Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bersyukur Sebagai Manifestasi Transformasi Kesadaran

14 Juli 2023   21:22 Diperbarui: 14 Juli 2023   21:36 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Purwalodra

Setelah saya mencoba memahami tentang Transformasi Kesadaran, yang ditulis oleh Reza A.A Wattimena, Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur, saya merasa ada pola yang berubah dari berfikir saya selama ini. Ia mengatakan bahwa kesadaran bukan hanya milik manusia. Ia tidak berada di otak. Kesadaran adalah sebuah pengalaman. Ia bisa juga disebut sebagai pengalaman sadar (conscious experience), atau pengalaman kehidupan (living experience) itu sendiri.

Lain halnya dengan, Sigmund Freud, seorang dokter saraf dan psikiatri (6 Mei 1856 -- 23 September 1939) adalah seorang Austria keturunan Yahudi. Freud adalah orang yang menggagas ide tentang teori kesadaran dan psikoanalisis. Ia mengemukakan bahwa kesadaran terdiri dari tiga tingkat yang berbeda, yaitu: kesadaran sadar, kesadaran prasadar, dan kesadaran tak sadar. 

Kesadaran sadar adalah bagian yang diketahui dan disadari secara langsung oleh individu. Hal ini termasuk pikiran, perasaan, serta pengalaman yang dapat diakses secara bebas dalam pikiran manusia.

Meskipun teori kesadaran Freud telah banyak dikritik dan diperdebatkan, namun konsepnya tetap relevan dan masih menjadi dasar dalam bidang psikologi modern. 

Teori Freud memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas pikiran manusia dan memperkenalkan metode psikoterapi yang menjadi dasar bagi banyak pendekatan terapi yang digunakan saat ini. Tentu saya tidak akan membicarakan kedua ahli kesadran diatas, saya hanya sedikit membahas, bagaimana kesadaran tersebut bertransformasi dan menyadarkan saya untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.

Kehidupan kita sehari-hari, selalu diwarnai dengan berbagai momen-momen kecil, di mana kita seharusnya dapat bersyukur kepada Allah. Seperti misalnya, kita terlalu sering fokus pada apa yang belum kita miliki, atau hal-hal yang tidak berjalan sesuai dengan harapan dan kepentingan kita. Namun, jika kita lebih peka dan mau menyadari, maka kita akan melihat betapa banyaknya hikmah yang tersembunyi, dari kejadian atau peristiwa yang kita alami tersebut.

Bersyukur kepada Allah adalah suatu sikap yang sangat penting dalam hidup. Saat kita bersyukur, kita menyadari dan menghargai segala keberkahan dan keberlimpahan karunia, yang Allah berikan kepada kita. Dengan bersyukur, kita mengubah perspektif kita, dari fokus pada kekurangan, menjadi fokus pada kebaikan dan keberlimpahan yang telah kita terima selama ini.

Betapa banyaknya hal-hal yang sering kita anggap sepele, padahal seharusnya kita bersyukur atasnya. Hal-hal seperti bangun tidur setiap pagi dengan sehat dan segar, memiliki keluarga yang peduli dan mencintai kita, atau makanan yang selalu ada di meja makan kita setiap hari. Bahkan, kemampuan kita bernafas pun harusnya menjadi sumber rasa syukur kita kepada Allah SWT.

Lebih jauh lagi, kita juga harus bersyukur atas masalah yang datang dan pergi dalam kehidupan kita. Meskipun pada awalnya terasa berat dan menyakitkan, masalah atau persoalan, yang tentu disebabkan oleh dari diri kita sendiri itu, dapat menjadi pelajaran berharga dan kesempatan untuk bertumbuh. Kita bisa belajar menjadi lebih sabar, lebih kuat, dan lebih tawakkal kepada-Nya.

Bersyukur juga membuat kita menghargai kehidupan ini dengan lebih penuh emphati. Kita menyadari bahwa hidup ini hanyalah sekali, dan setiap momen yang kita jalani adalah anugerah yang tidak terhingga nilainya dari Allah SWT. Kita belajar untuk tidak menunda-nunda waktu, melainkan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, untuk berbuat kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun