Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lumpia: Dalam Sejarah Dan Cerita Liar Penemuannya

12 April 2015   20:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:12 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Anthony Hocktong Tjio/ diaspora Indonesia.

Lumpia goreng meski digelari Lumpia Semarang, bukanlah ciptaan orang Semarang.

Ada makanan dibalik adat Tionghoa:

Dalam setahun Imlik, Tionghoa mempunyai 24 perayaan musim yang dimulai dari Tangce atau winter solstice yang berurutan setiap 15 harian. Pada tiap perayaan musim tersebut ada yang disertai dengan makanan chas untuk perayaannya, seperti dumpling jiao-zi untuk Tangce, kue keranjang untuk Sincia, ronde berisi kacang manis untuk Cap-goh-meh, bacang untuk festival pacuan perahu Doan-wu, pia rembulan pada Tiongchiu, dan lumpia yang merupakan hidangan chas setelah upacara pembersihan makam leluhur pada Ceng Bing. Dibelakang semua hidangan chas perayaan musim tersebut,masing-masing juga ada cerita dan sejarahnya.

Apa sangkut pautnya Lumpia dengan Ceng Bing?

Bisa diceritakan sebagai berikut: Sebelum Ceng Bing merupakan hari perayaan pembersihan makam leluhur Tionghoa setiap 5 April seperti sekarang, hanya merupakan salah satu hari perayaan musim yang bermaksudpenjemputan musim Semi disekitar 104-106 hari setelah Winter Solstice, yang merupakan sehari libur untuk sekeluarga ber-piknik sejak lebih dari dua ribu tahun yang lalu, hingga adanya suatu peristiwa yang terjadi dipermulaan abad 7BC, dimana Tionghoa dibagi-bagi negeri adipati diachir jaman Dinasti Zhou yang disebut masa Chun-jiu / Spring-Autumn (770-476BC), ada seorang pangeran negeri adipati Jin yang melarikan diri karena perebutan tahta dinegerinya yang terletak dipertengahan Shanxi sekarang, dia jatuh sakit dan terawat baik oleh seorang penduduk disuatu dusun, setelah dia berhasil kembali kenegerinya dan merebut kedudukan adipati sebagai Jin Wen Gong (晋文公) pada tahun 638BC, baru sadar bahwa penyembuhan penyakitnya sewaktu dipengungsian itu berkat diberi minum obat kaldu yang memakai daging dari pahanya si orang dusun itu yang bernama Jie Zi-tui. Namun Jie selalu menolak hadiah dan kedudukan yang ditawarkan Jin Wen Gong, malah achirnya juga bersama ibunya bersembunyi didalam bukit dipegunungan Mian-shan.

Karena dalam segala upaya Wen Gong mencarinya tetap sia-sia menemukannya, maka dipakailah siasat api membakar semak-semak bukit disekitarnya, mengharapkan Jie dan ibunya bisa dipaksa keluar dengan asap, tetapi api tidak terkendali dan kemudian diketemukan mayat hangus kedua orang itu yang berangkulan disebelah sebatang pohon yang sudah menjadi arang. Wen Kong menyesal atas tindakan yang tidak bijaksana sehingga menewaskan orang yang pernah menyelamatkan jiwanya itu, dan diperintahkanlah kepada sekalian rakyatnya bahwa pada hari itu supaya diperingati sebagai Hari Nyepi, yang tidak diperbolehkan menyulut api, memasak makanan, keluar dari rumah maupun berisik, maka timbulah tradisi Han-shi (寒食) yaitu “makan dingin” pada hari itu yang kebetulan jatuh pada sehari sebelum hari tradisional kia-kia di-musim Semi yang dikemudian hari juga disebut Ceng Bing (清明).

Istilah Ceng Bing yang berarti “cerah dan gemilang” ini berasal dari sabda Kaisar Han Guang-wu-di Liu Xiu (5BC-57AD) yang merasa lega setelah menumpas para pemberontak Wang Mang dan membangun kembali kemakmuran negaranya setelah berpindah ibukota dan mendirikan Han Timur, yang pada suatu hari dimusim Semi yang cerah berkatalah: “Tian achirnya Ceng Bing” yang maknanya “kerajaan telah damai dan tentram kembali”. Hari itu kemudian menjadi hari raya dimana bangsa Tionghoa Han mempergunakannya untuk sehari berlibur bersama keluarga pergi kia-kia atau piknik keluar kota yang sampai sekarang masih disebut chun-you / 春游. Di-Tiongkok sekarang, dimana pada umumnya orang mati dikremasi kemudian abunya ditaburkan tanpa adanya kuburan lagi, pada Ceng Bing tetap dipakai orang untuk piknik chun-you seperti dulu kala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun