Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemimpin Tanpa Kompas: Risiko Kepemimpinan Tanpa Keahlian dan Kebohongan Struktural !?

22 Agustus 2024   14:21 Diperbarui: 22 Agustus 2024   14:25 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dok. Purwalodra.

Kepemimpinan juga menuntut ketegasan dalam menjalankan keputusan. Ketika seorang pemimpin bersikap plin-plan, ia hanya akan menanamkan ketidakpastian di antara para pengikutnya. Tecumseh mengingatkan, "Ketidakpastian adalah musuh dari kemajuan. Beranilah dalam tindakan Anda."

Membangun tim yang solid dan harmonis merupakan refleksi dari karakter seorang pemimpin. Tim yang dipimpin dengan baik akan memancarkan keunggulan dan daya saing yang tinggi. Hernando Cortes menegaskan, "Keberhasilan bergantung pada persiapan sebelumnya, dan tanpa persiapan seperti itu, akan ada kegagalan."

Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menilai situasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi serta analisis mendalam. Intuisi yang matang sangat bermanfaat, tetapi keandalan data tidak dapat diabaikan. Benjamin Franklin pernah menasihati, "Jika Anda gagal merencanakan, Anda merencanakan untuk gagal."

Pada akhirnya, seorang pemimpin yang efektif adalah mereka yang mampu berdamai dengan dirinya sendiri dan lingkungan. Memahami prinsip hukum tarik-menarik menegaskan bahwa energi positif membawa hasil yang positif. William James menyampaikan, "Kehidupan kita digambarkan oleh pikiran kita." Seorang pemimpin yang percaya akan kebaikan akan menarik pencapaian yang sepadan.

Hukum tarik-menarik juga mengajarkan pentingnya ketulusan dan afirmasi positif dalam memengaruhi lingkungan. Nietzsche menuturkan, "Keinginan adalah akar dari tindakan." Ketulusan dalam setiap keinginan akan melahirkan keberhasilan yang selaras dengan upaya yang dilakukan. Pemimpin yang berfokus pada aspek positif akan menginspirasi timnya untuk melakukan hal yang sama.

Jadi, kepemimpinan tanpa kompas adalah jalan menuju keruntuhan. Penting bagi pemimpin zaman sekarang untuk mengasah kemampuan mereka dengan baik dan menegakkan integritas dalam setiap langkah. Hal ini akan menangkal kebohongan struktural dan menjamin keberhasilan yang berkelanjutan. Seperti yang dikatakan oleh Socrates, "Kehidupan yang tidak dikaji adalah kehidupan yang tidak layak dijalani." Seorang pemimpin harus berani mengkaji dirinya untuk dapat memimpin dengan bijak dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi orang lain. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan bijaksana dan hukum tarik-menarik, seorang pemimpin dapat mengarahkan organisasinya ke arah yang lebih cerah dan penuh makna. Wallahu A'lamu Bishshawwab. 

Bekasi, 22 Agustus 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun