Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bakiak, Berasal dari Mana?

8 Mei 2014   05:32 Diperbarui: 1 Oktober 2020   11:23 3876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga permainan tradisional Indonesia, yaitu tarik tambang, lomba bakiak dan lomba lari dengan batok kelapa menghiasi acara Festival Crossborder Sota 2019, Papua, Sabtu (15/6/2019). (Dok. Kemenpar)

 

B a k i a k : asal dari mana?

Oleh: Anthony Hocktong Tjio/ Diaspora Indonesia.

Sewaktu masa kecil hidup di Jawa juga pernah memakai bakiak sebelum sandal karet Jepang masuk ditahun 1950’an. Pada zaman sekarang bakiak sudah pada umumnya digantikan sandal karet dan tidak banyak terlihat lagi dikalangan masyarakat tanah air.

Secara nostalgia mencari bahan cerita tentang bakiak. Mulai dari referensi yang serba ada yaitu Wikipedia Bahasa Indonesia. Ternyata tertulis sangat singkat sebagai kutipan berikut:

Bakiak sebutan di Jawa Tengah untuk sejenis sandal yang telapaknya terbuat dari kayu yang ringan dengan pengikat kaki terbuat dari ban bekas yang dipaku dikedua sisinya.


Di Jawa Timur dikenal dengan sebutan Bangkiak. Sangat popular karena murah terutama dimasa ekonomi susah sedangkan dengan bahan kayu dan ban bekas membuat bakiak tahan air serta suhu panas dan dingin.


Diperkirakan bakiak diinspirasikan oleh Jepang yang sudah memakai telapak kayu untuk Geisha-geisha (geta). Diskripsi tersebut diatas tidak semuanya benar atau tepat, perlu penyuntingan sebagai berikut:


Bakiak adalah alas kaki terbuat dari bahan kayu yang pada zaman sekarang tidak banyak dipakai lagi dikalangan rakyat di Jawa pada umumnya. Sering diperkirakan adalah asal Jepang. 


Istilah bakiak bukan bahasa asal Jawa, tetapi adalah asal bahasa Tionghoa. Karena asal muasal bakiak adalah dari Tiongkok yang telah dipakai oleh bangsawan wanita sejak zaman Dinasti Han atau sebelumnya pada abad 2 Sebelum Masehi, yang disebut Mu-ju, dan dalam dialek Hokkian menjadi  Bak-kia. Kemudian mu-ju ini tentunya bersama kebudayaan Tionghoa lainnya tersebar ke Korea, Jepang dan Nusantara. 


Di Filipina juga disebut Bakya. Di Tiongkok pada umumnya pemakaian bakiak sudah musnah kecuali terbawa oleh orang-orang Tiongkok Utara zaman Dinasti Tang yang merantau ke Selatan yaitu tanah Hokkian, maka orang-orang yang disebut Tang-lang tersebut masih memakainya karena murah dan awet.


Dari perantauan orang Tionghoa yang kebanyakan terdiri dari orang Tang-lang tersebut ke Asia Tenggara, maka terbawalah bakiak yang pada umumnya sebagai alas kaki para wanita atau nyonya. Semula adalah bakiak yang dihiasi dengan gambar lukisan bunga-bunga yang cantik sebagaimana asal usulnya yang digunakan bangsawan zaman Dinasti Han di Tiongkok, kemudian menjadi alas kaki para kuli dan para buruh yang buatannya menjadi sangat sederhana dan murah.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun