Semalam saya menghadiri perayaan Imlek masyarakat diaspora Indonesia di Monterey Park California. Di antara suguhan hidangannya ada pilihan Siomai Bandung Komplit yang terdiri dari beberapa potong tahu bakso, kentang, gubis dan telur rebus, dan hanya diberi satu biji siomai, dengan iringan bumbu sate. Sajian tersebut mengingatkan asal mula siomai dan satu cerita romantis yang berasal dari kisah berumur 500 tahun.
Di kabupaten Fangcheng Kota Nanyang di barat daya Henan 河南南阳方城 ada permukiman besar keturunan Persia sejak Duta Besar Kaisayah Han, Zhang Qian 张骞membuka Jalur Perniagaan Sutra dari sini ke Uzbekistan, dan menjadi adipati di sini sekitar 2000 tahun lalu. Fang dari nama kota itu yang arti katanya “persegi dadu” diperkirakan mengambil makna dari “Kaaba”.
Di Fangcheng sana pada akhir abad 19 yang lalu, ada seorang Muslim Tionghoa yang bernama Muhammed Bhe Giok Liang 马玉亮 menciptakan makanan kecil yang berupa pangsit. Dia memakai air hangat untuk membuat adonan tepungnya, yang kemudian menghasilkan kulit pangsit yang lebih mulus dan kenyal, diisi campuran cincang daging kambing, rempah dan tepung ketan, lalu dibentuk butiran-butiran yang berupa kok bulu tangkis. Makanan kecil kukusan ini dinamakannya “pangsit kuncung rambut” (撮子包) berdasarkan bentuk jadinya.
Lama kelamaan mereka merasa nama “kuncung rambut” itu kurang anggun. Lagipula makanan itu terbuat dari kulit tepung terigu yang dikukus 20 menit, maka namanya diganti menjadi sio-mai 烧麦 yang artinya “memasak gandum”. Memang, arti dari kata mai adalah gandum.
Siomai ini sudah tersebar di seluruh Tiongkok maupun dunia, sering menjadi antaran pangsit udang harkaw (siomai isi udang) dalam dimsum di mana-mana. Setelah siomai itu mencapai di Hong Kong, bentuknya menjadi mirip buah delima. Makanan kecil ini menjadi laris dan orang-orang menyebutnya dengan lafal sio-mai yang khas, sehingga terdengar seperti siu-mai 烧卖. Di daerah tersebut, arti dari kata mai itu jual, dan karena masakan tersebut memang laris dijual, maka istilah itu yang dipakai di semua Chinatown, Hong Kong sekarang.
Siomai itu sebetulnya juga mempunyai eyang sejak ratusan tahun sebelumnya. Asal mulanya merupakan makanan orang Mongol di Hohhot yang masuk ke Tiongkok bersama pasukan Kublai Khan sampai di Ibu Kota Xanadu (Beijing) di abad 13 Masehi. Itu disebut shao-mai 稍麦 yang hanya berarti tepung terigu, ini merupakan pangsit daging kambing dalam sup.
Dari shao-mai dan siomai ini pernah terjadi satu cerita romantis. Hal tersebut diketahui dari “Naga Plesir Mengoda Cedrawasih” 游龙戏凤 yakni novel yang menceritakan kisah percintaan seorang raja dengan gadis pemilik warung shao-mai.
Konon 500 tahun lalu di permulaan abad 16 Masehi, seorang jejaka sedang ngelencer ke Propensi Shanxi di baratnya Beijing untuk mencari gadis cantik di sana. Jejaka itu adalah Maharaja ke-11 Dinasti Ming, Zhengde Zhu Houzhao 正德朱厚照 yang sekarang berusia 20 tahun. Dia sudah naik tahta sewaktu masih remaja di usia 15 tahun, belum menikah tetapi terkenal suka menggoda wanita secara merajalela. Suatu ketika mendengar di daerah Datong, kota yang terutara di Shanxi itu terkenal dengan kecantikan wanitanya, maka hanya membawa seorang kasim pengawalnya diam-diam melarikan diri keluar dari istana Forbidden City dan ngelayap ke sana.