Mari kita mulai. Siapa yang tidak pernah bingung. Setiap manusia yang (Pernah) hidup pasti pernah merasakan sesuatu yang bernama bingung. Hal wajar yang pasti pernah dialami oleh siapa saja. Tua muda, kaya miskin, kurus gemuk, anak anak dewasa. Semua pernah merasakannya. Bingungnya pun punya penyebab yang bermacam - macam. Mulai dari bingung memilih tempat belajar, bingung memilih makanan, bingung memilih teman, bingung memilih pasangan, bingung memilih pekerjaan, sampai bingung mau tidur dimana (kalau yang terakhir ini sepertinya baru di usir dari rumah. Hehehe). Bingung pun ada kelas - kelasnya. Ada kelas amatir, kelas sedang bahkan kelas berat (Udah kayak pertandingan tinju aja.. Hehe) Berikut Pengelompokannya: 1. Bingung Kelas Amatir Segmen ini biasanya ditujukan untuk kalangan balita dan anak anak. Masalah yang dibingungkan pun masih sangat sepele. Misalnya bingung memilih makanan (Jajanan), bingung ketika bangun tidur dan ibuny gak ada disampingnya, serta kebingungan yang lainnya. Kondisi kebingungan yang sangat mendasar dan paling gampang untuk dicarikan solusinya. 2. Bingung Kelas Sedang Segmen yang ini untuk para remaja. Bahasa kerennya "GALAU". Menyibukkan diri sendiri. Bahkan bingungnya SENGAJA DICIPTAKAN TAPI SUSAH DIMUSNAHKAN (Mirip seperti bunyi Hukum Kekekalan Energi). Bingungnya pun musiman. DATANG TAK DIUNDANG, PULANG MINTA DIONGKOSIN (Jelangkung Kalee. Hehe) Misalnya, bingung milih gaya rambut dan pakaian, bingung dengan status facebook atau tweet teman yang melenceng dari tren pembicaraan yang sedang panas dibahas (Baca: Gosip), bingung memilih kegiatan, sampai bingung dalam memilih jawaban soal ujian yang paling benar (sangkin banyaknya jawaban yang hilir mudik di depan mata). 3. Bingung Kelas Berat Yang satu ini terkhusus untuk kalangan atas (Maksudnya untuk orang yang umurnya sudah diatas / orang dewasa). Bingungnya pun lumayan ELEGAN. Tak kelihatan namun bisa dirasakan (Seperti "MAAF" Kentut. Tak terlihat namun bisa dirasakan kehadirannya.. Heheh). Misalnya bingung menentukan pasangan hidup, bingung dengan keputusan sepihak bos di kantor, bingung dengan diri sendiri (Nah. ini yang seru. Bingung kenapa dia bisa bingung) Dari hal tersebut di atas, bisa disimpulkan bahwa bingung seakan sudah menjadi tradisi dan kebutuhan masyarakat zaman sekarang. "Tidak Ada Bingung, Tidak Baik" (Iklan Larutan Penyegar Cap Bingung.. Eh Salah, Cap Badak) "Lebih Bingung, Lebih Baik" (Slogan HM Yusuf Kalla) "Sekarang, Zamannya suka Bingung" (Iklan Sozzis nya Wagup Jawa Barat) Sampai - sampai menginspirasi Partai Demokrat untuk mengeluarkan Jargon "Katakan Tidak Pada Bingung" Bingung pun sekarang bukan hanya menyerang masyarakat biasa. Elit partai, pengusaha, ibu rumah tangga, pejabat publik bahkan presiden pun ikut bingung. BINGUNG BERJAMAAH. Lantas dimana akar permasalahannya??? Ketidakmaksimalan seseorang ketika berencana, akan memperbesar peluang munculnya kebingungan dalam bertindak. Seperti kita ketahui bahwa perencanaan adalah awal langkah bagi kita sebelum bertindak. Rencana yang matang akan membuahkan kepercayaan diri kita ketika bertindak. Faktor besar ini tidak bisa kita anggap sepele. Banyak orang yang punya segudang mimpi besar tetapi cenderung bingung ketika harus menentukan prioritas mana yang harus didahulukan. Oleh sebab itu, perlu persiapan yang matang untuk tiap tindakan yang kita ambil. Jangan sampai kita terjebak dengan keinginan kita sendiri dan akhirnya gagal dengan tindakan yang kita ambil tersebut. Selanjutnya dalam hal mengambil keputusan. Banyak dari kita yang sudah matang dalam berencana namun gagal saat bertindak. Banyak X-FACTOR nya. Dari ketidakyakinan dengan rencana yang sudah dibuat, tidak maksimal dalam merealisasikan rencana tersebut, tidak percaya dengan kemampuan sendiri dan yang paling parahnya terpengaruh dengan orang lain. Yang terakhir adalah ketidakberanian kita dalam menghadapi resiko dari tindakan yang kita ambil. Setiap rencana dan pelaksanaan pasti memiliki resiko. Dari resiko yang jelek sampai resiko yang GANTENG sekalipun (Tolong... jangan terus menatap ke arah saya.. hehe). Resiko bukan untuk dihindari. Namun untuk dihadapi. Tentunya dengan strategi yang tepat. Karena bisa jadi, keberhasilan yang kita impikan justru ada dibalik resiko yang ingin kita hindari. Intinya, jangan sampai ketidakyakinan kita mendominasi kebingungan dalam diri kita. Untuk itu, sebelum rasa bingung menghampiri kita maka ada baiknya jika kita menghindarkan diri dari hal - hal yang dapat memupuk kebingungan kita. Solusinya ada pada diri kita. Kemampuan untuk fokus pada apa yang kita rencanakan dan yang akan kita ambil, akan meminimalisir faktor kegagalan yang diakibatkan oleh rasa bingung yang kita ciptakan sendiri. @Maaf jika banyak terdapat kata - kata yang tidak baku. Itu semua memang disengaja tanpa ada maksud untuk memperbaikinya... Hehe... #Kalau ada sumur diladang Bolehlah kita menumpang mandi Kalau ada umur yang panjang Bolehlah kita menumpang mandi lagi... lagi... dan lagi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H