Idul Fitri datang, Ramadan usai. Banyak keutamaan, pelajaran, nilai-nilai religi yang sangat penting, bahkan keistimewaan, yang kita dapat dalam bulan Ramadan. Lalu, haruskah semua berlalu begitu saja? Haruskan semua selesai ketika Ramadan usai? Harusnya tidak. Banyak hal yang harus kita pertahankan, agar kita dapat merasakan nikmat Ramadan dalam kehidupan kita di hari-hari berikutnya.
Pertama, mengambil sedikit yang mampu, lalu kita kerjakan secara istikomah. Salat berjamaah, sedekah, salat sunnah, qiyamul lail, tadarus al Quran, semua bisa kita laksanakan juga di bulan selain Ramadan. Amal saleh itu sangat bagus dan berdampak luar biasa andai saja bisa kita lakukan secara istikomah. Sedikit yang istikomah itu, lebih baik dari pada banyak tetapi justru tidak membekas.
Beramal secara konsisten, beramal secara istikomah, sehingga menjadi kebiasaan kita, akan membawa pengaruh yang luar biasa pada diri kita. Ada sebuah kaidah yang mengatakan :Â "Sedikit namun membekas, itu lebih baik daripada banyak namun hilang semua."
Oleh karena itu, seandainya ada sedikit saja yang dapat kita ambil dari amaliah Ramadhan kita kemarin, namun kita pastikan membekas dalam diri, kemudian kita lanjutkan dan kita lakukan dengan istikomah, insya Allah akan menghasilkan cinta dan kasih sayang Allah Swt yang begitu Istimewa bagi seorang hamba, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
Yang artinya, "Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang dirutinkan/dilanggengkan, meskipun hanya sedikit jumlahnya." (HR Al-Baihaqi).
Dalam Surah al Ahqaf, ayat 13 Allah Swt berfirman:
Yang artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita (QS Al Alhqaf:13)
Kedua, memahami dan mengambil nilai-nilai utama yang diajarkan Ramadan. Puasa mengajarkan pada kita, untuk disiplin dan jujur dalam bersikap. Orang yang berpuasa, meskipun ia dalam keadaan sendiri, di tempat yang sepi, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, meskipun seandainya ia makan dan minum pastilah tidak ada orang yang tahu, meskipun tanpa pengawasan dari siapa pun, ia akan tetap konsisten untuk menahan dirinya dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa.
Karena ia tahu, bahwa apapun yang dilakukannya, tidak akan lepas dari pengetahuan Allah Swt. Allah Swt berfirman:
Artinya : "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS Al An'am: 59)"