Untuk pertama kalinya Tsar Michael I Russia meminum teh Tiongkok, itu pada tahun 1638, karena mendapat hadiah 70Kg daun teh dari Altyn Khan sewaktu duta Vasilli Starkov dikirim ke-Mongol pada tahun itu, Starkov menganggap itu sekedar daun kering yang bakal membebankan perjalanan pulangnya dan semulanya menolak, tetapi achirnya diterima juga, dan akibatnya sampai hari ini minum teh menjadikan orang Russia seperti Tionghoa suatu keharusan hidup sehari-hari yang tidak boleh dikurangi.
Teh adalah hasil bumi diselatan Sungai Yangtze Tiongkok yang terutama disekitar Gunung Wuyi di Hokkian, sejak zaman Tartar Mongol menguasai Cathay (Tionghoa) diabad 13-14, sudah ada orang Shanxi yang memperdagangkan teh Hokkian ke-Mongolia, karena mereka yang paling dekat Mongolia sejak purba kala. Setelah Tsar Alexi I mengetahui darimana asalnya teh Cathay itu, segera mengadakan perjanjian niaga dengan Tiongkok untuk mendatangkan teh ke-Moskow dan mengirimkan kulit bulu ke-Beijing ditahun 1679, selanjutnya untuk penyaluran teh tersebut bisa dikuasai keseluruhannya oleh Tsar, maka Siberia dicakup saja kedalam wilayah Russia 10 tahun kemudian. Sedangkan Kyakhta, disekarang Buryatia Russia yang berdampingan dengan kota Altanbulag (Maimaitchen) Mongolia, merupakan pusat distributor dan pintu keluar teh Tiongkok yang pada saat itu, diabad 18, setiap tahunnya sudah berganti tangan sebanyak 1,5 juta kilogram teh dalam bentuk bata yang diangkut dengan karavan unta dari Shanxi untuk Moskow, akibatnya Kyakhta yang semula masih dalam wilayah Tiongkok itu juga disita begitu saja oleh Russia pada tahun 1727.
Jinshang penyebar Kwan Kong:
Penyaluran teh dari Hokkian untuk Moskow tersebut keseluruhannya ditangani oleh para saudagar dari kabupaten Qixian(祁县), Pingyao (平遥), Taigu (太谷) dan Yuci (榆次) didaerah pertengahan Shanxi yang secara kolektip mereka disebut Jinshang (晋商), Jin adalah nama lama Shanxi dan shang berarti saudagar. Mereka merupakan kelompok saudagar Tionghoa yang terbesar, bukan saja yang tercanggih, paling ulet tapi yang bisa dipercaya dalam sejarah bangsa Tionghoa, karena mereka membawa jiwa Kwan Kong dalam hati, sehingga wibawa keuangan Jinshang melebihi bendahara negara dimasa Dinasti Qing 200 tahun lalu. Mereka monopoli pengeksporan teh ke-Russia dengan keuntungan total 124 juta ons perak atau 136 juta Ruble setahunnya, dan untuk pengiriman uang sejumlah raksasa dizaman itu mereka juga menciptakan perbankan pertama Tiongkok diabad 19. Ini menjadikan puluhan ribu pedagang Shanxi selain menjelajahi disepanjang Jalur Teh dari Hokkian sampai Kyakhta juga kebagian lain Tiongkok, dimana saja orang Shanxi berada mereka selalu membawa arek Shanxi sendiri, Kwan Kong, sebagai sandaran rohani mereka.
Keluarga Jinshang dimana saja patuh menyembah Kwan Kong didalam setiap rumah tangga, penginapan, perkumpulan dan juga rumah makan mereka. Dari kebiasaan menyembah Kwan Kong yang dianggap bisa memberi kemakmuran orang Shanxi ini dengan pesat menyebar kemana-mana, sehingga menjadikan Kwan Kong dipuja dari Dewa Keselamatan menjadi Dewa Rejeki orang Shanxi suatu Budaya Tionghoa sekarang.
Kejayaan Jinshang tersebut lenyap dalam sekejap mata dipermulaan abad 20 yang baru lalu. Akibat selesai pembangunan jalan kereta api Trans-Siberia dari Vladivostok ke Moskow yang bisa disambungkan sampai Beijing, sehingga penyaluran teh bisa dipersingkat dari perjalanan satu-setengah tahun mencapai Moskow menjadi hanya seminggu saja, dengan ini melingkari route unta Shanxi-Mongol ditahun 1905. Kemudian dengan terjadinya Revolusi Oktober Russia yang mengakibatkan Ruble Tsar tidak berlaku lagi, segera membangkrutkan semua Jinshang karenanya, dan disusul adanya kejadian pembantaian Jinshang akibat Revolusi tersebut di Kyakhta, maka tamatlah riwayat Jalur Teh yang pernah jaya tersebut ditahun 1917. Tetapi peninggalan orang Shanxi bagi Bangsa Tionghoa untuk menyembah Kwan Kong tidak pernah berhenti sampai sekarang.