Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Menyebadankan Tujuan dengan Pemimpinnya

8 Mei 2015   07:55 Diperbarui: 18 September 2018   11:29 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koleksi pribadi

Oleh. Purwalodra

Pengalaman yang kita lihat dari orang-orang yang sedang memimpin organisasi, selalu memiliki dinamika masing-masing, yang kadang-kadang membawa banyak korban mental, harta dan jiwa. Memimpin orang tidak sama dengan memimpin hewan, butuh keahlian dan metode. Juga butuh pengalaman dan ilmu. Karena seorang pemimpin bertugas mengarahkan anggotanya kepada tujuan organisasi, maka tugas seorang pemimpin adalah memotivasi mereka agar mau dan mampu bergerak kepada tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Jadi standar keberhasilan seorang pemimpin adalah kemampuannya menggerakkan anggotanya ke arah tujuan organisas yang di cita-citakan itu.

Oleh karena itu, langkah pertama seorang pemimpin adalah memahami dan menghayati tujuan dari organisasi yang dipimpinnya. Tujuan itu harus mampu disebadankan, sehingga menjadi satu dengan cara berpikir dan gerak gerik dirinya. Dengan berpijak pada tujuan yang jelas, maka seorang pemimpin bisa mengajak anggota, karyawan, atau pegawainya untuk mau dan mampu terlibat, merasa berarti, dan bekerja sama untuk mencapai mimpi yang diharapkan. Dengan bekal semacam itu, ketidakpastian dan ambiguitas hidup bukanlah ancaman, melainkan justru kesempatan untuk lebih produktif dan berkembang.

Setiap pemimpin organisasi tidak hanya mampu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata, tetapi juga dengan perilaku rutin mereka, tentu saja dengan teladan-teladan yang baik. Perilaku seorang pemimpin akan membawa sejuta makna yang jauh lebih dalam daripada sekedar perintah kata-kata. Inilah kepemimpinan yang sejati, dan bukan sekedar bos, apalagi birokrat. Mereka terlibat di dalam semua dimensi kerja organisasinya, namun tidak juga memborong tugas-tugas yang seharusnya dilakukan oleh bawahannya. Dengan demikian, akan tumbuh perasaan cinta dari anggota, karyawan atau pegawainya, terhadap apa yang dilakukan oleh sang pemimpin. Energi pemimpin yang bijak dan arif memancar keluar, dan menular ke komunitas sekitarnya.

Perlu diingat juga, bahwa tujuan dari suatu organisasi harus dihayati sampai ke akar-akarnya, dan bukan hanya sekedar tempelan di ruang kerja, atau kata-kata indah dalam mars organisasi. Tujuan organisasi bisa menjadi roh yang mendorong lahirnya kreatifitas, keterlibatan, dan strategi yang efektif untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan. Di dalam semua proses tersebut, ada satu komponen yang kerap terlupakan, yakni kemampuan pemimpin untuk menginspirasi seluruh komunitas organisasinya.

Ketika seorang pemimpin hanya mampu menakut-nakuti serta mengancam bawahannya, maka usia kepemimpinannya tidak akan berlangsung lama, dan akan berakhir tragis di kemudian hari. Hal ini didasarkan kepada pengalaman dan keinginan manusia yang ingin bebas dari penindasan dan diskriminasi. Lantas, jadi pemimpin tuh harusnya gimana ?.

Dasar untuk memimpin harus dilakukan dengan cinta. Seorang pemimpin harus mencintai organisasi yang ia pimpin, dan juga mencintai visi serta misi yang diemban oleh organisasi itu. Cinta yang dimilikinya akan menular ke orang-orang yang ia pimpin. Hanya dengan begitu, ditambah dengan tata-kelola yang baik, visi dan misi organisasi tersebut bisa sungguh menjadi kenyataan.

Seorang pemimpin pun juga harus mampu dan mengetahui kapan harus bersikap lembut dan penuh hormat pada orang-orang yang ia pimpin. Dan, ia juga harus tahu, kapan ia harus bersikap keras, dan menerapkan displin yang konsisten pada orang-orang yang ia pimpin, termasuk pada dirinya sendiri.

Pemimpin yang baik juga harus mampu bersikap fleksibel. Ia harus memiliki strategi untuk mewujudkan visi dan misi organisasi yang ia pimpin. Namun, ia juga harus tahu, bahwa strategi itu tidak mutlak, melainkan mampu berubah seturut dengan perubahan situasi yang terjadi. Visi dan idealisme tetap ada, namun penerapannya perlu untuk selalu membaca tanda-tanda jaman.

Pemimpin juga harus mampu mengundang humor dan tawa, terutama ketika memimpin rapat. Ia mampu belajar dari kesalahannya sendiri, menertawakan kebodohan-kebodohan yang pernah ia perbuat, dan mengajak orang untuk belajar dari pengalamannya. Seorang pemimpin juga adalah manusia yang, walaupun menjalani hidup yang sulit, tetap maju terus melangkah dengan pasti di dalam kehidupan.

Seorang pemimpin harus mampu bekerja untuk tujuan yang lebih tinggi, yang sejalan dengan visi dan misi organisasi yang ia pimpin. Ia hidup dan bekerja dengan visi yang jelas, serta tidak gampang tergoda dengan keuntungan jangka pendek, ataupun kesempatan yang tidak jujur untuk mendapatkan keuntungan singkat. Ia yakin, bahwa uang dan nama baik akan datang, jika ia dan organisasinya memberikan yang terbaik kepada masyarakat sesuai dengan visi dan misi organisasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun