Mohon tunggu...
Moh. Isa Ansori Rahayaan
Moh. Isa Ansori Rahayaan Mohon Tunggu... Konsultan - Ansori Rahayaan

Life Is Learning

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Miftah dan Etika Dakwah

9 Desember 2024   15:10 Diperbarui: 9 Desember 2024   15:10 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moh. Isa Ansori Rahayaan 

Video ceramah Miftah beberapa waktu lalu sontak menjadi viral seketika dan menuai beragam kecaman atas perkataannya yang tidak etis terhadap seorang penjual es teh ditengah-tengah ratusan jamaah yang sedang mengikuti tabligh akbar.

Publik pun menaruh kekecewaan yang begitu mendalam terhadap Miftah yang notabene merupakan utusan khusus presiden sekaligus penceramah yang telah menghina masyarakat kecil yang sedang berjuang mempertahankan hidupnya dengan berjualan es teh.

Banyak yang kemudian menuntut agar Miftah dicopot dari jabatannya selaku utusan khusus presiden, karena desakan yang begitu kuat dari masyarakat kepada presiden Prabowo Subianto maka Miftah kemudian menyatakan pengunduran dirinya.

Miftah seolah telah kehilangan akal sehatnya dan tidak menyadari bahwa dirinya adalah seorang pimpinan pondok pesantren dan juga pendakwah yang dituntut bisa memberikan contoh dan teladan kepada masyarakat atas setiap ucapan yang keluar dari mulutnya.

Hanya saja yang terjadi justru sebaliknya ia sering menyampaikan dakwah kepada masyarakat dengan menggunakan kata-kata maupun diksi yang tidak pantas disampaikan oleh seorang mubaligh atau penceramah.

Bagaimana bisa seorang yang mengklaim dirinya sebagai Gus atau Kiyai tetapi tidak mampu menjaga lisannya dari perkataan-perkataan kotor yang bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan agama.

Sosok penceramah semacam Miftah sesungguhnya tidak memberikan pencerahan kepada umat tetapi lebih kepada menunggangi agama untuk kepentingan pribadi, pesan-pesan agama yang disampaikan pun sebagian besar mengandung penghinaan dan berpotensi memicu perpecahan antar sesama.

Melabeli dirinya sebagai seorang Gus hanya untuk mengelabuhi umat bahwa dia adalah keturunan kiyai dan lahir dari keluarga yang punya tradisi keagamaan yang kuat, padahal sesungguhnya bilah ditelisik lebih dalam maka Miftah bukanlah keturunan kiyai dan berangkat dari pendidikan agama yang pas-pasan.

Karena itu kasus Miftah harus memberikan pelajaran kepada kita bahwa tidak setiap orang yang melabeli dirinya dengan sebutan Gus betul-betul memahami agama secara mendalam sebagaimana ulama-ulama terdahulu yang kaya akan pengetahuan islam.

Seorang ulama atau kyai harus bisa memberikan contoh melalui ucapan dan perbuatan karena itulah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan dakwah yakni dengan cara-cara yang lembut dan santun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun