Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (First)
Wira D. Purwalodra (First) Mohon Tunggu... Penulis - Let us reset our life to move towards great shifting, beyond all dusruption.

Saatnya menyibak RAHASIA kehidupan semesta yang Maha Sempurna ini, dengan terus menebar kebajikan untuk sesama dan terus membuat drama kehidupan dan bercerita tentang pikiran kita yang selalu lapar, dahaga dan miskin pengetahuan ini. Sekarang aku paham bahwa kita tidak perlu mencapai kesempurnaan untuk berbicara tentang kesempurnaan, tidak perlu mencapai keunggulan untuk berbicara tentang keunggulan, dan tidak perlu mencapai tingkat evolusi tertinggi untuk berbicara tentang tingkat evolusi tertinggi. Karena PENGETAHUAN mendahului PENGALAMAN.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kekasihku adalah Waktu

10 Desember 2014   18:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:36 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1418184928958103073

Oleh. Purwalodra

[caption id="attachment_340509" align="aligncenter" width="625" caption="Foto koleksi pribadi"][/caption]

Hari ini usiaku genap empat puluh delapan tahun, secara numerologi antara angka 4 dan angka 8 memiliki makna kelipatan. Kelipatan suatu bilangan adalah hasil perkalian bilangan itu dengan bilangan asli. Jadi, angka delapan adalah kelipatan dua dikalikan empat, atau sebaliknya. Sebenarnya, angka-angka ini hanya berarti buat saya sendiri, bukan untuk orang lain, dan jangan dibuat serius he .. he .. he ... Namun hidup, bagiku, adalah perjalanan apapun yang bisa kumaknai.

Satu lagi numerologi yang bisa kutafsirkan dari angka 48, yaitu : bahwa Surat ke-4 dalam Al-Qur'an adalah Surat An-Nisa. An-Nisa sendiri bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai arti wanita atau para wanita. Sementara, surat ke-8 dalam Al-Qur'an adalah Surat Al-Anfal. Al- Anfal sendiri bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai arti rampasan perang atau bisa juga diartikan harta rampasan perang. Selanjutnya, surat ke- 48 dalam Al-Qur'an adalah Surat Al-Fath. Al-Fath sendiri bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai arti kemenangan. Jadi, arti dari ke tiga surat tersebut bila dirangkai akan menjadi, 'para wanita yang memperoleh harta dari sebuah kemenangan.' He .. he .. he .. makna ini mungkin buat yang dirinya wanita. Nah, kalo yang laki-laki mungkin begini artinya, 'karena memperoleh kemenangan, maka harta rampasan perangnya adalah para wanita ???.'

Kelakar diatas tentu cuma akal-akalanku saja, jangan diambil hati, apalagi diambil pusingnya aja, trus dipersepsi sebagai penyebar aliran sesat ato sesa'at.  Tentu, tulisan yang ingin kusampaikan ini, tidak lain dan tidak bukan, adalah bagaimana aku mampu 'jatuh cinta' dengan waktu, ato yang lebih sederhana lagi aku ingin 'berkasih-sayang dan menyatu' dengan waktu, agar ia tak lagi tampak mengerikan bagiku. Karena selama ini, sebagian besar kita mempersepsikan waktu sebagai makhluk yang begitu mengerikan, sehingga banyak orang dibikin 'kalang-kabut' alias depresi dan stress oleh sang waktu. Waktu seakan-akan menjadi mesin pembunuh massal bagi yang mengenalnya maupun tidak. Sehingga, hari ketika siapapun ato apapun, berulang-tahun alias milad tiba, maka momok sang pencabut nyawa (baca, waktu) selalu menghantui kita semua. Padahal, takdir usia kita tak pernah bersentuhan dengan waktu. Kapanpun dan dimanapun kontrak usia kita bisa saja selesai, tanpa perlu didampingi sang waktu.

Dalam Islam waktu adalah suatu hal yang penting, karena dalam surat Al 'Ashr ayat 1-3 Allah Swt berfirman "Demi Masa (Waktu)..." yang menunjukkan betapa berharga dan pentingnya sang waktu tersebut. Selain itu dalam hadits Nabi SAW. berpesan agar kita manfaatkan 5 masa/waktu : "Masa muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, luang sebelum sibuk, hidup sebelum mati" (HR.Al-Baihaqi)

Selanjutnya, masih banyak orang yang hidupnya dikejar oleh waktu. Mereka membuat rencana yang detil pada hidupnya. Pada usia tertentu, misalnya, mereka sudah harus selesai kuliah. Pada usia yang lainnya, mereka sudah harus punya pacar, dan sebagainya. Ketika rencana tidak sejalan dengan kenyataan, mereka lalu kecewa. Mereka mulai membandingkan keadaan yang mereka alami dan keadaan yang mereka rencanakan. Dari perbandingan lalu muncul kesedihan. Kesedihan menjadi akar dari depresi, stress dan berbagai penderitaan batin lainnya.

Hal ini khususnya dialami oleh banyak perempuan. Mereka membuat rencana yang detil dalam hidupya. Pada usia tertentu, mereka merasa harus sudah punya pasangan. Dan beberapa tahun berikutnya, mereka berencana untuk segera menikah. Setelah menikah, mereka juga segera langsung berencana punya anak. Semua sudah terpeta dan terencana. Namun, sayangnya, hidup selalu berkelit dari rencana. Ketika rencana dan kenyataan tak berjalan seiring, kekecewaan dan kesedihan pun datang melanda.

Semua rencana ini biasanya lahir dari tuntutan sosial yang dibentur-benturkan kepada sang waktu. Orang tua dan masyarakat sekitar menginginkan kita untuk hidup sesuai dengan nilai dan pola yang telah mereka buat. Kita pun kemudian melihat nilai dan pola itu sebagai bagian dari diri dan identitas kita sebagai manusia. Ketika hidup kita tidak sejalan dengan nilai dan pola yang ditetapkan masyarakat, kita lalu dianggap sebagai orang yang aneh, bahkan kriminal.

Filsuf di awal abad pertengahan Eropa, yakni Agustinus, telah melihat perbedaan antara dua macam waktu, yakni waktu subyektif dan waktu obyektif. Waktu subyektif adalah waktu yang kita rasakan di dalam batin kita. Sementara, waktu obyektif adalah waktu sebagai mana tertera di dalam jam dan kalender. Ia adalah hari, jam dan tanggal yang digunakan sebagai panduan oleh banyak orang di dalam hidupya.

Waktu subyektif dan waktu obyektif berjalan dengan logika yang berbeda. Satu jam terkena macet di Bekasi dan satu jam bersama kekasih tercinta memiliki rasa yang amat berbeda. Secara obyektif, keduanya sama, yakni satu jam. Namun, secara subyektif, keduanya amatlah berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun