Mohon tunggu...
Anselmus PrasetyaRimbawan
Anselmus PrasetyaRimbawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa SMA

ingin menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Remaja Mendominasi Perokok Aktif di Indonesia

11 Februari 2023   09:48 Diperbarui: 11 Februari 2023   09:54 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jumlah perokok aktif di Indonesia naik setiap tahun, lebih-lebih para remaja diusia masa sekolah sekitar SD-SMA. Dunia internasional memiliki julukan yang tidak mengenakan untuk Indonesia, yakni "The Baby Smoker" karena jumlah perokok di Indonesia terbanyak dari usia remaja dan anak-anak. Julukan ini sangat memalukan warga Indonesia, tetapi ini adalah sebuah fakta dan mau tidak mau harus diterima. Menurut data yang beredar, ada 230 ribu anak yang di bawah usia 10 tahun sudah menjadi perokok aktif.

Rokok memiliki dua jenis, jenis yang pertama adalah berupa Sigaret atau rokok konvensional yang berbentuk seperti batang. Rokok ini memiliki dua macam juga, yakni Rokok Filter dan Rokok Kretek. Kedua nya sama-sama berbahaya karena mengandung zat nikotin dan tar yang dapat merusak paru-paru dan sistem organ lainnya. Di Rokok Konvensional ada juga rokok dengan embel-embel herbal yang katanya jauh lebih aman dan tidak berbahaya dibandingkan dengan rokok lainnya, padahal sama-sama berbahaya bagi kesehatan. Jenis kedua adalah rokok elektrik atau sering disebut vape, mod, pod. Rokok ini menggunakan cairan Liquid sebagai perasa. Jenis rokok ini jauh lebih berbahaya karena mengandung nikotin yang lebih tinggi dan dapat menyebabkan paru-paru basah karena asap dari rokok ini yang berbentuk uap air. Zat nikotin juga dapat merusak jaringan otak, demikian juga tar, tar akan mengendap dalam paru-paru dan dapat mengganggu fungsi rambut yang melapisi paru-paru Kandungan Karbon Monoksida juga terdapat di rokok yang mengikat hemoglobin darah 200 kali lebih kuat dibandingkan dengan oksigen. Rokok juga tidak lepas dari Zat Adiktif yang membuat penggunannya ketagihan untuk terus mengonsumsinya, dan zat adiktif sendiri termasuk dalam Narkotika, dan secara tidak langsung mengonsumsi rokok termasuk mengonsumsi narkoba.

Di usia sekolah, rokok ini sangat berbahaya. Dampaknya para remaja yang merokok akan sulit fokus belajar, timbul gejala ketagihan karena pengaruh zat adiktif. Kebanyakan para remaja merokok dikarenakan ingin terlihat keren, ada yang penasaran dengan rasa dan sensasi dari rokok tersebut, ada juga yang diajak secara paksa oleh teman-temannya yang perokok, serta ada juga yang digunakan sebagai bentuk pelampiasan atau obat penenang ketika stres dan banyak pikiran. Remaja juga akan cenderung tertutup dan sering melawan orang tua akibat rokok. Para remaja umumnya tidak mengerti akan bahaya dari rokok, sehingga para remaja hanya asal mengonsumsi dan tidak memikirkan dampaknya. Para orang tua hendaknya lebih mengawasi para remaja karena jika sudah terjerumus pada rokok, dampaknya bisa menyebab karena dapat merusak paru-paru dan merusak jaringan otak. Tetapi kebanyakan orang tua kewalahan dan tak sanggup mengawasi dan mengingatkan putra putrinya sering melawan. Penyakit yang ditimbulkan oleh rokok adalah kanker paru-paru dan beberapa organ tubuh lain, bahkan juga bisa menyebabkan kematian.

Harga rokok memang tidak murah dan setiap tahun pemerintah telah berupaya menaikan harga rokok konvensional dan harga liquid vape, tetapi para remaja tidak merasa keberatan dan kapok dengan adanya kenaikan harga itu. Di bungkus rokok konvensional terdapat gambar peringatan dari bahaya merokok serta penyakit yang disebabkan dari rokok, tetapi kesadaran para remaja yang rendah sehingga seakan-akan merasa bodo amat dengan peringatan itu. Hal seperti ini sangat mempengaruhi kualitas SDM Indonesia, yang dimana akan semakin memburuk. Saat ini kebanyakan rumah sakit menerima pasien yang terserang penyakit yang disebabkan merokok. Pemerintah hendaknya lebih mempertimbangkan hal ini sebagai bentuk pertumbuhan kesehatan masyarakat Indonesia dan kualitas SDM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun