Mohon tunggu...
antho massardi
antho massardi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Makhluk 3D

22 Desember 2014   20:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:42 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Makhluk 3D

Banyak orang lupa bahwa kita adalah makhluk tiga dimensi (3D). Terdiri atas jasad jasmani, roh kehidupan, dan jiwa spiritualitas. Ibarat mobil yang kita kendarai, jasad kita adalah bodinya, roh kita adalah mesin organ vital tubuh yang digerakkan oleh batang otak, dan jiwa spiritualitas kita adalah sopirnya. Apa pun yang terjadi dalam perjalanan mengendarai mobil itu, jiwa spiritualitas kitalah yang kelak akan dimintai pertanggunganjawabnya di hadapan hukum yang berlaku.

Kita tidak tahu berapa jauh jarak dan berapa lama perjalanan yang dapat kita tempuh. Begitu roh mesin organ vital batang otak kita tak berfungsi, maka perjalanan hidup kita berhenti seketika, di mana dan kapannya, hanya Tuhan yang tahu. Yang kita tahu adalah bahwa jasad jasmani dan roh mesin kehidupan batang otak kita akan dikubur kembali ke tanah. Sedang jiwa spiritualitas kita, sebagaimana diajarkan agama, akan dikembalikan kepada Tuhan, dan dimintai tanggung jawab, dalam keadaan jiwa kita tenang dan diridhai atau dalam keadaan jiwa kita terpaksa dan dimurkai.

Pertanyaan besarnya adalah, apa yang sudah kita kerjakan dengan anugerah kapasitas potensi 3D itu dalam perjalanan hidup sampai hari ini? Kita berniat dan berdoa agar sukses di dunia sebagai modal beramal saleh, tetapi perilaku kita justru kontradiktif, tidak sejalan dengan semua doa itu.

Kita umumnya menyadari, bahwa dunia ini adalah kehidupan awal dan tempat singgah menanam kebaikan demi kehidupan akhir yang lebih baik ketika kembali kepada Tuhan. Namun, yang kita kerjakan justru nyaris hanya yang untuk kehidupan jasad jasmani dan roh mesin organ vital otak, dua dimensi kita di dunia yang akan dikuburkan untuk dimakan cacing tanah. Sementara dimensi ketiga, jiwa spiritualitas kita yang akan kembali kepada Tuhan dan mempertanggungjawabkan di akhir kehidupan kelak, hanya dikerjakan sambil lalu dalam perjalanan hidup.

Sampai kapan kita akan menipu diri sendiri dengan mengatakan apa-apa yang tidak kita kerjakan dan mengharapkan hasil dari yang hanya diimpikan?@ AMM

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun