Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Uang Sebagai Sumber Penyesalan atau Keberkahan?

17 Juli 2023   21:37 Diperbarui: 17 Juli 2023   21:45 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh. Purwalodra.

Beberapa hari ini, ada perasaan yang masih memaksa saya untuk tidak bisa tidur nyenyak. Salah satu penyebab dari perasaan itu adalah penyesalan saya terhadap uang yang sudah saya belanjakan, namun seakan tak berdampak pada hasil atau output yang saya terima. Uang yang sudah saya keluarkan tidak sebanding dengan layanan atau barang yang saya dapatkan. Di titik ini, muncul perasaan menyesal.

Perasaan menyesal ini muncul, pada saat uang kita lihat sebagai tujuan. Karena, kita hidup dan kita bekerja hanyalah untuk memperoleh uang. Bahkan, kita menipu dan korupsi tidak lain hanya untuk mendapat uang, lebih banyak. Tak hanya itu, kita bahkan saling menyakiti dan membunuh untuk bisa memperoleh uang. Sehingga, uang pun menjadi sumber kemelekatan. 

Jika ada uang, kita merasa bahagia. Jika kehilangan uang, kita akan merasa menderita. Uang telah menjadi sumber dari segala sumber kebahagiaan bagi diri kita, karena uang seringkali menjadi ukuran dari harga diri seseorang.

Dengan uang, kita menjadi berharga di mata masyarakat, walaupun caranya memperoleh uang patut dipertanyakan. Tanpa uang, orang dianggap sebagai tak berguna dan tak bernilai. Herbert Marcuse, pemikir Jerman, juga menyatakan bahwa keberadaan seseorangn dilihat dari jumlah uang dan harta benda yang ia punya.

Sudah pasti pemahaman ini sangatlah berbahaya. Karena, tanpa campur tangan spiritualitas, uang yang kita miliki akan menjadi alat untuk menindas orang lain dan alam. Uang akan menjadi pemuas nafsu dan pencarian kenikmatan, yang menggiring seseorang pada kehampaan dan kehancuran hidupnya. Dalam arti ini, spiritualitas adalah perluasan identitas manusia dari sekedar diri pribadi menjadi seluas semesta.

Spiritualitas atas uang adalah konsep yang menyatukan kehidupan rohani dengan kondisi finansial seseorang. Spiritualitas atas uang melibatkan pemahaman bahwa uang bukanlah akar segala kejahatan, melainkan alat yang dapat digunakan untuk memperluas kehidupan manusia dan memberikan kesempatan untuk memperkuat kehidupan rohani seseorang. Konsep ini berfokus pada pentingnya memiliki hubungan yang seimbang antara uang dan penguasaan diri secara spiritual.

Banyak agama mengajarkan mengenai spiritualitas atas uang ini. Agama-agama ini mengakui pentingnya memperlakukan uang dengan bijaksana dan memiliki hubungan yang sehat dengannya. Uang juga dapat dilihat sebagai energi, dimana spiritualitas terhadap uang tersebut, melihat uang sebagai aliran energi di kehidupan kita. 

Ketika kita memperlakukan uang dengan baik, seperti memberikan sumbangan bagi yang membutuhkan atau menginvestasikan dengan bijaksana, kita memperkuat aliran energi positif. 

Namun, ketika kita mengejar uang tanpa pertimbangan moral atau menggunakannya dengan etika yang buruk, kita memblokir aliran energi positif itu sendiri. Ketika kita mampu melihat uang sebagai energi, yang dapat kita kendalikan, maka kita dapat mengembangkan spiritualitas terhadap uang.

Spiritualitas terhadap uang ini juga melibatkan pemahaman akan hubungan yang tak terpisahkan, antara kehidupan keuangan kita dengan bias moral dan etika kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun