Justice for the Innocent Fun Run”. Event ini dilaksanakan dalam bentuk penghargaan atau dukungan terhadap Neil dan Ferdi selaku tersangka dalam kasus JIS, Juga sebagai pengungkapan rasa bangga terhadap dua guru tersebut. JIS mengundang 120 anak kurang mampu dari 10 yayasan atau organisasi yang berbeda.Termasuk Yayasan Kampung Kids, Sekolah Kami, XSProject, dan Insan Anugerah. Hampir semua komunitas ini pernah berinteraksi dengan Neil maupun Ferdi. Dukungan ini sebagai apresiasi atas jasa mereka yang selama ini sangat humanis dan memperhatikan kelayakan pendidikan bagi anak-anak yg kurang mampu. Terlepas dari kasus yang tengah membelit Ferdi dan Neil dalam kasus dugaan pelecehan seksual terhadap murid TK JIS . Namun JIS adalah salah satu lembaga pendidikan yang aktif melakukan kampanye anti trafficking dan kekerasan seksual terhadap anak. Sumber : http://antitesanews.com/news/politik/16-03-2015/152-melihat-sisi-humanis-neil-bantleman-dan-ferdinant-tjiong

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun