Mohon tunggu...
ANTARI DESUCIANI
ANTARI DESUCIANI Mohon Tunggu... Lainnya - Antari Desuciani, S.Hut

HUTAN LESTARI, MASYARAKAT SEJAHTERA

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pesona Master Tree Grower (MTG)

16 April 2021   07:10 Diperbarui: 16 April 2021   09:00 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Tak Kenal Maka Tak Sayang”

Pasti kita sering mendengar pepatah ini dan tentunya tidak asing lagi ditelinga kita. Setiap pepatah sarat akan makna dan pastinya dapat kita kaitkan di segala aspek kehidupan. Wajib hukumnya untuk mengenal dan memahami sesuatu hal agar kita mau dan mampu untuk melakukan hal-hal tersebut. Mau dan mampu, dua kata yang sangat erat kaitannya dengan sebuah keberhasilan. Dalam hal ini, keberhasilan penerapan program Master Tree Grower (MTG) yang dikembangkan oleh Dr.Rowan Reid dari The Australian Agroforestry Foundation Australia ini fokus pada peningkatan profesionalisme dan kapasitas petani hutan rakyat.

Sejak pertama dikembangkan tahun 1996, telah dilakukan lebih dari 100 kegiatan pelatihan MTG di seluruh Australia dengan jumlah peserta kurang lebih 2.000 orang. Para peserta terdiri dari pemilik lahan, pengusaha persemaian, petugas penyuluh dari pemerintah, pelaku industri pengolahan kayu, dan pihak lain yang berkepentingan dengan kegiatan hutan tanaman. Pelaksanaan MTG memberikan manfaat yang besar dalam kegiatan pengembangan agroforestry dan farm forestry. Setidaknya ada 4 hal dampak pelatihan MTG yang terjadi, yaitu 1) peningkatan jumlah pohon yang ditanam; 2) peningkatan produktivitas sebagai hasil adopsi teknik pemilihan jenis dan kesesuaian tempat tumbuh; 3) alih pengetahuan dari para peserta MTG kepada para petani agroforestry lainnya melalui contoh nyata; 4) perubahan alasan petani dalam menanam pohon (lebih terarah sesuai dengan kebutuhan mereka) Baur et. al. (2003) dalam Rohadi dkk (2018).

Pelatihan MTG di Indonesia dilaksanakan terkait dengan rangkaian Kegiatan penelitian Enhancing Community Based Commercial Forestry (CBCF) in Indonesia (2016-2021) dan Kegiatan kerja sama Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Australian Center for International Agricultural Research. Pelatihan program MTG telah dilaksanakan di tujuh kabupaten, yaitu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo, dan Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung.

Meningkatnya profesinalisme dan kapasitas petani hutan rakyat maupun penyuluh melalui program MTG tentunya menjadi tolak ukur keberhasilan penerapan program yang dilakukan. Kompetensi-kompetensi yang harus yang dimiliki untuk menunjang kegiatan yang dilaksanakan meliputi kompetensi pengetahuan, keterampilan dan perilaku. Kompetensi pengetahuan yang harus dikuasai seperti memahami teknik pengukuran diameter kayu bulat (log) dan pohon, penaksiran tinggi pohon, perhitungan luas bidang dasar (LBD) pohon dan tegakan, pendugaan volume pohon dan tegakan. Memahami tahapan pertumbuhan pohon dan prinsip silvikultur dalam pengelolaan tegakan, khususnya yang berkaitan dengan penjarangan dan pemangkasan pohon. Beberapa kompetensi keterampilan, diantaranya yaitu mampu mengenali berbagai cacat kayu dan penyebab terjadinya cacat tersebut, serta menguasai teknik bertanya/ dalam survei sebagai upaya mengumpulkan informasi tentang usaha tanaman kayu, seperti biaya produksi, harga kayu, dan permintaan pasar. Sedangkan untuk keterampilan perilaku, penting untuk mampu mengutamakan rasionalitas, memahami tujuan dan strategi pengelolaan tanaman kayu, berfikir positif, serta  mampu memotivasi diri sendiri dan orang lain. Menurut Rohadi dkk selain keterampilan tersebut di atas, hal yang harus dikuasai oleh petani hutan rakyat maupun penyuluh kehutanan, yaitu :

  • Memahami usaha tanaman kayu dalam strategi penghidupan masyarakat;
  • Memahami pasar kayu dan hasil hutan bukan kayu serta kriteria produk yang dikehendaki pasar;
  • Pengukuran kayu bulat (log) pohon dan tegakan;
  • Mengelola tegakan untuk menghasilkan kayu yang diinginkan;
  • Manajemen resiko dan merancang lanskap masa depan.

Pada akhirnya, pelatihan dan penerapan program  Master Tree Grower (MTG) yang telah dilaksanakan di Indonesia diharapkan mampu memenuhi harapan para petani hutan rakyat untuk hidup lebih baik dari sebelumnya. Karena pada hakikatnya, kehidupan tidak terlepas dari kebutuhan akan ekonomi yang mampu menolong mereka untuk hidup lebih layak. Peningkatan kapasitas petani itu sendiri terkait erat dengan harga jual yang pantas untuk pohon yang sudah mereka tanam.

#P3SEKPI 

#KementerianLHK 

#ACIAR 

#CBCFIndonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun