Oleh. Purwalodra
[caption id="attachment_168339" align="alignleft" width="300" caption="Amunisi"][/caption]
Siang tadi, ketika saya berburu KTP ke wilayah perumahan Kranggran Permai, kecamatan Jatisampurna, bersama calon Walikota dari unsur non parpol, Bang Shalih, tiba-tiba seorang pengelola secure parking yang kita temui melontarkan sebuah kata A-M-U-N-I-S-I. Kata tersebut dihubungkan langsung dengan kegiatan sosialisasi calon walikota yang akan mereka lakukan berkaitan dengan upaya untuk mendapatkan KTP dari masyarakat.
Seperti biasanya, Bang SMS panggilan akrab dari H. Shalih Mangara S., SH, MH, menimpali kata tersebut dengan mengatakan, bahwa ia tidak membutuhkan ribuan KTP dari anda. Dan Ia (Bang SMS) tidak akan meminta apa-apa dari anda, tapi yang ia minta adalah kemauan anda untuk menjadi bagian dari 75 ribu keluarga SALAM di Kota Bekasi. Nah, kalo mereka bersedia, maka kumpulkan KTP anda dan keluarga, kemudian jadilah SIMPUL Independen yang mengkoordinir 75 orang warganya. SIMPUL inilah yang akan menjadi kekuatan calon perseorangan ato Independen. Dan Simpul ini juga merupakan kekuatan legislatif non parlemennya Independen.
Biasanya, orang yang tidak merasa dirinya tokoh, cepat sekali ia mengambil keputusan dan siap menjadi bagian dari 75 ribu keluarga SALAM. Namun, bagi mereka yang merasa dirinya tokoh, baik tokoh masyarakat maupun tokoh lembaga tertentu, tetap bersedia menjadi bagian dari 75 ribu keluarga SALAM, namun ada tambahan kata di belakangnya, sediakan AMUNISINYA !.
Dari kata Amunisi, ada dua pengertian yang terkandung di dalamnya, Pertama, amunisi adalah bahan pengisi senjata api (seperti mesiu, peluru). Dan kedua, Amunisi adalah  bahan (alat) peledak yg ditembakkan kepada musuh. Dari dua pengertian tersebut, nampaknya ada dua persepsi yang bisa terbaca. Pertama, Amunisi sebagai bahan peledak alias peluru. Kedua, Amunisi sebagai alat peledak. Apabila kata Amunisi digunakan dalam istilah politik, maka bisa jadi kata 'amunisi' yang digunakan oleh parpol akan berbeda sama sekali dengan kata 'amunisi' yang digunakan oleh independen ato non parpol.
Parpol menggunakan kata 'Amunisi' adalah 'uang.' Jadi amunisi sebuah parpol untuk bersaing dengan lawan-lawan politiknya adalah dengan 'uang' alias money. Maka wajar dong kalo parpol selalu melakukan 'money politics', karena money adalah amunisinya. Parpol tanpa uang, sama halnya dengan pistol tanpa peluru. Parpol tanpa uang, mesin perang tidak akan hidup. Kalo boleh kita analogikan begini, parpol ibarat pistolnya, sementara uang adalah pelurunya. Makanya, dalam hal ini berlaku pengertian pertama tentang 'amunisi' diatas, yakni 'amunisi' sebagai bahan peledak alias peluru.
Sementara, kata 'amunisi' bagi kekuatan independen ato non partai adalah pengertian kedua dari kata Amunisi diatas, yakni 'amunisi' sebagai alat peledak. Kata 'Amunisi' bagi kekuatan Independen ato non partai adalah manusianya itu sendiri. Jadi Amunisi bagi kekuatan independen adalah orang ato people, ato bisa juga dikatakan sebagai people power, bukan kekuatan uang alias money power.
Jadi jelas dan tegas bahwa amunisinya calon independen atau non partai adalah orang (people), sementara amunisinya parpol adalah uang (money). Gimana kalo begitu !!!.
Bekasi, 25 Maret 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H