Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Geliat Yayasan di Era Post-Truth?

18 Juli 2023   20:25 Diperbarui: 18 Juli 2023   23:28 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi.

Oleh. Purwalodra

Seperti biasa, setiap mengikuti kegiatan Coffee Morning, saya selalu membawa laptop, HP dan secakir kopi tanpa gula. Sambil mendengarkan arahan Pengurus yayasan, dimana saya berkesempatan 'beranak-cucu' di yayasan sini, saya selalu iseng-iseng menulis sesuai inspirasi yang saya dengar, yang saya lihat dan saya rasakan. Tidak lama kemudian, tulisan lepaspun terpublish, sebelum arahan pimpinan yayasan selesai. Dalam Coffee Morning pagi itu, muncul dua issue utama yang bisa saya tangkap, yakni: Pertama, tentang makanan sehat yang mampu memanjangkan usia, dan menjelma menjadi tulisan berjudul, "Makanan Sehat Itu, Spiritual ?!" 

Kedua, tentang perilaku organisasi di era Post-Truth. Nah, tulisan yang sedang anda baca ini, tentu akan bercerita tentang perilaku organisasi dan tetek-bengeknya. Jangan tanya tulisan ini ilmiah atau tidak, karena tulisan lepas ini tidak sepenuhnya berselimut kaidah-kaidah ilmiah, tapi yang pasti tulisan ini menggunakan gaya khas Purwalodra ?!. Wkwkwkwk ... !?    

Selama beberapa tahun terakhir, kita telah memasuki era yang sering disebut sebagai "post-truth era" di mana kebenaran tampaknya tidak lagi menjadi fokus utama atau acuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam mengembangkan sebuah yayasan. Tetapi, di tengah kemelut informasi dan ketidakpastian seperti ini, penting bagi yayasan untuk tetap teguh dan membangun langkah-langkah yang kokoh, apalagi yayasan tersebut sudah lama didirikan, dikenal luas dan mengelola core-bussiness yang jelas, serta sudah banyak berdinamika dengan berbagai kondisi dan situasi yang terus berkembang.

Di era post-truth, informasi yang salah dengan mudah bisa menyebar melalui berbagai platform media sosial dan saluran komunikasi yang cepat. Fakta dan data seringkali diperalihkan oleh narasi yang emosional, atau berdasarkan kepercayaan pribadi. Dalam situasi seperti ini, upaya membangun citra yayasan yang kuat dan tahan hujatan, menjadi semakin penting guna menjaga integritas dan keberlanjutan melaksanakan misi yang diemban.

Perlu kita ketahui, bahwa yang paling penting dalam membangun yayasan di era post-truth adalah prioritas pada keselarasan nilai dan transparansi. Organisasi Yayasan harus memiliki nilai-nilai yang jelas dan kuat, dan menegaskan komitmennya untuk mengikuti standar etika yang tinggi. Dengan memastikan bahwa nilai-nilai yayasan konsisten dengan misinya. Para pimpinan yayasan dapat membangun landasan yang stabil yang akan menjadi pedoman dalam menghadapi serangan-serangan informasi palsu ?!!

Selanjutnya, transparansi juga menjadi elemen kunci dalam membangun sebuah yayasan di era post-truth. Tentu, yayasan harus berkomitmen untuk menjaga visibilitas dan akuntabilitas yang tinggi terhadap keseluruhan proses organisasinya. Dengan menyediakan akses yang terbuka pada informasi dan kebijakan yayasan, maka yayasan dapat menunjukkan bahwa yayasan tersebut tidak menyimpan informasi yang patut untuk disembunyikan. Transparansi merupakan alat yang efektif untuk membangun kepercayaan masyarakat dan melepaskan diri dari informasi yang meragukan.

Selain itu, penting bagi yayasan untuk membangun hubungan yang kuat dengan media dan masyarakat. Dalam era post-truth ini, dimana hampir semua orang dapat memposting informasi di media sosial, sangat penting untuk dapat memfilter informasi yang diterima dengan bijak. Melalui kemitraan yang kuat dengan media yang dapat dipercaya dan berbagi berbagai informasi yang jelas, tepat, dan cepat, maka humas yayasan dapat meminimalkan risiko informasi palsu atau keliru, yang terlanjur menyebar.

Jadi kesimpulan sementaranya begini, bahwa yayasan harus melibatkan pemangku kepentingan dalam setiap tahap proses pengembangan perilaku organisasinya. Dengan membangun keterlibatan yang kuat dengan seluruh insan yayasan maupun stakeholders, yang terkena dampak langsung misi yayasan, termasuk komunitas yang dilayani, maka yayasan dapat memastikan, bahwa aspirasi dan kepentingan stakeholders dapat didengar, dan keterlibatan mereka dihargai. 

Ini tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kebutuhan dan kepentingan mereka, tetapi juga melibatkannya dalam penyebaran informasi yang akurat, tentang aktivitas yayasan dan tujuan-tujuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun