Setiap manusia mempunyai kemampuan alamiah untuk dapat berpikir, baik dari berpikir symbol, konkreet, maupun berpikir abstrak mengenai semua yang pernah mereka temui. Dalam kenyataannya, manusia mulai berpikir sejak mereka lahir, yaitu saat bayi, mereka mulai berpikir dan mengenali apa yang mereka lihat dan apa yangh mereka dengar. Kemampuan berpikir ini dapat dikembangkan dan dapat dieksplorasi dengan baik jika dilakukan penangananyang baik pula.
Pembelajaran dan pendidikan dapat menjadi upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak agar dapat lebih baik dan berkembang. Pendidikan yang sekarang lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam melakukan pengalaman belajar sehingga apa yang mereka terima akan lebih masuk dan tertanam dalam konsep mereka masing-masing yang akhirnya, nantinya dapat digunakan dalam kehidupannya. Pendidikan dan pembelajaran sekarang juga mengarah kepada tujuan agar anak dapat berpikir kritis, aktif, dan kreatif sehingga nantinya dapat memecahkan masalah dengan cepat, tepat, dan rasional.
Sekarang pertanyaannya adalahbagaimana agar anak dapat berpikir secara kritis, kreatif, dan dapat memecahkan masalah dengan baik? Sebelum mengulas hal itu, alangkah bijaknya jika kita mengulas dahulu apa yang disebut anak kritis, anak kreatif, dan problem solver itu sendiri. Berpikir kritis adalah dapat mengolah informasi dengan baik dan cepat. Ada juga yang menyatakan bahwasannya berpikir kritis itu tanggap terhadap lingkungan dengan cepat. Berpikir kritis lebih dekat kepada berpikir secara nalar, dan logis dari sudut pandang yang dapat dilihat. Namun bukan berarti bahwa berpikir kritis itu berpikir secepat-cepatnya setelah mendapatkan informasi itu tidak, tetapi juga tindakan yang nyata dan menyebar dari tindak lanjut informasi yang telah didapatnya.
Jadi, anak yang berpikir kritis adalah anak yang mempunyai pemikiran yang luas, lugas, dan rasional sehingga dapat memandang suatu masalah dari sudut pandang yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan aset generasi bangsa yang kompeten karena berpikir kritis juga dapat memperkuat karakter baik nilai, moral, tingkah laku, karakter tegas dalam dirinya sehingga tidak mudah diadu domba oleh bangsa lain. Untuk menjadikan anak kritis sebenarnya bagaimana pembelajaran itu dilakukan. Bagaimana pembelajaran itu dilakukan agar dapat mengembangkan kemapunannya secara optimal. Dengan demikian, menjadikan anak kritis dapat dilakukan dengan menciptakan dan menyediakan kondisi belajar yang kondusif dan mendorong agar kemampuan berpikir anak dapat berkembang yaitu dengan adanya inovasi-inovasi yang dilakukan dalam pembelajaran dengan pusat pembelajaran siswa.
Sekarang masih membahas saudaranya anak kritis, yaitu anak kreatif. Anak yang kreatif adalah anak yang dapat berpikir secara menyebar atau luas, memandang sesuatu hal dari banyak sisi yang kebanyakan anak lain tidak sampai melihat sisi itu. Anak yang kreatifjuga diartikan anak yang berpikir berbeda dengan anak lain, sehingga dengan berbeda inilah maka dapat menciptakan sesuatu yang berbeda pula dengan anak lain. Namun perbedaan ini bukanlah berarti tidak wajar tetapi perbedaan inilah yang menjadi nilai tambah produk yang dihasilkan anak kreatif. Anak kreatif dapat dikatakan berawal dari anak kritis, karena anak yang kreatif mempunyai cara pandang yang luas dan tidak terbatas. Nah, berawal dari berpikir kritis inilah anak dapat menciptakan hal-hal yang kreatif dari pengaplikasian berpikir kritis tersebut.
Jika menjadikan anak kreatif harus membuat pembelajaran yang dapat mengembangkan berpikir siswa, maka cara menjadikan anak kreatif adalah dengan lebih menyentuh langsung kepada anak itu seperti misalnya memberikan pola asuh atau pelaksanaan pembelajaran yang tepat. Yaitu memberikan kebebasan kepada anak mengenai apa yang mereka pikirkan dan mereka lakukan selagi masih dalam aturan, dan jangan mengekang apa yang ingin anak lakukan karena itu dapat mematikan kreatifitas anak. Termasuk juga jangan sungkan memberikan pujian kepada karya anak, dan hindarkan mencela karya. Karena pujian itu dapat membangkitkan motivasi seseoranguntuk melakukan hal yang lebih baik lagi. Dan yang terpenting adalah jangan terbiasa memanjakan anak dalam artian menuruti semua permintaan anak. Karena dengan memanjakan inilah yang nantinya menjadi dasar munculnya sikap malas. Dan juga biasakan anak diberikan stimulus untuk memecahkan masalah sehingga pikirannya akan terbiasa untuk berpikir.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara pembelajaran problem solver atau pembelajaran dengan berbasis pemecahan masalah. Problem solver ini memungkinkan anak untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Jadi, jika dikaitkan antara anak kritis, anak kreatif, dan problem solver adalah kemampuan anak dalam berpikir kritis dan kreatif akan sangat membantu pelaksanaan problem solver. Sebaliknya, problem solver dapat memberikan umpan balik dalam pembelajaran yaitu menjadikan anak yang kritis menjadi semakin kritis, dan anak yang kreatif akan menjadi semakin kreatif. Juga menjadikan anak kritis dan kreatif secara proses.
inilah aset bangsa yang berharga, yaitu generasi yang kritis, kreatif, dan mempunyai karakter yang kuat untuk membangun bangsa ini menjadi bangsa yang maju,,, kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi?..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H