Hai, apa kabar?
Aku kembali lagi kesini untuk numpang nyecer beberapa hal yang menuh – menuhin kepalaku.
Sebelumnya aku ingin bertanya apa sih yang ada dipikiran kalian mengenai kata “korban”?.
Aku bisa sebut diriku korban.
Aku akui aku ini bukan perempuan baik – baik. Tapi aku ingin melakukan yang terbaik yang bisa aku lakukan di setiap kesempatan. Termasuk dalam hal relationship (love). Ketika mencintai seseorang, aku mencintainya dengan totalitas. Sampai aku tidak mampu menolak apa yang diminta. Ya itu bodoh. Sangat bodoh. Kenapa aku begitu bodoh??? Okay kita kembali pada masa sebelum bertemu dengan si B.
Waktu itu aku masih duduk di kelas 2 SMA. Sifat lugu, terlalu alim, keluarga tidak harmonis, ortu sedang proses cerai, tak punya kawan berbagi yang memberi sudut pandang lain, kurang perhatian orang tua. Dibesarkan oleh seorang ibu yang otoriter dan ayah yang tidak tegas. Suasana rumah yang tidak harmonis karena pertengkaran ortu dan kondisi ekonomi yang tidak begitu baik. Aku tumbuh menjadi seorang remaja putri yang sedang mencari jati diri. Aku begitu lemah dengan karakterku yang tidak enakan dengan orang lain. Aku tidak bisa menolak permintaan orang lain. Aku sulit untuk mengatakan tidak pada hal yang berlawanan dengan diriku, dan tidak bisa mengambil keputusan tanpa persetujuan orang yang aku anggap "lebih" dari diriku. Yaa karakter itu bisa dikatakan efek dari didikan ortu yang otoriter. Pokoknya kalau nggak sama dengan yang dimaksud, itu salah dan aku berhak mendapat punishment. Setiap hari yang aku rasakan hanya "aku selalu salah. apa yang harus aku lakukan?" Aku juga tidak merasa aman oleh orang tuaku sendiri. Aku tidak merasa memiliki kelebihan atas pretasi yang selama ini aku ukir untuk menyenangkan kedua orang tuaku. Tapi kenapa yang aku dapatkan dari mereka berdua itu selalu “sisa” dari 2 saudara kandungku? Padahal aku lebih bisa membuat mereka bangga dengan pretasi akademik dan non akademik yang aku punya dibanding 2 saudaraku. Sampai sekarang pertanyaan itu tidak hilang dari otakku.
Pada masa inilah aku mendapatkan perhatian dari teman sebaya. aku merasa lebih menyukai berada di luar rumah bersama dengan teman - teman. dari teman aku bisa berkenalan dengan seorang laki-laki hingga kami berpacaran. dengan segala keluguan yang aku punya, awalnya aku merasa sangat senang karena ada teman yang menemani ketika orang tua tidak di rumah. ada teman ngobrol ketika sedang kesepian, sampai - sampai karakter asli keluar dan rupanya dia musang berbulu domba. hahaha.
musibah menimpa atau memang kebodohan? ya memang aku bodoh waktu itu. seperti tidak ada kekuatan untuk berkata tidak. untuk berani melawan. aku menjadi "korban" kelaki-lakiannya. setelah pemerkosaan itu terjadi, aku hanya bisa menjadi makhluk autis. mau berbagi pada siapa? aku malu. orang - orang taunya aku ini orang alim. mau minta tolong pada siapa? orang tua yang seharusnya melindungi, membibing malah sibuk sendiri dengan perceraian. mau cerita sama saudara takut diusir. hmmmm merasa jauh dengan manusia dan jijik sama diri sendiri. mau putus sama orang itu (si A) tapi kok aku sudah jadi bulanannya dia ya? siapa yang mau terima barang rusak? ya kan? mati aja kalik ya... kenapa kondisi ini begitu sulit? mau minta tolong siapa? itu benar-benar sering terlintas di pikiran. masih kebeneran kalau dia itu romantis, setia. tapi sialnya dia itu kasar. kalau marah main fisik. mau putus tapi takut. tidak putus kok aku lama - lama jadi tambah asing sama diri sendiri.
sampai akhirnya suatu hari aku sudah tidak bisa tahan dengan segala sikapnya. aku putus dengan resiko yang aku ambil. " Find someone who can understand and can accept me or i will life alone ".sudah gitu masih harus ganti rugi katanya untuk semua biaya yang kita keluarkan selama pacaran. oh walah harusnya aku yang menuntut!okelah harus bayar dia supaya bisa lepas. setuju.
Akhirnya musim berganti. kekecewaan dan penyesalan itu klimaksnya sudah berlalu. tapi galaunya masih berlanjut. sampai tiba masa kelulusan. aku benar - benar tak ada semangat untuk melanjutkan sekolah. untuk apa? toh sudah bisa aku prediksi aku ini bakal jadi apa. itu pikiranku dulu. blas nggak ada gambaran bisa meneruskan sampai masuk perguruan tinggi dan mulai meniti karir di bidang sosial. ya Tuhaaan.... betapa butanya aku waktu itu.
dalam kondisi yang galau setengah mati, aku bertemu dengan si B. seseorang yang aku anggap seperti malaikat. menyelamatkan aku dari kegalauan kronis dan ngasih support sampai aku ambil jam untuk tutor sebaya dengan teman sekelasku. akhirnya aku lulus. satu beban sudah selesai. nah, cerita melankolis terjadi lagi. dia yang tahu aku "cacat" bukannya menjagaku malah ikut nimbrung. aku seperti orang tersihir. setiap kalimatnya tak bisa kubantah (dia memang ahlinya mempengaruhi orang dan membangun kepercayaan). terlibat lagi dalam kisah cinta jahiliyah. di satu sisi aku merasa lengkap dengan adanya dia tapi di sisi lain aku merasa hilang identitias. aku seperti diasingkan dari teman- temanku. tidak ikut kegiatan apa-apa, tapi hanya ditemani dengan pesan dan kegiatan rutin dengannya. tapi ada satu kemajuan yang aku rasa. aku sudah berani mengungkapkan apa yang ada di pikiranku. aku berani mengajukan pendapatku dihadapan orang lain. khususnya orang ini si B yang dikenal punya kemampuan analisis yang ga bisa diterima orang awam (lebaaaay... tapi memang begitu nyatanya). dia itu pandai sekali untuk membangun situasi. aku seperti dibentuk. karakterku jadi berbeda. benar - benar mataku silau dengan keliahaian dia merubah karakter orang lain. Satu setengah tahun aku merasa keanehan selama kami jalan. hubungan kami seperti disembunyikan. hanya beberapa orang yang tahu. sering putus nyambung. 3 bulan pertama yang dia lakukan adalah membangun image "malaikat". bulan ke - 4 mulai dia membangun situasi bahwa aku harus bisa mandiri. apa - apa sendiri. sampai diajarkan kalau harus egois. tidak usah berteman yang tidak perlu. tidak ikut kegiatan - kegiatan kampus. tidak ikut kegiatan dengan teman main. hanya time wasting katanya. Kalau aku melanggar itu hanya akan jadi pertengkaran hebat diantara kami yaa jadilah saya makhluk asing bagi dunia saya sendiri. bulan ke - 5 dia menguji dengan sengaja membuat cemburu. dia melarangku berkomunikasi dengan lawan jenis. tapi dia sendiri sengaja menggoda perempuan lain. dan peraturannya ialah aku tidak boleh marah dan cemburu. dia buat peraturan - peraturan tapi dia langgar sendiri. hmmm emosiku mulai dimainkan. bulan ke-6 dia mulai aneh. suka sibuk dengan teman- temannya, tidak mempedulikan aku. sedangkan penjara itu maish aku rasakan. oh oh yang lebih ekstrim aku sampai disuruh berhenti dari job yang waktu itu ngasih pendapatan yang lumayan buatku. aku mencoba untuk mengomunikasikan ini semua dengannya tapi dia merasa tidak senang dengan pembicaraan kami. lalu aku suruh bagaimana? kondisi seperti itu aku rasakan sampai pada puncak 1,5 tahun kami jalan.
sudah memuncak emosi yang kurasa. sampai detik - detik kami berpisah. lagi - lagi dia dengan kepiawaiannya membangun situasi. dia buat fakta kalau - kalau aku yang meninggalkannya. aku yang bersalah. aku tau dia sudah lama ingin tinggalkan aku. tapi kekuatanku untuk bertahan membuatnya berat untuk pergi. kalau tidak mencintaiku kenapa harus bersandiwara sih? alih - alih mencintaiku tidak untuk membelai pipiku, tapi untuk mengisi otakku. sudah jatuh tertimpa tangga rasanya.
hubungan selesai karena dia memilih orang yang dia temui di komunitas cyber. dia buat cerita palsu kalau - kalau perempuan itu paham aku adalah kekasih si B. dan semua menghargai itu. ternyata, pengakuan si B 180 derajat berbeda. seorang malaikat yang aku kenal 1,5 tahun itu sudah menambah kecacatanku dan mengakhiri dengan kalimat "aku tidak ingin peduli dengan tuntutanmu". dan dia pergi dengan perempuan itu. sudah berusaha untuk mempertahankan. tapi yang dipertahankan tidak mau. ya sudah. tinggallah aku dengan kecacatan baru. mental dan emosi sudah diobrak - abrik.
Belum lagi ada setengah tahun berpisah, aku difitnah. ya baiklah. apapun yang kamu (si B) lakukan aku hanya bisa memperbaiki diri sebisaku. enam bulan berlalu, aku bertemu dengan si C. si C yang begitu berbeda karakteristiknya dengan dua orang yang ada di awal cerita tadi. intinya dia orang yang selama ini aku cari. dan satu lagi. dia menerimaku dengan legowo. sudah bahagia dengannya. ujian datang lagi. dengan legowo juga aku harus mendukung dia untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang anak yang berbakti sama orang tua. aku dukung dia untuk menikah dengan gadis pilihan orang tua satu-satunya yang sangat dicintainya. alamak! sakit ternyata. aku berusaha tegar setiap terima teleponnya. mendengarkan curhat- curhatnya. aku ikut ketawa ketika ceritanya lucu. ya anggap saja itu lucu dan menarik untuk diceritakan. sudah bisalah membayangkan bagaimana rasanya.apalagi calon istrinya dibandingkan denganku bagai langit dan bumi. kalah segala - galanya. :)
tapi yang aku rasakan, kesannya yang begitu dalam. si C membersihkan wajahku. seperti dalam mimpi yang pernah aku dapat sejak pertama kenal si C. dia membersihkan wajahku dan aku memakai hijab putih. sejak kenal si C, aku begitu merasa tertolong. merasa diterima. dia mengajarkan banyak hal. aku mendapatkan yang aku cari. tapi mungkin karena dosa yang aku bawa dari masa lalu, membuatku tak berjodoh dengannya. karena lelaki baik - baik hnaya untuk wanita baik - baik bukan? tapi mengapa batinku begitu kuat terhadapnya? aku bisa tahu tanpa komunikasi sebelumnya bahwa dia sedang sakit. aku ingat namanya lalu sms atau telpon darinya masuk. komunikasi kami begitu nyaman dan nyambung, kami sama - sama merasa menemukan tempat teraman dan ternayaman. bisa membagi segala kehidupan kami. firasatku tentangnya masih terasa. sampai hari pernikahannya tiba, tanpa diberitahu aku merasa ada yang meninggalkanku. dan aku tahu dia tidak lagi menempati rumah yang dulu. mengapa semua ketajaman firasat ini ada? mengapa cinta kami kandas?
aku menyadari, begitu jauh aku dari kesucian dan kesempurnaan itu. aku tidak tahu dari mana akar permasalahan ini bermula? benarkah aku seorang korban? lalu adakah penerimaan terhadap orang sepertiku? apakah aku akan bertemu pasangan yang menerimaku seutuhnya?
yang aku tahu Tuhan itu Maha Cinta. sedikit - sedikit aku mulai menata hatiku. aku mencoba untuk menata hidupku. aku tahu ini tak sepenuhnya salahku. aku juga tak meminta untuk mendapatkan ujian ini. aku terima ketidak sempurnaan ini. pelan - pelan aku bangun lagi harga diriku. aku bersyukur tidak berhenti di tempat pelacuran. karena bisa saja aku menjadi bagian dari prostitusi kalau aku berfikir singkat. katanya Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang. Dia menerima taubat dari hambaNya. dari situlah aku berdiri dan mengobati luka demi luka semampuku.merubah penampilan dan tegangan emosiku.
dan ada yang bilang kalau wanita setaubat apa pun dia pasti masa lalunya tetap akan dikorek oleh laki - laki ketika akan menikah. makanya perlu berhati - hati dengan apa yang dilakukan.
Pernyataan ini memang menyentak bagi yang merasa. Memang itu fakta. Sebelum hal buruk seperti pada cerita di atas terjadi, lebih baik kita bercermin. Coba kita pelajari jauh ke belakang, bagaimana asap bisa muncul?? pasti ada api. bagaimana permasalahan bisa muncul? pasti ada penyebab. Bagaimana anak bisa menjadi korban pemerkosaan dan terjerumus pada kebutaan cinta monyet? Bisa jadi karena ia tidak mendapatkan asuhan yang tepat dari lingkungan keluarga. Keluarga adalah tempat utama anak mendapat pendidikan. bagaimana karakter anak terbentuk sangat dipengaruhi oleh bagaimana asuhan yang diterima.
Sekian cermin hari ini. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H