Selama Tiongkok masih dijaman pecah belah maupun setelah dipersatukan oleh Dinasti Qin pada abad 3 BC, selalu memanggil negaranya dengan nama dinastinya masing-masing. Bukan Tiongkok, juga bukan China.
Ada bangsa Khitan keturunan Persia Tabgach yang mendirikan Kerajaan Khitan (Cathay) Wei diabad 4 AD dan kemudian keturunannya mendirikan juga Kerajaan Xianbei (Siberia) Liao diabad 10 AD. Meskipun hanya sekejab saja kerajaan mereka berdiri di utara Tiongkok, Khitan ini pernah meluas sejauh Russia dan Turki, karenanya, sampai sekarang Tiongkok dinamakan Khitai oleh blok Russia dan Timur Tengah dari Turki sampai Afghanistan. Dengan demikian Cathay menjadi nama kecil Tiongkok, juga tidak disebut China.
Peta Perjalanan Marco Polo. Tiongkok utara disebut Cathay, dan diselatan Sungai Yangtze disebut Man-zi. Abad 13.
Setelah Kublai Khan menguasai Tiongkok diutara Yangtze River diabad 12 AD, Mongol tetap menyebut wilayahnya yang diutara Yangtze River tersebut sebagai Cathay, dan Tionghoa Song yang didesak dari Kaifeng diutara pindah ke-Hangzhou diselatan disebutnya Man-zi (biadab), tetapi setelah Dinasti Mongol Yuan menduduki seluruh Tiongkok malah disebut Tartaria. Pernah ada pasukan Tartar itu yang menyerbu Majapahit dijaman Hayam Wuruk mendarat di Paciran Tuban.
Pada jaman Song Selatan tersebut, perkembangan dan produksi seni ceramiktelah mencapai puncak kejayaannya di Tiongkok, sehingga selain sutra, ceramik juga merupakan benda ekspor permintaan orang Barat disepanjang Jalur Perniagaan Sutra lintas Maritim sampai sejauh ke Spanyol dan Inggris. Ceramik canggih tersebut terutama produk dari daerah Chang-nan (昌南) di Jiangxi, maka bagi Barat, Changnan tersebut menjadi nama umum darimana datangannya ceramik. Dari mengatakan “changnan” berulang-ulang, lama kelamaan kedengarannya menjadi “cha-na”, maka dikira itulah “china”, sehingga ceramik dinamakan “china” juga.