Mohon tunggu...
Anthika Vispy
Anthika Vispy Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswi

Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak, CIFM, CIABV, CIBG Nama : Vispy Anthika Nim : 43219010081 Mahasiswi Akuntansi Universitas Mercubuana (Warung Buncit)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

TB2_ Teori Akuntansi Pendekatan Semiotika;Ferdinand de Saussure

23 Mei 2022   22:58 Diperbarui: 23 Mei 2022   23:09 2436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 1) sebab ciri bertabiat arbitrer;

 2) meski terdapat mungkin orang mau mengganti sistem tulisan yang sifatnya arbitrer sebab unsur- unsurnya terbatas, tetapi sebab ciri bahasa tidak terbatas jumlahnya, hingga ketakterbatasan tersebut membatasi pergantian bahasa;

 3) bahasa ialah sistem yang sangat rumit;

 4) bahasa merupakan salah satunya sistem sosial yang dipergunakan seluruh orang. Oleh karena itu, di antara penutur ada perilaku konservatif dalam mengalami pergantian Kerutinan bahasa. Dengan kata lain, bahasa diwarisi. Serta penerima peninggalan itu menerima begitu saja( pasif) serta apalagi jadi bahasa konvensional. Indikator seakan dipisah secara leluasa namun bila ditatap dari warga bahasa yang memanfaatkannya, indikator bahasa tidak leluasa, dia dipaksakan. Indikator yang diseleksi oleh langue tidak bisa jadi ditukar dengan yang lain.

 Contoh: memilih, tidak bisa jadi aku ubah ciri bahasa di dalam kata itu jadi“ memilih?”. Jadi, warga tidak bisa memaksakan kemauannya pada satu kata, warga terikat pada langue semacam apa terdapatnya.

 Singkatnya, bahasa tidak terikat kontrak, itulah yang membuat pembelajaran bahasa isyarat begitu menyenangkan. Karena jika kita ingin menunjukkan bahwa hukum yang diterima secara sosial adalah hal yang kita ikuti, bukan aturan yang dibuat oleh individu secara bebas, bahasa adalah analogi yang paling tepat. Bahasa atau tanda-tanda bahasa tidak terikat oleh kehendak kita, itu adalah warisan abad terakhir. Misalnya, memberi nama pada benda atau benda merupakan warisan zaman dahulu. Oleh karena itu, bahasa juga merupakan hasil dari faktor sejarah, sehingga bahasa tidak dapat diubah.

 Keempat, prinsip kemampuan berubah: karakteristik ini muncul jika dari sudut pandang historis, ada perubahan dalam hubungan antara petanda dan petanda sebagai akibat dari perubahan analogi yang wajar. Tanda selalu berubah karena tanda itu terus menerus. Pergantian tanda selalu mengakibatkan perubahan hubungan antara petanda dan penanda. Misalnya, kata “nēcare” (Latin) dikemudian hari berubah menjadi “necare”. Atau contoh lain adalah kata “dritteil” (kata Jerman klasik) berubah menjadi “drittel” (kata Jerman modern). Jadi, penanda berubah, baik secara material maupun secara gramatikal.

 Namun, sebuah langue sama sekali tidak berkekuatan untuk mempertahankan diri terhadap faktor-faktor yang setiap waktu mengubah hubungan antara penanda dan petanda; hal ini adalah salah satu konsekuensi dari kesemenaan lambang. Prinsip dasar bahasa adalah tata nama. Artinya, sebuah kata mewakili “hal” atau “benda”. Prinsip ini mengandaikan adanya “benda” sebelum ada kata. Tetapi kata tak jelas apakah berwujud bunyi atau psikis

 2.synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik)

 

download-kronik-628b9f60bb44865ae519e792.png
download-kronik-628b9f60bb44865ae519e792.png
 Sinkronik dan Diakronik

 Linguistik sinkronis adalah tentang bagian statis dari ilmu pengetahuan. Sementara Linguistik diakronis adalah segala sesuatu yang memiliki atribut perkembangan. Ada panduan berbeda untuk menggambarkan dualisme ke dalam (sinkronis dan diakronis). Misalnya, kata Latin "cripus" (bergelombang, bergelombang, bergelombang), mengarah ke akar bahasa Prancis crép-, yang membingkai kata kerja crépir 'melucuti', dan décrépir, 'melucuti lepa'. Pada suatu waktu, Prancis meminjam kata Latin décrepitus, 'lelah karena usia', untuk membentuk décrépit; namun jelas individu gagal untuk mengingat awal kata ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun