Oleh. Purwalodra
Berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas kehidupan kita, memang tidaklah mudah, tapi juga tidak terlalu sulit. Karena kualitas hidup itu tidak bisa melulu ditentukan oleh tampilan luar yang gemerlap. Kualitas hidup bisa di mulai dari kesederhanaan jiwa, kesederhanaan pikiran dan kesederhanaan tindakan. Atau dalam bahasa Zen, kualitas hidup adalah perilaku alamiah kita sebagai manusia. Kualitas hidup yang bisa dikatakan baik adalah yang jauh dari perasaan cemas, gelisah, kuatir, apalagi perasaan takut. Perasaan-perasaan yang negatif inilah yang bisa menurunkan kadar kualitas hidup kita.
Perasaan-perasaan negatif tersebut akan membuat hidup kita kacau, tanpa tujuan. Perasaan-perasaan negatif itu bagai hantu yang mampu memberi rasa takut kita menjalani kehidupan sehari-hari. Kita menjadi kehilangan semangat hidup, dan bahkan frustasi, akibat dari perasaan-perasaan negatif yang terlanjur kita pelihara. Oleh karena itu, untuk memperbaiki carapandang kita terhadap kualitas hidup yang kita kehendaki, mungkin ada baiknya kita mengetahui lensa kacamata kehidupan apa yang kita gunakan untuk melihat isi dunia ini.
Melalui lensa kacamata kehidupan yang kita gunakan, tentu dapat memberi perpektif baru bahwa hidup ini tergantung dari apa yang kita pikirkan dan sikapi. Kita menyadari bahwa, hidup kita tak selamanya menyenangkan, atau juga tak selamanya menderitakan. Semua itu silih berganti. Namun, hidup menjadi berkualitas ketika kita memiliki nilai atau makna dari setiap peristiwa kehidupan yang kita alami. Dengan demikian, sebaiknya kita bisa menggunakan lensa kacamata kehidupan yang sesuai dengan diri kita, dan perspektif kehidupan yang kita miliki.
Memang, setiap orang cenderung untuk melihat dunia dengan menggunakan lensa kaca mata kehidupannya masing-masing. Dan kaca mata itu seringkali bersifat subyektif. Seringkali juga masalah yang kita hadapi sebenarnya tidaklah terlalu besar. Akan tetapi karena kita menggunakan kaca mata yang salah, maka suatu masalah tampak menjadi masalah yang besar. Jika kita mengganti lensa kaca mata yang kita gunakan, maka intensitas masalah pun juga akan berkurang.
Setiap orang juga memandang diri dan dunianya dengan menggunakan lensa kaca mata tertentu. Ada orang yang lenca kaca matanya adalah materi, yakni uang. Orang seperti ini melihat segala sesuatu dengan ukuran uang. Jika suatu tindakan menghasilkan uang, maka ia akan melakukannya. Sebaliknya jika suatu tindakan tidak menghasilkan uang, atau malah menguras uangnya, maka ia menolak untuk melakukannya.
Ada juga orang yang menggunakan lensa kaca mata harmoni. Dalam arti ini harmoni adalah hubungan kekeluargaan yang stabil. Orang ini akan berusaha melihat segala sesuatu dengan lensa kekeluargaan yang harmonis. Jika suatu tindakan dapat meningkatkan rasa kekeluargaan, maka ia akan melakukannya. Sebaliknya jika suatu perbuatan tidak mengembangkan rasa kekeluargaan, atau justru malah menghancurkan harmoni, maka ia enggan untuk melakukannya.
Beberapa orang memilih menggunakan lensa kaca mata spiritual. Sehingga, benar tidaknya suatu tindakan dilihat dari sejauh mana tindakan tersebut membawanya semakin dekat dengan Tuhan. Jika suatu tindakan akan meningkatkan cintanya kepada Tuhan, dan membuat ia mendapatkan pahala dari-Nya, maka ia akan melakukannya. Ia tidak akan melakukan perbuatan yang menjauhkan dirinya dari Tuhan, apalagi yang membuatnya semakin tidak pantas dihadapan-Nya.
Jadi, ternyata lensa kaca mata kehidupan yang kita gunakan untuk menjalani kehidupan ini sangat mempengaruhi cara pandang kita dalam memaknai kualitas hidup ini. Oleh karena itu, kualitas kehidupan kita sangatlah tergantung dari pilihan kita terhadap lensa kaca mata yang kita gunakan dalam melihat dunia !?. Wallahu A’lamu Bishshawwab.
Bekasi, 24 Juli 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H