Mohon tunggu...
Andi Sumangelipu
Andi Sumangelipu Mohon Tunggu... lainnya -

Penulis buku "agama kopi", sesekali menulis opini untuk media dan masih terus belajar untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kefitrahan Iedul Adha Sebagai Ajaran Agama Hanif

1 November 2012   06:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:07 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iedul Adha atau qurbaan, sebagaimana Iedul Fitri dikenal selalu mengikuti ibadah-ibadah ritual besar atau ritual panjang yang dijalankan oleh ummat Muslim di dunia.Iedul Fitri sendiri dilakukan setelah melakukan ibadah puasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan yang dirangkaian dengan membayar zakat fitrah, sedangkanIedul Adha dilakukan setelah memuncaknya penunaian ibadah Haji (wukuf) di padang Arafah yang dirangkaikan dengan penyembelihan hewan qurban (udhiyah).Ini merupakan salah satu bentuk kesyukuran atas berhasilnya seorang hamba melewati kedua ibadah besar tersebut.

Dalam bahasa Arab, kata adha berasal dari kata adhaa-yudhii-udhiyatan yang berarti ‘berkorban’. Iedul Adha kadang juga disebut sebagai Iedul Qurban, yang berasal dari kata qaruba-yaqrabu-qurbaanan yang berarti ‘mendekat dengan sangat’. Kedua istilah ini memang memiliki arti yang berbeda, namun sama secara substansial.

Berkurban merupakan ritual yang purba sebagai bentuk ritual pembuktian kedekatan hamba pada Tuhannya yang juga pernah diajarkan Adam as pada anak-anaknya (Habil dan Qabil) dalam menyelesaikan sengketa di antara keduanya dengan mempersembahkan sajian kurban (sesajen) di atas bukit (QS. Al Maidah, 27). Ritualsesaji ini kemudian secara turun temurun menjadi sebuah tradisi ritual primitif oleh umat manusia dari berbagai penganut kepercayaan dan keyakinan.

Iedul adha adalah perayaan yang jatuh pada tanggal 10 zulhijjah dengan penyembelihan hewan qurban di waktu dhuha sebagai bentuk kedekatan pada Sang Pencipta memiliki makna simbolis yang lahir dari ujian kesabaran dan keikhlasan Nabi Ibrahim as atas perintah Allah untuk menyembelih anaknya Ismail as yang kemudian diganti oleh Allah dengan seekor kambing.

Keikhlasan Nabi Ibrahim as yang mendapat mandat sebagai penyembelih dan keikhlasan Nabi Ismail as sebagai qurban, tidak serta merta memuluskan pelaksanaan ritual tersebut, namun keduanya tetap mendapatkan godaan syaitan guna mengurungkan niatnya dengan memanfaatkan sentuhan manusiawi yang cinta pada anaknya. Terlepas dari penampakan syaitan yang lahiriah ataukah batiniah, namun Nabi Ibrahim as secara pasti melemparkan batu secara lahiriah di tiga waktu datangnya godaan syetan tersebut yang kemudian momen ini diabadikan dalam ritual ibadah haji sebagai jumrah ula, wustha dan aqabah (qubraa) pada tanggal 11,12,13 zulhijjah yang mengisyaratkan pengusiran godaan syetan yang ada dalam diri manusia itu sendiri.

Iedul Qurban kemudian menjadi sebuah momentum selebrasi atas selesainya prosesi inti (puncak) ibadah haji saat wukuf di Arafah yang dilaksanakan pada tanggal 9 zulhijjah sejak matahari tergelincir sampai terbit fajar pada hari nahar (hari penyembelihan kurban) pada tanggal 10 zulhijjah.

Penyembelihan hewan qurban kemudian menjadi panutan umat Muslim sebagai salah satu rangkaian napak tilas perjalanan spiritual Nabi Ibrahim as dalam ibadah haji yang merupakan suatu bentuk ibadah penyembelihan atas sifat-sifat kebinatangan manusia serta penyembelihan kencintaannya pada hal duniawi guna kembali fitrah.

Awal kefitrahan manusia sebagai manusia suci saat berada dalam rahim seorang ibu, manusia melakukan syahadat dan persaksian akan ketauhidan (keesaaan) Allah sebelum dilahirkan. Pencemaran kefitrahannya setelah lahir kemudian secara kodrati cenderung berusaha mencari jalan untuk kembali pada kefitrahannya (ied). Baik Iedul adha maupuniedul fitri keduanya menjadi tariqah manusia untuk menemukan kembali jatidirinya sebagai manusia suci dan fitrah.

Ajaran agama Hanif yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as sebagai agama yang lurus juga adalah sebuah fitrah Allah atas seluruh manusia untuk mengikutinya (QS. Ar Ruum, 30).

Agama Hanif inilah kemudian menjadi pijakan awal syariat agama Islam yang diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad saw untuk diikuti (QS. An Nahl, 123 dan 120).

Indikasi dari ajaran Islam yang mengikuti agama Hanif ini dapat dijumpai dalam beberapa ritual ibadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun