Mohon tunggu...
Antika Juliana
Antika Juliana Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi Lombok timur

Saya seorang mahasiswi yang kuliah di universitas Nahdlatul ulama.saya Mahasiswa yang cukup aktif dalam kegiatan organisasi dan aktif juga mengikuti kegiatan sosial di desa saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seorang Ibu yang Menghidupi Anak-anaknya dengan Menjadi Pedagang Sayur Keliling

11 Juni 2024   21:10 Diperbarui: 11 Juni 2024   22:16 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pedagang sayur keliling mungkin jarang kita temui di kota kota besar, tetapi di berbagai pelosok desa justru sangat banyak di temui.Karena dengan modal 1 juta kita bisa menjadi pedagang sayur dgn untung yang cukup memuaskan.

Suatu hari dimana saya sedang menikmati weekend di rumah bersama keluarga,ibu saya memanggil dari arah luar dan menyuruh saya berbelanja di ibu pedagang sayur yang berkunjung setiap hari ke desa saya.Saat melihat ibu itu saya langsung mengajaknya mengobrol santai.

Ibu itu bernama ibu zila yang menjanda karena di tinggal mati sang suami.Dan harus berusaha mencari nafkah untuk menghidupi kedua anaknya yang sedang menempuh pendidikan menengah atas.

Saya bertanya "mengapa ibu memilih usaha ituu kan masih banyak usaha yang lain"?ibu itu tersenyum menjawab" usaha ini cukup mudah dan terjangkau untuk di lakukan bagi kami dari kalangan yang tidak cukup mampu,saya hanya perlu menyiapkan modal sekitar 500 rb perhari untuk berbelanja bahan dagangan,dan saya juga menerima untung yang lumayan untuk belanja anak anak saya sekolah.Saya biasanya berangkat jam 4 pagi setelah sholat subuh untuk pergi ke pasar membeli bahan dagangan,jika terlambat sedikit saja kita akan di dahulu pedagang- pedagang yang lain dan akan kehabisan bahan dagangan,maka darah itu saya kadang berangkat lebih pagii lagi.Saya  berjualan ke  7 desa dalam sehari dan pulang setelah sholat Zuhur.Biasanya selese berdagang saya menghitung uang yang saya dapat dalam 1 hari itu dan yang mulanya modal saya cuma 500 rb saya mendapatkan hasil sekitar 800 ebih .Itupun kadang dagangan saya tidak habis terjual,jika masih ada yang tersisa saya kulkas dan menjual nya besok lagi".Tutur ibu zila si pedagang sayur keliling.

    Setiap laba yang saya dapatkan, walaupun hanya sedikit tetap saya syukuri. Melalui jualan sayuran keliling inilah kebutuhan sehari-hari keluarga saya bisa tercukupi," ungkapnya. 

  Mungkin untuk masalah Untung orang berbeda,ada yang menjadi pedagang sayur keliling tetapi untungnya lebih tinggi.Akan tetapi bisa diliat dari foto bahwa keranjang sayuran ibu itu memang lah kecil tidak seperti pedagang sayur keliling lainnya yang memakai keranjang yang lebih besar dan bahkan ada yang memakai pikc up juga.

           Salah satu warga di desa saya, mengaku lebih senang belanja kebutuhan pangan di pedagang sayur keliling. Hal itu sudah dilakukan selama 3 tahun terakhir ini. Belanja di pedagang keliling menurutnya lebih praktis. Bahkan terkadang barang-barang yang dijual pedagang sayur keliling lebih murah dibandingkan di pasar. Dia menerangkan dalam sehari ada tiga pedagang keliling yang menjual berbagai kebutuhan pangan di daerahnya. Biasanya dia membeli di tiga pedagang keliling itu untuk kebutuhan makan sehari-sehari, termasuk untuk berdagang makanan. 

Sayuran dan rempah yang dijual ibu zila beragam. Bayam, kangkung, sawi, terong kol, kentang, wortel, tahu, tempe, hingga bawang. Beberapa jenis ikan laut pun ada di rak sayuran ibu zila.Harganya sedikit lebih mahal ketimbang harga pasar. 

Ibu zila juga bercerita tentang suka dukanya menjadi penjual sayuran keliling. Sukanya ketika seluruh dagangan habis dan tidak ada pembeli yang berutang. Sedangkan dukanya, ketika turun hujan pagi hari dan jualan tidak laku. Bahkan banyak yang berutang sehingga modal belanja kurang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun