Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Purnama Pertama Imlek dan Lontong Cap-Go-Meh

23 Februari 2016   13:59 Diperbarui: 23 Februari 2016   21:59 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[/caption][caption caption="AH Tjio"Purnama Pertama Imlik 2016][/caption]

Semalam bulan purnama, tidak sebesar supermoon yang tampak pada bulan September, tetapi sangat dimeriahkan oleh kalangan Tionghoa diseluruh dunia, juga diberbagai kota besar kecil di Tanah Air, karena ini merupakan purnama pertama dalam tahun yang baru yang disebut oleh Tanglang Hokkian: Cap Go Meh, malam kelima-belas.

Hari Raya Imlik memang secara tradisionel dirayakan selama 15 hari sejak purba kala, dalam beberapa hari itu sanak famili dari segala pelosok bermudik pulang kampung halaman untuk berlibur dan berkumpul merayakannya.

Setelah 15 hari sekeluarga berkumpul dan bergembira menyambut kedatangan tahun yang penuh dengan harapan baru, juga tiba waktunya untuk berpisah dan masing-masing harus kembali kepenghidupan semula. Sebab pada besok harinya, yang didesa sudah mulai menggarap tanah ladang, yang perantauan juga sudah harus kembali kepekerjaannya, sekolahan juga akan segera memulai kelasnya. Maka malam untuk mengachiri masa tahun baru ini disebut Malam Ke-lima-belas, Cap Go Meh (meh=malam) dan dimeriahkan secara besar-besaran dengan menyelenggarakan sembahyang lampion dibawah penerangan bulan purnama yang pertama dalam setahun.

Sekarang dikota-kota bisa disaksikan adanya keramaian pawai tari naga dan arak-arakan dijalanan, dan perayaan diklenteng-klenteng yang penuh sesak orang sembahyang disekeliling lampion merah yang digantung tinggi diwaktu petang.

[caption caption="AH Tjio" Festival lampion di Xiamen]

[/caption] 

Makanan tentu saja mengikuti setiap perayaan hari raya Tionghoa, sebagai peranakan juga membungkus ketupat, tetapi pada umumnya membikin lontong yang dibuat hidangan khas Cap Go Meh. Ini lain daripada tradisi aslinya di Tiongkok, yang disana leluhur mereka merayakannya dengan makan ronde.

Berhari-hari dalam rangka liburan Imlik itu, para wanita dalam keluarga pada sibuk membikin ronde, yaitu bola-bola sebesar pingpong berisi ramuan kacang tumbuk, manisan labu, keringan kulit jeruk, dan gula pasir yang dibukus dengan lapisan tepung ketan yang tebal. Ini dihidangkan setelah sekeluarga makan bersama pada malam Cap Go Meh tersebut. Ronde digodok didalam air panas sampai mendidih sebayak 3 kali supaya matang, dan beramai-ramai memakannya dengan air gula. Makna makan ronde ini melambangkan terang bulan dan kerukunan keluarga. Tradisi ini sampai sekarang telah berlangsung sekitar 800 tahunan dibagian Tiongkok diselatannya Yangtze River.

[caption caption="AH Tjio" Ronde]

[/caption]

Modifikasi ronde ini dilapisi wijen lalu digoreng dalam minyak yang ditumpuk setelah masak, maka menjadi cin-tui (cin=gorengan, tui=tumpukan), dan tumpukan ronde-ronde ini disingkat menjadi onde-onde.

Di Jepang, ronde dikenal dengan nama asli Hokkian-nya Moa-ji yaitu mo-ji (ketan yang lekat) sudah menjadi camilan national disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun